Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan

BAB II PERKAWINAN DAN POLIGAMI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan Perkawinan atau pernikahan dalm literatur fiqih berbahasa Arab di sebut dengan dua kata yaitu nikah M .ﻥ dan zaw j N O 14 . Kata nikah di ambil dari kata nakaha M .ﻥ,yankihu: M. , nahkan .7ﻥ,wanikahanE .ﻥ yang artinya mengawini. Sedangkan kata zawaj di ambil dari kata zaw ja N O, yuzawiju N P , tazwijan 6 P+, yang secara harfiyah berarti mengawinkan, mencampuri, dan memperisteri. 15 Kedua kata zawaja dan nikaha banyak di gunakan dalam kehidupan sehari- hari orang Arab dan banyak terdapat didalam Al-Quran. Adapun kata na-ka-ha didalam Al-Quran mempunyai arti kawin, sebagimana didalam surat An-Nisa Ayat 3 : G +QR 1S ITGU U . ? V 7.ﻥ 13 W H .ﻥ D X. Y,ﺡ ,+QR 1S [ \ 0 ]ﺙ +QR ﻥ` a 4 I G b 8 : = 14 . Amir syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Undng- undang perkawinan Jakarta kencan,2006 h. 35 15 . Ahmad Warson munawir, Al-Munawir Qomus Arab Indonesia, yogyakarta: Pondok Pesantren Al- Munawwir,1984, h.630. Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, maka kawinilah wanita- wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Q.S. An-Nisa 4: 3 Begitu juga pada kata za-wa-ja yang terdapat didalam Al-Quran yang mempunyai arti kawin, Sebagaimana dalam Surat Al-Ahzab ayat 37 : c Q+ a O a3 - aG 3 - XDﻥ 3 - A ﻥ dKQ + L e f+ gc ﺡ A Q ef+ , A aGSﻥ W WSf+ A Q O V U 2, O h QD 3 i D - . R W . A V Q h T 3-` N O W 2N ﺡ RS 4 ? PﺡR b j = Artinya : Dan ingatlah, ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya: Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya menceraikannya, Kami kawinkan kamu dengan dia,supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk mengawini isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi . Q.S Al-Ahzab33:37. Pengertian perkawinan dalam hukum Islam ada dua macam, yaitu : a. Pengertian perkawinan menurut bahasa, yaitu : E . g k l h g m I 16 Artinya : Nikah perkawinan menurut bahasa yaitu berkumpul dan bersetubuh Pengertian tersebut dapat di jelaskan dengan suatu ungkpan bahasa arab yang berbunyi : + 7 X ﺙ 6 + D X Q h n H c - , O Qﻥ o m I 17 Artinya : Tumbuh-tumbuhan itu kawin apabila telah cenderung bersatu dengan yang lainnya. b. Pengertian perkawinan menurut syara, yaitu : - , 1 h D ﺡ l m I S p U . E Q1 P q 18 Artinya : Akad atau perjanjian yang mengandung kebolehan melakukan hubungan kelamin dengan menggunakan lafadz na-ka-ha atau ja-wa-ja. Golongan ulama syafiiyah memberikan definisi diatas karena pada hakikatnya dari akad tersebut apabila di hubungkan dengan kehidupan suami isteri yang berlaku sesudahnya, yaitu boleh bergaul atau bersetubuh diantara keduanya. 19 16 Syekh Syihabuddin Al-Qulyubi dan Syekh umarah Jalaluddin Al-mahally, Qulyuby wa Umairah.maktabah Wa matbaah Thaha putra semarang juz 3.h.206 17 Wahbah Al-Zuhili, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuh, Beirut : Dar-Al-Fikr,1989,cet ke -3, hal 29 18 . Ibid 6 . Wahbah Al-Zuhaili, hal 31 Adapun definisi tersebut diatas mengandung maksud sebagai berikut : Pertama , penggunaan lafdz akad , - untuk menjelaskan bahwa perkawinan itu adalah suatu perjanjian yang di buat oleh orang-orang atau pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan. Perkawinan tersebut di buat dalam bentuk akad karena ia adalah peristiwa hukum, bukan peristiwa biologis atau semata hubungan kelamin antara laki- laki dan perempuan. Kedua, penggunaan kata Im l ﺡ Dh 1 , karena pada dasarnya hubungan baik laki-laki dan perempuan itu adalah terlarang atau haram, kecuali ada hal-hal yang membolehkannya secara hukum syara. Di antara hal yang membolehkan hubungan kelamin itu adalah adanya ikatan dalam suatu pernikahan . dengan demikian, akad itu adalah suatu usaha untuk membolehkan sesuatu yang pada asalnya di larang. Ketiga, Menggunakan lafadz q P 1 E . p S Im lafadz tersebut mengandung maksud bahwa akad yang membolehkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan mesti menggunakan kata na-ka-ha dan za-wa-ja,. Sedangkan perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan No 1 tahun 1974 Pasal 1 bahwa : Perkawinan ialah ikatan lahir bthin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagi suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan dilengkapi dengan Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 yang menyatakan bahwa Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. 