Pengertian dan Sejarah poligami.

menyalurkan nafsu seksulnya kepada seorang perempuan yang sah begitu juga sebaliknya. 34 4. Untuk memperoleh keluarga bahagia yang penuh ketenangan , Yaitu rumah tangga yang sakinah, mawadah,dan rahmah. Rasa cinta natra suami isteri, menimbulkan rasa kasih sayang antara orang tua dan anaknya , adanya rasa kasih sayang dalam keluarga ini akan di rasakan pula dalam masyarakat, sehingga terbentuklah umat yang diliputi cinta kasih sayang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Firman Allah SWT : 3 .G 1U O .G Sﻥ U . c + I Q.S1 y U 5 s a W Q lDﺡ0 YQ`Q . 3 4 y b €:u; = Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yangberfikir .Q.S.Ar-rum 21:31

C. Pengertian dan Sejarah poligami.

1. Pengertian poligami. Kata poligami berasal dari bahasa yunani yaitu kata poly atau polus yang berarti banyak, dan dari kata gamei atau gamos yang artinya kawin atau perkawinan. Maksudnya dari pengertian tersebut adalah laki-laki yang beristri lebih 34 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Bandung : Cv Pustka Seti,1999,cet ke- 1,h.13 dari satu orang wanita dalam suatu ikatan perkawinan. 35 Dalam kamus hukum bahwa poligami adalah ikatan perkawinan dimana salah satu atau pihak mempunyai atau menikah dengan beberapa lawan jenis dalam waktu yang tidak berbeda. 36 Pengertian dari makna tersebut mempunyai dua kemungkinan : Seorang laki- laki menikah dengan banyak perempuan atau seorang perempuan menikah dengan banyak laki-laki. Adapun kemingkinan pertama di sebut polygini dan kemingkinan kedua disebut polyandry. 37 Hal ini juga dikatakan oleh Abdul Rahim Omran dalam bukunya Family planning in the Legal of Islam, bahwa poligini menunjukan banyak isteri, poliandri banyak suami; poligami meliputi banyak suami ataupun isteri. 38 Namun dalam perkembangan zaman terjadi pergeseran makna sehingga pengertian poligami dipakai untuk makna laki-laki beristri banyak. Sedangkan kata poligini sendiri tidak lazim dipakai. 2. Sejarah Poligami. Pada dasarnya sistem poligami sudah ada sebelum Islam datang. Diantara negara-negara yang membudayakan dan menjalankan poligami, yaitu : Ibrani, Arab Jahiliyah, dan Cisilia, yang kemudian melahirkan sebagian besar penduduk yang menghuni Negara-negara : Rusia, Lituania, Cekoslowakia, dan Yugoslavia, dan sebagian besar penduduk yang menghuni Negara-negara Jerman, Swiss, Belgia, 35 HM. Sufyan Raji Abdullah, poligami dan Esksensinya, Jakarta : CV. Cahaya esa, 2004,h.49. 36 Sudarsono, Kamus hukum,Jakarta : Rineka Cipta,.2002 , cet.ke-3 .h.364. 37 Achmad kuzari, Nikha Sebagai perikatan,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1995.cet.ke- 1 h.159 38 Abdul Rahim Omran, Family planning in the Legal of Islam London: Routledge, 1992 ,cet ke-1.h.29 Belanda,Denmark, Swedia, Norwegia dan Inggris. 39 Jadi pendapat bahwa poligami itu hanya produk hukum Islam adalah tidak benar. Sebab bangsa Arab sebelum masa kedatangan Islam pun mengenal poligami Masih menurut beliau Sayid Sabiq, Bahwa poligami itu bukan hanya milik peradaban masa lalu dunia, tetapi hari ini masih tetap diakui oleh negeri dengan sistem hukum yang bukan Islam seperti Afrika, India, China dan Jepang. Sehingga jelaslah bahwa poligami adalah produk umat manusia, produk kemanusiaan dan produk peradaban besar dunia. Islam hanyalah salah satu yang ikut di dalamnya dengan memberikan batasan dan arahan yang sesuai dengan jiwa manusia. Berbicara mengenai latar belakang sejarah poligami, Seperti pada orang Median, orang babilonia, Assiria, dan bangsa parsipun tidak membatasi mengenai jumlah wanita yang dibolehkan kawin oleh seorang laki-laki. Seorang brahma