menjadi ramai pada hari pekan yaitu Selasa dan Jum’at. Para ibu sewaktu-waktu berbelanja keperluan dapur ke pekan selasa dan jum’at tersebut. Orang Sakai di
Jembatan II jarang pergi ke Kota Duri karena jaraknya yang jauh. Selain itu ada pula setiap pagi pedagang keliling yang menjajakan sayur dan ikan masuk ke desa
ini.
3.2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau pada awal
menetap sekitar tahun 1985 adalah menangkap ikan di sungai. Selain itu mereka juga memanfaatkan rotan dan damar dari hutan untuk dijual. Kemudian Orang
Sakai mengenal teknologi untuk mengolah kayu maka mereka mulai memanfaatkan kayu yang ada dihutan. Mulai tahun 1990-an Orang Sakai di
Jembatan II mengenal mesin pemotong kayu untuk menebang pohon. Harga mesin pemotong kayu yang mahal sekitar Rp 3-4 juta membuat Orang Sakai iuran
untuk membelinya. Oleh karena itu hingga sekarang mata pencaharian utama Orang Sakai di Jembatan II adalah mencari dan mengolah kayu yang ada di hutan.
Adapun mata pencaharian lain Orang Sakai adalah menangkap ikan, mengumpulkan kayu api, mengikat kayu, buruh angkut kayu, Satpam di PT
Chefron Pacific Indonesia, dan menjaga Pos sumbangan. 3.2.1 Mencari Kayu
Orang Sakai yang tinggal disekeliling hutan memanfaatkan hutan tersebut dengan mengambil kayu. Kayu yang diambil antara lain kayu meranti, kayu
Universitas Sumatera Utara
rengas, kayu mentangur, kayu ramen, kayu kulim, kayu punak, kayu durian hutan, kayu merah, rotan, damar, dan lain-lain. Kayu yang diambil untuk diolah biasanya
kayu yang diameternya minimal sudah mencapai 20 cm. Kayu tersebut akan diolah menjadi kayu balok ataupun diambil dalam bentuk kayu cerocok. Kayu
cerocok yaitu kayu kecil berdiameter 5 cm yang biasanya digunakan untuk tiang- tiang penyanggah dalam proses membangun rumah beringkat.
Gambar 11: Kayu cerocok yang berdiameter 5 cm Orang Sakai yang mencari kayu biasanya dengan sistem mandah. Sistem
mandah dilakukan Orang Sakai karena hutan-hutan yang dekat dengan pemukiman mereka sudah tidak ada lagi. Orang Sakai harus mencari kayu di
tempat yang jauh yang mengharuskan mereka menyisir sungai. Misalnya berangkat dari rumah pukul 12.00 wib menaiki sampan maka akan sampai
ditempat mandah pukul 15.00 wib. Mereka harus membawa bekal makanan beserta peralatan memasak dan perlengkapan tidur. Bekal yang dibawa seperti
beras, telur, mie instan, dan sayuran yang tahan hingga berhari-hari. Biasanya
Universitas Sumatera Utara
yang pergi mandah adalah laki-laki dan anak laki-laki, sedangkan perempuan jarang ikut pergi mandah.
Ketika pulang mandah mereka akan membawa pulang kayu yang sangat banyak. Bisa mencapai 20 gandeng kayu dengan panjang sekitar 3-4 meter yang
disusun panjang berbaris. Kayu-kayu gelondongan ini diilangsir melalui sungai dengan perahu mesin. Setelah dilangsir maka kayu-kayu ini akan di olah di kilang
kayu
11
ataupun langsung dijual.
Gambar 12: Kayu yang dibawa setelah pulang mandah Bukan hanya Orang Sakai yang terlihat mencari kayu di daerah ini. Ada
pula orang dari suku lain seperti Orang Batak dan Orang Nias. Biasanya mereka menikah dengan Orang Sakai sehingga dapat masuk atau bergabung dengan
Orang Sakai di Jembatan II ini. Bapak Bahtiar dan Bapak juntak menantu bapak Bahtiar serta Ibu Erni
adik ipar istri bapak Bahtiar adalah orang pertama yang membuka kilang.
