Kedua calon mempelai dapat menggandakan perjanjin perkawinan dalam bentuk : 1.
taklik talak, dan 2.
perjanjian yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.. Jadi kesimpulannya perjanjian perkawinan yang di jelaskan dalam pasal 29
Undang-undang No.1 tahun 1974, telah diubah, atau setidaknya diterapkan bahwa takik talaq termasuk salah satu macam perjanjian perkawinan.
58
B. Hukum Membuat perjanjian.
Hukum membuat perjanjian dalam perkawinan adalah mubah, artinya seseorang dibolehkan membuat suatu perjanjian atau tidak. Kebolehan membuat perjanjian
perkawinan di bolehkan asalkan tidak bertentangan dengan Agama, hukum Negara dan kesusilaan, nilai-nilai moral dan Adat Istiadat. Adapun dalam hal melaksanakan
atau memenuhi syarat yang terdapat dalam perjanjian adalah wajib sebagaimana hukum memenuhi perjanjian lainya. Bahkan syarat-syarat yang berkaitan dengan
perkawinan lebih berhak untuk dilaksanakan. Kewajiban memenuhi persyaratan yang terdapat dalam perkawinan tergantung kepada bentuk persyaratan yang ada dalam
perjanjian. Dalam hal ini ulama membagi syarat tersebut kepada tiga bagian : 1.
Syarat-syarat yang dilangsungkan berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban suami isteri dalam perkawinan dan merupakan tuntutan dari perkawinn itu
sendiri.
58
Ahmad rofiq. Op.cit. hal 162
2. syarat-syarat yang bertentangan dengan hakikat perkawinan itu secara khusus
dilarang untuk dilakukan karena memberi mudaharat kepad pihak-pihak tertentu.
3. syarat-syarat yang tidak menyalahi tuntutan perkawinan dan tidak ada
larangan secara khusus namun tidak ada tuntutan dari syara untuk dilakukan.
59
C. Macam-macam sifat perjanjian
Lebih jauh mengenai perjanjian perkawinan ini, dapat di simpulkan macam- macam sifat perjanjian yaitu :
60
1. Syarat-syarat yang mengguntungkan isteri. Mengenai hal ini berbeda pendapat ada yang membolehkan dan tidak. Dan sayid sabiq membolehkan si isteri menuntut
fasakh apabila suami melanggar perjanjian tersebut. Dan sayid sabiq berkata :
m QP
l -
, QP
N -
O 1
P N
- 3
B QM
Qe m
P y
ﺡ c
G •
QP N
‚ e
m
61
Artinya : Apabila seseorang isteri menyaratkan pada waktu akad nikah, agar suaminya tidak kawin lagi, maka syarat tersebut sah dan mengikat, dan dia berhak
menuntut fasakh nikah apabila suami melanggar perjanjian tersebut.
59
. Ibid hal : 147
60
Kholil Rahman, Hukum Perkawinan Islam, Diktat tidak di terbitkan, semarng : IAIN Walisongo, hal 109
61
Syaid Sabiq, Fiqh al- Sunnah, Juz 6, Kairo: Maktabah al-Adab,tt.. Hal 114
2. Syarat-syarat apa yang bertentangan dengan apa yang di maksud akad itu sendiri. Seperti tidak boleh mengadakan hubungan kelamin, tidak ada hak waris mewarisi
di antara suami isteri, tidak boleh berkunjung kepada kedua orang tua. Syarat-syarat tersebut tidak sah dan tidak mengikat.
3. Syarat-syarat yang bertentangan dengan ketentuan hukum syara. Misalkan apabila pernikahan telah di langsungkan, maka masing-masing akan pindah Agama.
BAB IV TINJAUAN HUKUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN PERKARA
DALAM PERKAWINAN POLIGAMI
Study Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor:184Pdt.G2007PA.Bks A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Bekasi