20 2. Dasar hukum Perkawinan. Di dalam hukum Islam terdapat tingkatan atau penggolongan hukum di yaitu mubah, sunnah, makruh dan haram. Dan adapun dasar hukum perkawinan banyak terdapat di dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Menurut Imam jalaluddin Al-Mahali di dalam kitab qulyubi wa Umairah bahwa menikah itu mubah hukumnya. 21 Dengan melihat kepada sifatnya sebgai sunnah rasul, tentu tidak mungkin dikatakan bahwa hukum asal perkawinan itu hanya semata mubah . Pernikahan mempunyai hukum yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi yng dialami oleh seseorang, maka hukum nikah itu adalah : a. Wajib. Bila seseorang dilihat dari pertumbuhan jasmaninya layak untuk kawin, nafsunya sudah mendesak, takut terjerumus dalam perzinahan dan mampu memberikan nafkah lahir dan bathin, maka wajiblah ia kawin. Karena menjauhkan diri dari yang harm adalah wajib, sedangkan untuk itu dapat dilakukan dengan baik, kecuali dengan jalan kawin. 22 Dan Allah SWT 20 . Pengertian Perkwinan menurut Undang- undanmg No 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam 21 Jalaluddin al-mahally, loc.cit. 22 Abd Rahman Ghadzali, fiqh Munakahat. Jakarta Kencana,2003 , cet. 1, hal.18 memberikan janji kepada hambanya yang shaleh untuk kawin, yaitu Allah akan memberikn kepadanya kehidupan yang bercukupan, Sebagaimana dalam firman Allah SWT : ` - 37 Qr . s 7.ﻥ ﻥ. . T 23 - 2C A h A k It 4 b u8 : u = Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang- orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba- hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Q.S. An-nuur24:32 Untuk orang tidak mampu menahan nafsunya dianjurkan untuk berpusa sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW : - - , A G ` ﺽ W A - : A B Q A - 3 : e Qe ? w 1 H \ . I Y 31 QP N w Qﻥ x n r w ﺡ r S N w G 1 CH 3 Qr y w Qﻥ 2I 4 3 - cS1 = 23 Artinya : Dari Abdullah Bin Masud R.A berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW kepada kami ; Wahai kaum pemuda, barang siapa yang sanggup diantar kmu akan memberikan nafkah maka kawinlah, mak bahwasanya pernikahn itu akan menundukan pandangan, menjaga kehormatan, dan brang siapa yang tidak mampu menhan nfsunya maka berpuasalah,karena dengan berpuasa dapat mengendalikan nafsu. H.R Muttafaqalaihi b. Sunnah. Adapun bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu untuk menikah, akan tetapi masih dapat menahan dirinya untuk mendekati perbuatan 23 Imam Abi Husain Muslim Bin Hajjaj, Shahih Muslim, Mesir ; Daar Al- kutub Al Arabiyah, 1981, h. 1018-1019. zina, maka sunnah baginya untuk menikah 24 . Namun jika ia sudah mampu untuk kawin dan mempunyai pencaharian untuk biaya hidup berkeluarga, maka segeralah untuk menikah, karena Nabi SAW suka kepada orang yang menikah dan mempunyai keturunan, agar beliau dapat membanggakan jumlah umatnya, Sebagaimana sabda nabi Muhammmad SAW : - ﻥ z a G ` ﺽ W A - : A B Q A - 3 Q : { ﻥ I Y - Q1 1 ﻥ 3 , , : + P Q ` ` Uﻥ W . ﺙ . s y 3 l 4 , Dﺡ L 0 ﺡ 77B ﺡ = 25 Artinya : Dari Annas bin Malik ra telah bersbda Rasulullah Saw kepada kami untuk segera menikah dan melarang keras untuk membujang, lalu Nabi bersabda: kawinlah kalian dengan wanita yang subur dan mempunyai kasih sayang. Maka sesungguhnya aku sangat bangga dengan umat ku yang mempunyai keturunan yang banyak pada hari kiamat H.R . Ahmad bin hambal dan disahkan oleh Ibnu Hibban c. Haram. Seseorang yang ingin menikah akan tetapi tidak mampu memenuhi nafkah lahir dan bathin serta nafsunya tidak mendesak maka haramlah ia kawin. 26 . Apabila seseorang menginginkan untuk menikah dengan niat 24 Abd. Rahman Ghadzali, Op.Cit,hal.19 25 Syekh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary, Misbah ad-Dzulam Syarah Bulugh al- maram min Adillah Al-Ahkam , CV. Annida. Bekasi,1995 M, Juz Ke 6, h.10. 26 Abd. Rahman Ghadzali, Op.Cit,hal.20 menyakiti, menganiaya atau mempermainkan, maka ia haram mengawini wanita tersebut. 27 . d. Mubah. Menikah di bolehkan bagi seseorang tau laki-laki yang tidak terdesak oleh alas an-alasan yng mewajibkan segera kawin atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk kawin, maka hukumnya mubah 28 . e. Makruh. Adapun nikah hukumnya makruh bagi seseorang laki-laki yang lemah sahwatnya dan dia mampu memberikan nafkah lahir bathin, maka lebih baik tidak menikah dahulu karena apbila ia menikah maka di kahawatirkan membawa kesengsaran bagi isterinya 29 . Mengenai hukum nikah menjadi makruh Imam Jalaluddin Al-Mahally Menjelaskan : , | l - 2l y } ` + 3 L 30 Artinya : Maka jika seorang laki-laki mampu untuk kawin, kn tetapi laki-laki tersebut mempunyai illatpenyakit seperti tua, Penyakit yang tidak kunjung sembuh atau impotent niscaya di makruhkan ia akan kawin.

B. Tujuan dan Hikmah Perkawinan.