11
Kilang kayu adalah pabrik pengolahan kayu menjadi broti dan papan yang berskala kecil.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian semua warga pada berbondong-bondong ikut membuka kilang hingga jumlahnya mencapai 9 kilang. Sebenarnya Bapak Bahtiar sudah melarang untuk
tidak membuka kilang lagi cukup kilang besar itu saja jika tujuannya untuk masyarakat. Akan tetapi warga lain melihat keberhasilan kilang besar maka
mereka ikut membuka kilang. Tahun 2010 polisi merazia kilang kayu di Jembatan II. Semua pekerja ditangkap dengan tuduhan illegal loging. Semua kilang
dibongkar dan semua kayu dan mobil untuk mengangkut disita. Ada 8 Orang Sakai yang ditetapkan sebagai tersangka, terdiri dari 7 laki-laki dan 1 perempuan.
Mereka dipenjara selama 9 bulan.
Gambar 13: Kayu gelondongan yang ada di kilang Pada awal tahun 2013 dibuka kembali kilang oleh Bapak Juntak di
Jembatan II ini. Orang Sakai di Jembatan II dalam mencari kayu dan mengolah kayu sebenarnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Mereka takut di tangkap lagi
dengan tuduhan illegal loging. Terdapat 2 kilang yang berdiri. Kilang tersebut
Universitas Sumatera Utara
terletak di pinggir sungai akan tetapi jauh kedalam tidak dipinggir jalan. Tujuan didirikannya kilang yang jauh kedalam agar kegiatannya tidak terlihat oleh polisi.
3.2.2 Menangkap Ikan di Sungai Orang Sakai di Jembatan II setiap hari menangkap ikan disungai. Jenis
ikan yang terdapat di sungai Jembatan II antara lain Ikan selais, baung putih, bulan-bulansingkek seperti ikan sepat, toman, kelabau kabau, tapah, bujuk
lupunggabus, ikan tanah, pantau, jalai, gabus, lele lembat, sekapar, mengkaik, batung, udang, kura-kura, labi-labi, berang-berang dan lain-lain. Cara yang
dilakukan Orang Sakai dalam memangkap ikan antara lain dengan memancing, meletakkan lukah, menaju, melanggai, dan getek. Orang Sakai dalam melakukan
cara tersebut menggunakan peralatan seperti pancing, lukah kantor, lukah pngilar, taju, jaring, dan lain-lain.
Memancing Orang Sakai memancing pada pagi dan sore hari. Pada pagi hari antara
pukul 06.00 wib sampai 10.00 wib anak-anak Sakai memancing ikan mengkaik untuk dijadikan umpan. Ikan mengkaik adalah ikan kecil-kecil yang hidup
dipinggir sungai biasanya di sekitar rumah Orang Sakai. Memancing ikan mengkaik menggunakan umpan nasi yang pasangkan pada kail. Untuk
memancing ikan mengkaik tidak memerlukan waktu yang lama. Biasanya dalam 1 menit saja bisa mendapatkan 5 ikan. Ikan mengkaik yang di dapat akan dijadikan
untuk menaju ikan. Ikan mengkaik jarang dikonsumsi oleh Orang Sakai. Menurut mereka ikan mengkaik repot mengolahnya memberihkan sisiknya karena
berukuran kecil. Selain itu ikan mengkaik tergolong ikan yang kotor karena hidup
Universitas Sumatera Utara
disekitar rumah orang sakai dan memakan apa saja yang jatuh dari atas rumah termasuk kotoran manusia.
Pada sore hari Orang Sakai baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak memancing ke hilir sungai naik sampan. Sebelumnya mereka mencari umpan
cacing di halaman depan rumah atau di tumpukan serbuk kayu di kilang. Bisanya mereka pergi pukul 16.00 WIB dan pulang pada petang pukul 18.30 WIB. Ikan
yang didapat saat memancing antara lain ikan selais, ikan patok, kelabau, anak umat, lupong, dan ikan mengkaik. Pancing yang digunakan terbuat dari bambu,
kayu, atau batang kelapa sawit, dengan panjang sekitar 2 ½ m. Menggunakan tali pancing dengan panjang sekitar 2 ¼ m.
Gambar 14: Orang sakai yang sedang memancing
Menaju Menaju adalah cara memancing dengan memasang taju pada ranting-
ranting pohon dipinggir sungai. Taju adalah alat pancing yang tidak pakai batang pancing, hanya kail dan tali pancing yang berukuran besar. Umpan taju adalah
Universitas Sumatera Utara
ikan mengkaik atau ikan sempoik yang telah dipotong-potong. Biasanya Orang Sakai dapat memasang taju sebanyak mungkin seperti 10 hingga 20 taju. Apabila
taju dipasang pada pagi hari maka siang harinya dilihat atau diambil. Apabila dipasang siang maka sore hari dilihat. Dan apabila memasng taju pada sore hari
maka keesokan harinya diambil. Ikan yang dicari menggunakan taju antara lain ikan tapah, belut, lumponggabus, dan ikan besar lainnya.
Gambar 15: Hasil tangkapan ikan dengan menggunakan alat Taju
Getek Menggetek yaitu memancing dengan menggoyang-goyangkan pancing.
Hal ini dilakukan agar ikan tertarik pada umpan. Umpan yang dipakai dalam menggetek ini adalah cicak, katak hijau, atau anak tikus. Pancing terbuat dari
batang bambu, tali pancing yang besar nomor 12, serta mata pancing besi. Menggetek dilakukan pada pagi dan sore hari. Menggetek biasanya dilakukan
dipinggir sungai atau di bekoan. Ikan yang didapat adalah ikan tanah dan ikan
Universitas Sumatera Utara
gabus lupong. Kegiatan ini hanya sedikit orang yang melakukan, biasanya adalah orang yang hobi saja.
Lukah Ada berbagai jenis lukah untuk menangkap ikan. Lukah kantor dan lukah
pengilar adalah lukah yang sering digunakan oleh Orang Sakai di Jembatan II untuk menangkap ikan. Dahulu semua lukah dibuat dari rotan dan pada tahun
2000-an lukah sudah terbuat dari kawat dan tali. Lukah kantor terbuat dari jaring kawat dan rotan yang dirangkai berbentuk bulat dengan panjang sekitar 1 meter-
1.50 meter. Bagian dalam lukah dirangkai rotan berbentuk kerucut yang ujungnya diberi lubang. Bagian depan lukah untuk pintu masuk ikan dibuat lebih besar dari
bagian belakang. Sedangkan bagian belakang dibuat agak kecil bahkan ditutup agar ikan yang sudah masuk tidak bisa keluar.
Lukah ini biasanya diletakkan di bekoan atau rawa-rawa untuk menangkap ikan lele. Umpan yang digunakan adalah belacan atau buah parah buah pohon
karet. Setiap satu hari satu malam atau setiap dua hari lukah akan dilihat. Apabila musim ikan melihat lukah dalam satu hari bisa sampai 3-4 kali. Menurut mereka
musim ikan itu pada bulan Agustus.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 16: Lukah Kantor Lukah pengilar adalah lukah yang terbuat dari tali nilon yang dijalin
berbentuk persegi dengan bantuan kayu. Kemudian diberi lubang panjang disalah satu sisi yang berfungsi sebagai pintu masuk ikan. Cara mengeluarkan ikan yang
tertangkap dengan mengeluarkan ikan pada lubang yang dibuat di sudut lukah. Lukah ini bisa menggunakan umpan bisa juga tidak. Lukah diletakkan dipinggir
sungai diantara akar-akar pohon ataupun semak-samak pandan yang tumbuh di dalam sungai. Menurut mereka disitulah tempat berkumpulnya ikan. Apabila
lukah diletakkan pada pagi hari maka akan dilihat pada sore hari. Apabila lukah diletakkan pada sore hari maka akan dilihat pada keesokan paginya. Hal ini
dilakukan karena terdapat ikan-ikan yang aktif pada malam hari dan ada ikan yang aktif pada siang hari. Ikan yang didapat adalah ikan bulan-bulan dan ikan selais
tapi kadang-kadang dapat juga ikan besar seperti lupong. Lukah di beli dari tetangga yang pandai membuat lukah. Ada pula jenis lukah pengilar kecil yang
terbuat dari jaring bukan tali nilon. Lukah ini menggunakan umpan nasi biasanya untuk menangkap ikan mengkaik. Lukah ini diletakkan dibawah rumah rumah
panggung yang berdiri diatas sungai atau bekoan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 17 : Lukah Pengilar Melanggai
Melanggai yaitu menangkap ikan maupun udang menggunakan jaring yang diapit dua bambu panjang. Panjang jaring 4-5 meter dengan lebar 2 meter,
sedangkan panjang bambu sekitar 2-3 m. Ikan yang didapat biasanya adalah segala ikan seperti ikan bulan-bulan, ikan mengkaik, ikan selais, dan lainnya.
Akan tetapi kegiatan melanggai ini jarang sekali dilakukan karena di sungai terdapat ranting-ranting pohon membuat jaring sering tersangkut.
3.2.3 Menjaga Pos Sumbangan Memasuki wilayah Jembatan II, Desa Petani, terdapat tiga pos yang dijaga
Orang Sakai setempat. Pos yang dimaksud adalah pos untuk meminta sumbangan pada truk yang melewati Jembatan II ini. Pos tersebut berada di kedua ujung
perkampungan dan satu pos ditengah perkampungan. Penjaga pos, baik perempuan, laki-laki maupun anak-anak. Mereka mengulurkan tangan kepada
setiap truk pengangkut barang yang melintas. Awalnya mereka tidak mematok
Universitas Sumatera Utara
berapa jumlah uang yang diberikan, yang penting ada. Namun belakangan mereka mematok jumlah uang yang harus diberikan oleh truk-truk. Misalnya untuk truk
tangki yang berisi minyak harus memberikan Rp 10.000 dan apabila truk tangki kosong maka harus memberikan Rp 5000. Selain itu bus Pinem yang melintas
pada sore dan pagi hari juga diberikan patokan jumlah yang harus dibayar yaitu Rp 5000. Sedangkan untuk truk pengangkut kayu, kelapa wawit, ubi dan lainnya
tidak diberikan patokan harga melainkan sukarela dari pembawa truk biasanya Rp 1.000 – Rp 2 000. Lain halnya dengan mobil-mobil PT CPI yang melintas tidak
dikutip pajak karena supir mobil mengatakan bahwa mereka tidak diberi uang oleh atasan.
Gambar 20: Seorang mengambil uang sumbangan
Semua keluarga yang bermukim di Jembatan II RW 09 RT 01 tersebut secara bergiliran mendapat tugas menjaga pos. Menjaga pos sesuai dengan nomor
urut yang telah ditentukan pada setiap keluarga. Orang Sakai menjaga Pos selama 24 jam yakni mulai pukul 07.00 WIB hingga 19.00 WIB. Penghasilan yang
didapat selama menjaga pos beragam minimal Rp 100.000 – Rp 300.000. Truk-
Universitas Sumatera Utara
truk dan tangki sudah mengetahui kemauan seseorang yang berdiri dipinggir jalan, sopir truk mengurangi kecepatan dan memberikan uang.
Awal didirikan pos ini atas inisiatif Orang Sakai sendiri guna mengendalikan keterpurukan ekonomi. Menurut mereka tidak ada lagi yang dapat
dikerjakan. Kini Orang Sakai dilarang untuk mengambil kayu di hutan. Begitu juga mencari ikan, kini ikan sulit diperoleh. Sedangkan untuk berkebun mereka
tidak mempunyai tanah. Menurut mereka dalam pendirian pos sumbangan ini sudah mendapat izin oleh Kepala Desa setempat.
3.2.4 Mengumpulkan Kayu Api Kayu api adalah sisa potongan-potongan kayu yang di olah menjadi kayu
balok. Kaum perempuan dan anak-anak yang mengumpulkan kayu api dari kilang. Biasanya mereka mengumpulkan kayu api sambil membersihkan kilang. Setelah
kayu api terkumpul, kemudian mereka susun diatas tali tambang dan jerigen yang telah dirangkai. Jerigen digunakan agar kayu api dapat terapung dan
mempermudah proses pelangsiran. Dalam sekali angkut jerigen yang digunakan sekitar 12 jerigen ataupun tergantung banyaknya kayu api yang diangkut. Mereka
harus melangsir kayu api dari kilang ke pinggir sungai dekat jalan. Kayu api yang dilangsir tidak langsung diangkat. Mereka harus menunggu
pembeli datang. Terkadang mereka juga menelepon pembeli tersebut. Biasanya 1 minggu sekali kayu api tersebut baru laku dan diangkut. Apabila mendapat 2 kali
langsiran maka kayu yang didapat adalah 1 truk berukuran sedang. Harga kayu api 1 truk adalah Rp. 200.000. Akan tetapi kayu api 1 truk tersebut biasanya
Universitas Sumatera Utara
bukanlah hasil dari 1 orang yang mengumpulkan kayu api, melainkan hasil dari 2 sampai 3 orang yang mengumpulkan kayu api. Orang yang membeli kayu api ini
bukanlah Orang Sakai tetapi orang luar, yaitu Orang Minang atau Orang Jawa yang membuka usaha rumah makan.
Gambar 21: Melangsir Kayu Api
3.2.5 Buruh Angkut Kayu Buruh angkut kayu merupakan pekerjaan sampingan Orang Sakai di
Jembatan II. Pekerjaan ini dilakukan oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Mereka akan mengangkut kayu yang sudah dikumpul di pinggir sungai ke truk
pengangkut atau ke becak. Upah yang mereka dapat tergantung banyak kayu yang mereka angkut. Untuk mengangkut kayu ke becak biasanya akan dikerjakan oleh
2 orang dan akan mendapat upah sekitar Rp 50.000 untuk dibagi rata. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
untuk mengangkut kayu ke truk biasanya akan dikerjakan lebih dari 2 orang dan akan mendapat upah sekitar Rp 200.000 atau lebih dan dibagi rata.
Gambar 22. Mengangkut kayu
3.2.6 Satpam di PT Chevron Pacific Indonesia Terdapat 2 orang pemuda Jembatan II yang bekerja menjadi Satpam di PT
Chevron Pacific Indonesia. Mereka bisa menjadi Satpam di PT CPI karena tuntutan yang dilakukan warga Sakai Jembatan II. Tuntutan yang dilakukan
Warga Sakai di Jembatan II berkaitan dengan kegiatan eksplorasi minyak di tanah Orang Sakai. Mereka menuntut Putra daerah untuk dipekerjakan dalam Perusaaan.
Cara yang dilakukan dalam tuntutan tersebut adalah dengan menahan mobil dan tangki-tangki PT CPI yang lewat di kampung mereka. Pada pembawa
mobil atau tangki tersebut mereka mengatakan bahwa mereka ingin bekerja di PT CPI. Maka supir mobil dan tangki-tangki tersebut akan menghubungi atau
melapor pada atasan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Orang Sakai, PT CPI sebenarnya bisa mempekerjakan Orang Sakai dalam Perusahaan. Namun PT CPI memberikan syarat setiap Orang Sakai
yang ingin bekerja di PT CPI harus sekolah atau mempunyai ijazah minimal SMA sederajat. Tentu saja Orang Sakai sulit untuk memenuhi syarat tersebut. Seperti
diketahui bahwa Orang Sakai lebih banyak yang tidak menamatkan sekolahnya bahkan Sekolah Dasar. Oleh karena itu PT CPI kesulitan untuk memperkerjakan
mereka.
3.2.7 Membersihkan Ladang Orang
Membersihkan ladang orang merupakan mata pencaharian sampingan Orang Sakai di Jembatan II. Mereka bekerja apabila ada borongan membersihkan
ladang orang. Ladang yang dibersihkan adalah ladang sawit ataupun lahan yang masih berupa hutan dan semak belukar. Mereka bekerja selama 1-2 minggu. Upah
yang diterima biasanya Rp 300.000 untuk 7 hari. Mereka membersihkan ladang orang karena Orang Sakai tidak mempunyai tanah. Dahulu mereka mempunyai
tanah tetapi mereka senang menjual tanah-tanah mereka kepada orang lain sehingga mereka tidak mempunyai tanah lagi.
3.2.8 Mengikat Kayu Kayu-kayu yang telah diolah dan telah dilangsir ke pinggir sungai dekat
jalan akan disusun dan diikat. Pekerjaan mengikat kayu ini tidak semua Orang Sakai mengerjakannya. Pekerjaan ini hanya dilakukan oleh keluarga ibu Erma.
Toke kilang yang memberikan pekerjaan ii karena ibu Erma adalah seorang Janda.
Universitas Sumatera Utara
Kayu-kayu akan diikat berdasarkan ukuran. Ikatan kayu kecil biasanya terdiri dari 6 kayu, sedangkan ikatan kayu besar terdiri dari 4 kayu. Upah yang diterima
adalah sesuai dengan ikatan kayu. Satu ikat kayu mendapat upah Rp 1000. Akan tetapi upah akan diberikan setiap 1 minggu sekali.
3.3 Ekonomi dan Pola Kehidupan Sehari-hari