Landasan hukum pemeriksaan perkara permohonn izin poligami di Pengadilan Agama Bekasi

B. Landasan hukum pemeriksaan perkara permohonn izin poligami di Pengadilan Agama Bekasi

Poligami adalah merupakan salah satu bentuk perkawinan yng secra formal diperkenan kan atau diakui eksistensinya bagi rakyat Indonesia yang beragama Islam, yaitu sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang nomor 1tahun 1974 pasal 3, 4 dan 5. Dan sejak di undangkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 telah ditentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang suami yang ingin berpoligami, antara lain harus mendapatkan izin dari isterinya. Selanjutnya ketentuan tersebut telah dijelaskan kembali dalam peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975, Lembar Negara Tahun 1975 Nomor, 12 yang mana pasal 20 menerangkan bahwa : Apabila seorang suami bermaksud Beristeri lebih dari satu maka ia wajib mengajukan permohonn secara tertulis kepada pengadilan Permohonan izin poligami dalam ilmu hukum disebut dengan istilahVoluntaire Yuridicte, yaitu suatu perkara yang berisi tuntutan hak dan tidak mengandung sengketa. 70 Sebagai salah satu bentuk perkara perdata yang dikenal dalam Undang-undnag, maka bentuk ketentuan hukum acara yang berlaku bagi perkara perdata, dengan beberapa penambahan yang ditentukan tersendiri dalam Undang-undang adalah: 1. Brv Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering . Hukum Perdata untuk golongan Eropa, yang berperkara di muka Raad van Justitie. 70 Soedikno Mertokusumo,Op.cit Hal 12 Ketentuan Brv yang berhubungan dengan perkara permohonan adalah sebagimana yang ditentukan dalam pasal 227 Brv, yang menyatakan bahwa gugatan permohonan dalam perkara perdata harus memuat : a. Indentitas Pemohon, meliputi 1. Nama Pemohon 2. Tempattanggal lahirumur Pemohon 3. Jenis kelamin 4. Umur 5. Pekerjaan 6. Agama 7. Kewarganegaraan 8. Alamat b. Fundamentum petendi Dasar Gugatan Adapun Fundamentum petendi ini memuat tentang hal-hal sebagai berikut : 1. Uraian tentang kejadian 2. Uraian tentang hukum yang menjadi dasar tuntutan c. Petitum permohonan atau gugatan, yaitu apa yang di mohonkan atau dituntut oleh pemohon supaya diputus oleh Hakim. 2. HIRRbg. HIR adalah kepanjangan dari Herziene Indonesia Reglement atau disebut juga RIB yang telah diperbaharui, yaitu merupakan hukum acara perdata yang berlaku di Jawa dan Madura bagi golongan Bumi Putera. Sedangkan Rbg dalah kepanjangan dari Rechtsreglement Voor de buitengewesten dalah Hukum Acara Perdata yang berlaku bagi golongan Bumi Putera dan Timur sing di luar Jawa dan Madura yang berperkara di muka Laandraad. Adapun HIRRBG diberlakukan sebagai hukujm acara Perdata di Pengadilan Agama adalah berdasarkan surat Edaran Jawatan Peradilan Agama Nomor : B1608, Tanggal 2 April 1962. 3. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Dalam undnag-undang tersebut telah diatur kewenangan Pengadilan Agama dalam memutus dan menetapkan sengketa perkawinan. 4. Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 Tentang kekuasaan kehakiman. Mengenai tentang pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman diatur pasal-pasal berikut : a. Pasal 4 ayat 1 yang mengatakan : Peradilan dilakukan Demi Keadilan bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa b. Pasal 5 ayat 1 dan 2 berbunyi : 1. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membedakan orang 2.Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yng sederhana, cepat, dan biaya ringan. c. Pasal 19 ayat 2 : Badan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan : 1. Peradilan Umum 2. Peradilan Agama 3. Peradilan Militer 4. Peradilan tata usaha Negara 5. Undang-undang nomor 1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975. Dalam peraturan perundang-undangan terdapat beberapa pasal yang dapat dijadikan landasan hukum oleh Pengadilan Agama dalam memeriksa dan memutuskan permohonan isin untuk melakukan poligami yaitu : a. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 3,4 dan 5 mengatur tentang : 1. azas perkawinan yaitu pada azasnya perkawinan hanya boleh bagi seorang suami untuk mempunyai seorang istri saja. Dan isteri hnya boleh mempinyai seorang suami. Namun apabila dikehendaki oleh para pihak maka Pengadilan Agama dapat memberikan izin kepada pihak suami untuk melakukan poligami. 2. Alasan yang harus di penuhi oleh seorang suami untuk dpat melakukan poligami adalah : a Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri b Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. c Isteri tidak dapat melahirkan 3. Syarat-syarat bagi suami dapat mengajukan permohonan izin poligami di Pengadilan Agama. Meliputi : a. Adanya persetujuan dari suamiisteri-isteri; b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka; c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka b . Peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975. Peraturan pementinth nomor 9 Tahun 1975 merupakan pelaksanan dari Undang- undang nomor 1 Tahun 1974, Yaitu : 1. Pasal 40. mengatur tentang ; apabila suami bermaksud beristeri lebih dari seorang maka ia wajib mnegajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan 2. Pasal 41, Pengadilan yang memeriksa permohonn poligmi tersebut harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Ada atau tidaknya alasan memungkinkan suamimelakukan poligami b. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri atau isteri terdahulu baik secara lisan maupun tertulis. c. Ada atau tidaknya persetujuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri- isterinya dn anak-anaknya d. Ada atau tidaknya jaminan bagi suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka. 6. Peraturan Menteri Agama RI. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia yang dapat dijadikan sebagai dasar pemeriksaan permohonan izin poligami di Pengadilan Agama antara lain : a. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 tahun 1999 tentang kewajibanPegawai Pecatat Nikah PPN b. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 tahun 1987, tentang wali Hakim.

C. Proses Peradilan Perkara Permohonan Izin Poligami di Pengadilan Agama Bekasi.