Identitas Pemohon Fundamentum Petendi. Petitum

panitera membantu mencatat segala sesuatu, yang dikemukakan oleh penggugatpemohon tersebut. Selanjutnya gugatanpermohonan itu diserahkan kepada salah satu seorang hakim yang memeriksameneliti dan menanyakan kepada penggugatpermohonan tersebut. Selanjutnya gugatanpermohonan itu diserahkan kepada salah satu seorang hakim yang memeriksameneliti dan menanyakan kepada penggugatpemohon kebenaran isinya lalu KetuaHakim menanda tangani gugatanpermohonan itu 72 Perkara permohonan izin poligami yang masuk ke Pengadilan Agama sebanyak 3 perkara. Dari 3 perkara yang ada, maka penulis tertarik membahas satu 1 perkara yang diputus oleh Pengadilan Agama Bekasi yaitun Nomor : 184Pdt.G2007PA.Bks. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa semua permohonan izin poligami tersebut telah dilakukan secara tertulis diatas kertas bermaterai atu diatas kertas bersegel dan apa yang dilaksanakan pemohon-pemohon tersebut adalah telah sesuai dengan maksud pasal 40 Peraturan Pemerintah Nomor : 9 Tahun 1975 yang menghendaki permohonn izin poiligami harus dilakukan secara tertulis. Adapun isi permohonan tersebut menurut Hukum Acara perdata yng berlaku di Pengadilan Agama meliputi :

1. Identitas Pemohon

Identitas pemohon yang dimaksud adalah : Nama lengkap, tempattanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, kewarganegaraan, dntempt tinggal. Dalam berkas 72 Pedoman kerja Bagi Hakim dan Panitera di lingkungan Perdilan Agama, Tahun 1989, hal 3 permohonan sebagaimana yng trmuat dalam perkara diatas telah memeuat identitas pemohon sebagaimana yang sesuai dengan undang-undang.

2. Fundamentum Petendi.

Yaitu berisi penjelasan-penjelasan tentang keadaankenyataan dan penjelsan yang berhubungan dengan hukum. Apapun alasan-alasan dari pemohon yang mengajukan permohonan poligami di Pengadilan Agama Bekasi dengan Nomor 184Pdt.G2007?PA.Bks. menurut penulis meliputi : a. untuk menghindari dari perbuatan perzinahan yang di larang oleh Agama. b. Merupakan suatu ibadah dan melaksanakan sunnah Rasul Alasan-alasan poligami diatas merupakan alasan yang tidak diatur dalam undang- undang, akan tetapi menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tersebut. Karena tidak terdapat dalam alasan yang membolehkan poligami sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 4 ayat 2 yang berbunyi : 1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri 2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3. Isteri tidak dapat melahirkan Salah satu alasan yang tersebut di atas, pasal 5 Undang-undang Perkawinan, Menyatakan: “Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang Perkawinan ini harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Adanya persetujuan dari suamiisteri-isteri; 2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan idup isteri- isteri dan anak-anak mereka; 3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak- anak mereka

3. Petitum

Petitum adalah apa yang dimohonkan untuk keputusan pengadilan,Agar Pengadilan Agama dapat memberikan izin poligami. 3.a. Pendaftaran Permohonan dengan biaya. Setelah permohonan telah lengkap dengan memuat syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Hukum Acara diatas, maka selanjutnya pemohon harus mendaftarkan permohonan izin poligami kepada kepaniteraan Pengadilan Agama, maka dengan demikin pemohon dikenakan kewajiban untuk membayar biaya perkara. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang diatur dalm Undang-undang Nomor : 14 Tahun 1970 pasal 4 Ayat 5 ayat 2 nJunctopasal 121 ayat 4, 182,183 HIR. Menurut hasil penelitian penulis di Pengadilan Agama Bekasi bahwa biaya perkara yang ditanggung oleh pemohon meliputi : Biaya panggilan pemberitahuan para pihak serta biaya materai, sehingga besar biaya perkara rata-rata sebesar Rp. 246.000,- dua ratus empat puluh eman ribu rupiah. 73 Akan tetapi bagi mereka yang tidak mampu memikul biaya perkara tersebut maka kepada mereka diberikan dipensasi untuk membayar biaya perkara. Salah satu bukti bahwa pemohon harus membayar perkara, dapat dilihat perkara tersebut berikut : 1. Perkara Nomor 137Pdt.G2007PA.Bks atas nam Agung Nugroho, ST bin Tamyoso, mebayar biaya perkara sebesar Rp. 246.000,- dua ratus empat puluh eman ribu rupiah.. dengan rincian : 1. Administrasi panggilan : Rp. 240.000 2. Biaya Materai : Rp. 6.000 246.000 Sedangkan untuk dispensasi untuk membayar biaya perkara belum pernah diberikan oleh Pengadilan Agama Bekasi dengan alasan bahwa untuk permohonan izin poligami di Pengadilan Agama Bekasi rata-rata pemohon adalah orang yang mampu, sebab salah satu syarat untuk dapat melakukan poligami adalah orang yang mampu memberikan nafkah bagi isteri dan anak-anaknya kelak. 74 3.b. Penetapan Majlis Hakim Pengadilan Agama Bekasi telah menerima pendaftaran permohonan izin poligami, Maka Pengadilan menetapkan tiga orang Hakim yang bertugas memeriksa 73 Hasil wawancara pribadi dengan panitera Pengadilan Agama Bekasi, 12 Agustus 2008 74 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Pt kencana 2000. cet ke 3., hal 102 dan mengadili dan memutus perkara. Hal ini dilakukan untuk menjamin pemeriksaan perkara yang seobjektif mungkin guna memberi perlindungan kepada pencari keadilan. 75 Sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 15 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970. 3.c. Penetapan hari sidang. Setelah satu bulan permohonan di daftarkan kepaniteraan Pengadilan Agama, maka pengadilan harus mulai menyidangkan perkara tersebut. Untuk itu ditetapkan hari dan tanggal atas persidangan perkara permohonan, dalam suatu surat penetapan. Dalam suatu penetapan tersebut memuat pula tentang perintah juru sita yang ditunjuk untuk memanggil si pemohon dan Termohon sekaligus para saksi yang dibutuhkan dalam perkara tersebut. 76

2. Pemeriksaan Perkara di muka Sidang Pengadilan.