Faktor Penyebab Poligami. PERKAWINAN DAN POLIGAMI

perempuan atau lebih, kiranya mereka mau, maka poligami suatu hal pemimpin mereka dizaman dahulu, bahwa kawin dengan seorang permpuan saja lebih mudah untuk memelihara sisitem dan kesatuan keluarga. 43 Menurut seorang ilmuan terkemuka berkata : Dalam hal perkawinan, Bahwa poligami yang diakui Gereja masih ada sampai abad ke 17 M. Bahkan banyak poligami yang tidak tercatat di Gereja maupun pemerintah. Lebih dari itu, sebagian sekte Kristen ada yang pindah tempat hanya untuk berpoligami. Pada tahun 1531 M, di Monster terdapat sekelompok orang yang bereteriak-teriak, agar menganjurkan penganut Kristen berpoligami. 44 Kemudian Islam datang dalam kondisi di mana masyarakat dunia telah mengenal poligami selama ribuan tahun dan telah diakui dalam sistem hukum umat manusia. Justru Islam memberikan aturan agar poligami itu tetap selaras dengan rasa keadilan dan keharmonisan. Misalnya dengan mensyaratkan adanya keadilan dan kemampuan dalam nafkah. Begitu juga Islam sebenarnya tidak membolehkan poligami secara mutlak, sebab yang dibolehkan hanya sampai empat orang isteri. Adanya poligami, namun poligami yang berkeadilan sehingga melahirkan kesejahteraan.

D. Faktor Penyebab Poligami.

Di dalam Undang- Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 3 ayat 43 Said Abd.Azizi Al-jandul, Wanita dibawah Naungan Islam, Jakarta: CV Firdaus,1991 cet ke 1 hal 70 44 Abduttawab Haikal. Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW. Poligami Dalam Islam VS Monogami barat , Jakarta : CV Pedoman Ilmu jaya, 1993 hal 49 1 menyatakan :pada asasnya dalam suatu perkawinn seorang seorang pria hanya mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya mempunyai seorang suami. Dan dalam penjelasan Undang-undang tersebut bahwa undang- undang ini menganut Asas monogamy. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalm surat Al- Nisa Ayat 3 : ITGU U . ? V 7.ﻥ 13 W HG +QR 1S a .ﻥ D X . Y, ﺡ , +QR 1 S [ \ 0 ] ﺙ +QR ﻥ` 4 I G 8 b = Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, maka kawinilah wanita- wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adi], maka kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Q.S Annisa 4 : 3 Dan juga di terangkan dalam surat Al- Nisa ayat 129 : Q 3D+ 1 Bﺡ ITG U 3 , + 3H1G + 0 Sx A Q[ Q1+ 7 r + l QD | 0K 1 3D D3ﺡQ0 4 I G 8 b ;u9 = Artinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Q.S An-Nisa 4:129 Dari kedua ayat tersebut diatas dengan jelas menyatakan bahwa perkawinan dalam Islam adalah monogamy. Di dalam kebolehan perkawinan poligami dalam agama Islam, ada pengecualian yaitu dengan memenuhi syarat-syarat yang dapat menjamin keadilan suami kepada isteri- isterinya terpenuhi, dan adapun syarat keadilan ini menurut surat an- nisa ayat 129 ialah keadilan dalam membagi cinta kasih, yang tidak dapat dilakukan. Namun demikian, hukum Islam tidak menutup rapat-rapat pintu untuk perkawinan poligami, atau beristeri lebih dari satu, sepanjang persyaratan keadilan diantara isteri- isterinya dapat di penuhi dengan baik. Karena hukum Islam mengatur teknis bagaimana pelaksanaannya agar poligami dapat dillaksanakan manakala memang diperlukan dan tidak merugikan dan tidak terjadi kesewenang-wenangan terhadap isterinya maka hukum Islam di Indonesia perlu mengatur dan merincinya. 45 Adapun alasan-alasan untuk mendapakan izin poligami yang dipedomani oleh Pengadilan Agama, ditegaskan dalam pasal 4 ayat 2 Undang-undang perkawinan : Pengadilan dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila : a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri; b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak disembuhkan; c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan. Berkenaan dengan alasan-alasan darurat yang membolehkan poligami, menurut Abdurrahman setelah merangkum pendapat Fuqaha, setidaknya ada delapan keadaan diantaranya : 1 Isteri mengidap suatu penyakit yang berbahaya dan sulit disembuhkan. 45 Ahmad Rofik, Hukum Islam di Indonesia. PT. Grafindo Persada, Jakarta CVet.6 2003 h. 170 2 Isteri terbukti mandul. 3 Isteri sakit ingatan. 4 Isteri lanjut usia sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai isteri. 5 Isteri memiliki sifat buruk. 6 Isteri minggat dari rumah. 7 terjadinya peperangan sehingga banyaknya jumlah perempuan 8 Kebutuhaan suami isteri lebih dari satu, dan jika tidak terpenuhi menimbulkan kemudhartan di dalam kehidupan dan pekerjaan. 46 Melihat dari alasan-alasan yang di sebutkan diatas, adalah mengacu kepada tujuan pokok-pokok perkawinan, yaitu membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, atau dalam rumusan kompilasi hukum Islam adalah keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Dan dengan alasan-alasan terrtentu pula dalam kebolehan berpoligami, jelaslah bahwa asas yang dianut oleh Undang-undang perkawinan bukanlah asas monogomi mutlak melainkan disebut monogami terbuka atau monogamy yang tidak bersifat mutlak. 47 Poligami di tempatkan pada status hukum darurat emergency law, atau dalam keadaan yang luar biasa extra ordinary circumstance. Di samping itu, lembaga poligmi tidak semata-mata kewenangan penuh suami tetapi atas dasar izin dari hakim 46 Abdurrahman I. DoI, Penjelasan lengkap Hukum-hukum Allah Syariah, Jakrta: Rajawali Pers,2002,h.193-195. 47 Yahya Hrahap, Hukum Perkawinan Nasional, Medan : Zahir Trading Co medan, 1975 H.25. Pengadilan . 48 Oleh sebab itu pada pasal 3 ayat 2 dalam Undang-undang perkawinan di nyatakan :Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihk-pihk yang bersangkutan. Dengan isi dari ayat ini, jelas sekali undang-undang perkawinan telah melibatkan Pengadilan Agama sebagai institusi yang cukup penting untuk mengabsahkan kebolehan poligami bagi seorang, suatu yang tidak ada preseden historisnya didalam kitab fikih.

E. Dampak poligami.