berkasta tinggi, boleh mengawini wanita yang ia sukai. Poligami yang dialami oleh orang Israel sebelum zaman nabi Musa a.s. adalah meneruskan tersebut tanpa mengadakan pembatasan mengenai jumlah perkawinan yang boleh dilakukan seorang suami bangsa Ibrani. Pada zaman kemudian, Tamlud di Yerusalem membatasi jumlah perkawinan poligami sesuai dengan kemampuan suami untuk memelihara Isteri- isterinya dengan baik. Meski rabbi-rabbi menasihati supaya seorang laki-laki jangan mempunyai lebih dari empat orang isteri, berbeda dengan kaum karait yang menyatakan tidak ada pembatasan mengenai poligami. bagi orang Parsi, Agama memberikan hadiah kepada orang yang mempunyai isteri yang banyak. Pada bangsa- 39 Sayyid Sabiq, Fiqhu al- sunnah, Beirut : Dar El- fikr, 1983 , jilid 2, Juz 6. h.109 bangsa Sirria, Tunisia, yang digantikan, dikalahkan atau di binasakan oleh orang Israel, Poligami turun derajatnya menjadi kebinatangnya. 40 Di Athena yang paling beradab dan paling tinggi kebudayaannya diantara semua bangsa zaman dahulu, harga wanita tidak lebih dari harga hewan yang biasa dijual dipasar dan diperjual belikan kepada orang lain, serta biasa diwariskan. Wanita dianggap sebagai suatu keburukan yang tidak biasa ditiadakan untuk mengatur rumah tangga dan melahirkan anak. Orang Athena dibolehkan menggambil isteri berapa saja yang ia mau. Demosthenes merasa senang bahwa rakyatnya mempunyai tiga golongan wanita, dua isteri sah, dan setengan sah. 41 Sementara itu agama-agama sebelum Islam. Poligami sudah dipraktekkan oleh pengikut-pengikutnya. Bila kita menelaah kitab suci Agama Yahudi dan Nasrani, maka ia akan mendapatkan bahwa poligami telah merupakan jalan hidup yang diterima. Semua nabi yang di jelaskan dalam Talmud, Perjanjian lama, dan Al Quran, semua nabi beristeri lebih dari seorang, kecuali nabi Isa. A.s dan apabila ia berusia lebih panjang mungkin juga akan melakukan, menerima cara yang sama seperti nenek moyangnya 42 Adapun jazirah arab sebelum Islam, telah dipraktekkannya poligmi yang tanpa batas, dalam kitab Taurat terdapat, bahwa nabi Sulaiman A.s. mempunyai Isteri 700 orang perempuan merdeka dan 300 orang hamba sahaya. Mengenai Agama Nasrani, tidak ada teks kongkret yang melarang pengikutnya kawin dengan dua orang 40 Abd. Qadir jaelani, Keluarga sakinah, Surabaya: PT bina Ilmu, 1995 Cet.ke 1 hal 169. 41 Ibid,hal 170 42 Abdurrahman I.doi. Inilah Syariat Islam Jakarta Pustaka Panjimas,1999 Cet. Ke 1 h.207 perempuan atau lebih, kiranya mereka mau, maka poligami suatu hal pemimpin mereka dizaman dahulu, bahwa kawin dengan seorang permpuan saja lebih mudah untuk memelihara sisitem dan kesatuan keluarga. 43 Menurut seorang ilmuan terkemuka berkata : Dalam hal perkawinan, Bahwa poligami yang diakui Gereja masih ada sampai abad ke 17 M. Bahkan banyak poligami yang tidak tercatat di Gereja maupun pemerintah. Lebih dari itu, sebagian sekte Kristen ada yang pindah tempat hanya untuk berpoligami. Pada tahun 1531 M, di Monster terdapat sekelompok orang yang bereteriak-teriak, agar menganjurkan penganut Kristen berpoligami. 44 Kemudian Islam datang dalam kondisi di mana masyarakat dunia telah mengenal poligami selama ribuan tahun dan telah diakui dalam sistem hukum umat manusia. Justru Islam memberikan aturan agar poligami itu tetap selaras dengan rasa keadilan dan keharmonisan. Misalnya dengan mensyaratkan adanya keadilan dan kemampuan dalam nafkah. Begitu juga Islam sebenarnya tidak membolehkan poligami secara mutlak, sebab yang dibolehkan hanya sampai empat orang isteri. Adanya poligami, namun poligami yang berkeadilan sehingga melahirkan kesejahteraan.

D. Faktor Penyebab Poligami.