Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Kemudian mengapa kita tidak berusaha untuk membenahi semua aturan- aturan yang mudah untuk disimpangi. Bagaimana caranya agar pihak isteri yang dalam hal ini sering menjadi pihak yang dirugikan, juga punya kekuatan untuk menggugat hak-haknya yang selama ini tidak didapatkannya dari suami yang telah berlaku tidak adil kepadanya. Tentunya agar pihak isteri menjadi pihak yang sejajar dengan pihak suami di pengadilan maka pihak isteri harus memiliki bukti yang cukup kuat pula, yaitu berupa sehelai surat perjanjian perkawinan untuk poligami yang telah disepakati bersama baik sebelum, sesudah dan setelah terjadinya perkawinan poligami tersebut diperlakukan tidak adil karena takut diceraikan oleh suami. Namun pendapat ini juga bukan berarti bahwa penulis menganjurkan perceraian sebagai jalan keluar dari semua permasalahan di atas. Berangkat dari apa yang penulis paparkan seperti di atas maka penulis bermaksud dan tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam wujud skripsi dengan judul: “Perjanjian Dalam Perkawinan Poligami Studi Anlisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor 184Pdt.GPA.Bks

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Maslah. Mengingat banyak diantara yang belum mengetahui bagaimana prosedur yang harus di tempuh bagi seorang yang ingin menikah lagi poligami maka tidak sedikit isteri dan anak-anak yang menjadi korban dari perkawinan poligami tersebut, Maka dalam pembahasan skripsi ini agar tidak melebar maka penulis membatasi hanya suatu perjanjian perkawinan yang dilakukan ketika suami akan melakukan perkawinan poligami dengan menganalisis putusan pengadilan Agama Bekasi Nomor 184Pdt.GPA.Bks. 2. Perumusan Masalah Dan uraian latar belakang permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan bahwa kesanggupan suami dalam berlaku adil dalam perkawinan poligami pada umumya hanya berupa pernyataanjanji dari pihak suami di depan Pengadilan baik lisan maupun tulisan, karena sifatnya yang hanya sekedar atau janji yang biasa dikatakan sekedar formalitas maka hal ini sering di abaikandiacuhkan dan banyaknya janji-janji yang tidak terpenuhi oleh para pihak yang bersangkutan, baik pihak suami atau pihak isteri. Padahal dikemudian hari dapat mengakibatkan timbulnya pihak yang merasa diperlakukan tidak seimbang dalam perkawinan poligami. Maka bukan tidak mungkin, adanya formalitas tersebut dapat melemahkan kedudukan hukum pihak yang merasa dirugikan dalam hal ini pada umumnya adalah pihak isteri. Karena memandang perlu dalam sebuah perkawinan poligami dibuat suatu aturan yang sifatnya memberatkan dan dapat melindungi pihak yang merasa dirugikan berupa sehelai surat perjanjian untuk poligami, untuk mencegah adanya pihak yang merasa dirugikan dan agar pihak tersebut dapat memperjuangkan hak-haknya kembali di samping memiliki kekuatan hukum yang sejajar dengan pihak suami. Tentunya hal yang demikian harus dilakukan perjanjian- perjanjian tersendiri diantara kedua belah pihak. Dengan tujuan agar masing-masing pihak paham akan hak dan kewajibannya. Karena bila perjanjian-perjanjian dalam pelaksanaan poligami tidak disepakati, tidak menutup kemungkinan akan timbul perceraian. Dimana suami sebagai pengayom dan sebagai kepala rumah tangga tidak dapat berlaku adil terhadap isteri-isterinya, yang berakibat salah satu pihak dari isteri mendapat perlakuan yang tidak seimbang atau menjadi pihak yang merasa dirugikan. Hal inilah yang sering terjadi dalam masyarakat, dimana seorang suami yang telah memiliki isteri lagi meskipun telah membuat pernyataan sanggup berlaku adil untuk berpoligami, masih tetap melakukan pelanggaran terhadap pernyataan sanggup berlaku adil di depan Pengadilan, dalam arti kata sang suami ingkar janji terhadap isterinya. Padahal, diharapkan dengan pernyataan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak maka rumah tangga yang dijalani suami dengan memiliki dua isteri atau lebih akan berjalan dengan baik. Hal ini bisa terwujud bila suami bisa berlaku adil sesuai dengan kesepakatan yang telah diambil. Dan rumusan ini dapat di rinci berupa pertanyaan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaiamana Prosedur mengajukan izin Poligami di Pengadilan Agama Bekasi 2. Bagaimana upaya Pengadilan Agama Bekasi dalam memberikan izin poligami kepada suami agar dapat berlaku adil ? 3. Bagaimana akibat hukum dari pelanggaran perjanjian perkawinan Poligami tersebut 4. Bagaimana upaya hukum penyelesaian pelanggaran perjanjian perkawinan Poligami tersebut 5. Bagaimana pandangan hakim dalam memutus perkara Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor 184Pdt.GPA.Bks dan apa dasar hukumnya

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian