Kesimpulan Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kedatangan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, diawali adanya keinginan mencari ikan di rawa-rawa dan sungai Jurong Jembatan II sekitar tahun 1980-an. Orang Sakai merasa bahwa Sungai Jurong Jembatan II dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka, sehingga memutuskan untuk menetap di Jembatan II ini pada tahun 1985. Telah terjadi perubahan ekologi di wilayah pemukiman Orang Sakai Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau. Pemukiman Orang Sakai di Jembatan II pada awal kedatangan mereka dikelilingi hutan lebat dan sebuah sungai yang membelah perkampungan. Hutan tersebut menyediakan kayu alam dan hewan yang beraneka ragam. Sungai yang membelah perkampungan menyimpan aneka ragam ikan dengan jumlah yang melimpah. Namun kini hutan di wilayah Jembatan II dibuka secara bertahap dan terus-menerus untuk dijadikan kegiatan eksplorasi minyak, perkebunan kelapa sawit, serta Hutan Tanaman Industri HTI. Selain itu, ikan di sungai yang membelah perkampungan Orang Sakai Jembatan II semakin sedikit jumlahnya. Telah terjadi perubahan mata pencaharian Orang Sakai Jembatan II. Dimana sebelumnya mata pencaharian utama mereka adalah menangkap ikan di sungai, mengumpulkan hasil hutan dan berburu hewan, kini berubah menjadi Universitas Sumatera Utara mencari kayu gelondongan di hutan untuk diolah menjadi broti dan papan di kilang kayu. Kegiatan menangkap ikan di sungai hanya dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan. Sedangkan kegiatan mengumpulkan hasil hutan mencari kayu bakar, rotan dan damar serta berburu hewan tidak mereka lakukan lagi. Kemajuan teknologi dan kedatangan toke-toke kayu mendorong Orang Sakai di Jembatan II untuk memanfaatkan hutan secara lebih. Pada awalnya mereka membeli mesin pemotong kayu untuk mencari kayu Chips saja. Kayu Chips ini akan dijual kepada toke-toke kayu yang datang ke Jembatan II. Kemudian ditawarkan mesin-mesin pengolah kayu untuk membuka kilang kayu oleh toke. Pada akhirnya beridirilah kilang kayu di Jembatan II yang didirikan oleh Orang Sakai. Pembukaan kilang kayu telah membuat Orang Sakai di Jembatan II mengalami masa kejayaan dan keterpurukan dalam ekonomi mereka. Pada masa kejayan mereka mampu membeli peralatan elektronik, emas, dan sepeda motor. Pada tahun 2010 kilang kayu Orang Sakai di Jembatan II dirazia oleh polisi. Orang Sakai mengalami keterpurukan ekonomi. Mengemis serta mencari botol bekas dan gelas plastik bekas mereka lakukan untuk mendapatkan uang. Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II juga mulai tidak terkendali. Pencurian dirumah-rumah dilakukan oleh sesama Orang Sakai Jembatan II. Inisiatif Orang Sakai dalam mengatasi keterpurukan ekonomi dengan mendirikan pos sumbangan di jalan Jembatan II kepada kendaraan yang melintas. Terdapat tiga pos sumbangan di Jembatan II tersebut. Orang Sakai secara Universitas Sumatera Utara bergantian menjaga pos sumbangan sesuai dengan giliran yang telah ditetapkan. Solusi ini dapat sedikit mengatasi keterpurkan ekonomi mereka. Orang Sakai di Jembatan II tidak jerah dengan penangkapan polisi terhadap mereka. Hal ini terlihat pada pembukaan kilang kayu kembali oleh Orang Sakai di Jembatan II setelah mereka keluar dari penjara. Tidak adanya pekerjaan lain yang dapat mereka lakukan serta tingginya pendapatan yang didapat membuat Orang Sakai membuka kilang dan mencari kayu kembali. Telah terjadi perubahan hubungan Orangt Sakai dengan alam. Dimana sebelumnya Orang Sakai memiliki hubungan yang dekat dan erat dengan alam pada awal kedatangan di Jembatan II. Orang Sakai cenderung tidak mengeksploitasi hutan. Penggunaan perelatan tradisional juga membantu tidak adanya eksploitasi hutan yang dilakukan oleh Orang Sakai di Jembatan II. Namun kini hubungan antara Orang Sakai di Jembtan II dengan alam menjadi berdasarkan pada pemuasan kebutuhan mereka. Kayu yang terdapat di hutan yang bernilai ekonomis maka akan ditebang. Penebangan tersebut tanpa memikirkan apapun, sebab yang terpenting adalah mendapatkan sebanyak-banyaknya kayu untuk mendapatkan uang.

5.2 Saran

Dokumen yang terkait

Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

4 64 111

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 18

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 2

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 32

Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 15

Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 12

BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Daerah Riau - Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 1 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 1 33

DINAMIKA KEHIDUPAN ORANG SAKAI (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 17