Kayu-kayu akan diikat berdasarkan ukuran. Ikatan kayu kecil biasanya terdiri dari 6 kayu, sedangkan ikatan kayu besar terdiri dari 4 kayu. Upah yang diterima
adalah sesuai dengan ikatan kayu. Satu ikat kayu mendapat upah Rp 1000. Akan tetapi upah akan diberikan setiap 1 minggu sekali.
3.3 Ekonomi dan Pola Kehidupan Sehari-hari
Kehidupan ekonomi Orang Sakai di Jembatan II pada umumnya tergolong sederhana, yaitu hidup hanya dari mencari kayu yang sudah terbatas jumlahnya
dan menangkap ikan. Sedangkan untuk berladang padi, menanam ubi menggalo, dan meramu hasil hutan tidak mereka lakukan. Hal ini disebabkan karena
masyarakat Sakai di Jembatan II tidak memiliki ladang. Begitu juga dengan hasil hutan seperti damar, rotan dan hewan atau burung yang diburu sudah tidak banyak
tersedia. Besarnya biaya hidup sehari-hari yang harus mereka keluarkan tidak
seimbang dengan jumlah pendapatan yang mereka peroleh. Biaya tersebut antara lain digunakan untuk membeli beras, minyak goreng, cabai, bawang, santan
kelapa, bumbu masak, sayuran, ikan laut, daging, gula, teh, kopi, jajan, rokok, pakaian, sabun cuci, anti nyamuk, obat-obatan sehari-hari, minyak tanah, minyak
solar, minyak bensin, air bersih dan lain-lain. Orang Sakai yang memiliki pendidikan rendah serta tidak adanya
keterampilan dan kreativitas membuat mereka sulit untuk bekerja dibidang lain. Oleh sebab itu, Orang Sakai di Jembatan II sangat bergantung dari alamnya.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan mata pencaharian yang bergantung dengan alam tersebut sedikit menghasilkan uang.
Pola kehidupan sehari-hari yang akan diuraikan merupakan hasil observasi peneliti selama melakukan penelitian pada 26 Maret sampai 11 April 2013, dan
tidak mencakup sebelum maupun sesudahnya. Orang Sakai di Jembatan II biasanya mulai melakukan aktivitas pukul 05.30 WIB. Para perempuan akan
memulai dengan memasak nasi, merebus air minum dan memanaskan lauk yang tersisa dengan menggunakan kompor minyak tanah. Selain itu mereka akan
memeriksa api ikan salai yang dimasak pada malam hari. Melihat apakah ikan salai sudah masak atau belum. Sedangkan anak-anak yang akan bersekolah akan
bangun dan langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring dan baju di sungai.
Para laki-laki biasanya bangun lebih lama dari pada perempuan dan anak- anak. Kemudian laki-laki akan pergi melihat lukah atau taju yang dipasang sore
sebelumnya. Setelah laki-laki pulang melihat lukah atau taju dan membawa ikan hasil tangkapannya, kemdian istri akan memilih ikan yang akan dibersihkan untuk
dimasak dan ikan yang akan disimpan dalam keadaan hidup. Hasil tangkapan ikan biasanya akan dikonsumsi dan dijual oleh
masyarakat. Masyarakat Sakai yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak bisanya tidak menjual hasil tangkapan ikannya. Ikan yang mereka jual
adalah ikan segar ataupun ikan yang telah disalai. Harga ikan bulan-bulan segar Rp10.000kg, ikan selais Rp10.000kg, ikan toman Rp50.000kg. Ikan yang tidak
mereka jual biasanya akan di olah menjadi ikan asapsalai dan ikan asin.
Universitas Sumatera Utara
Menyalai Ikan Mengasap Ikan
Semua jenis ikan bisa diasap, tetapi biasanya ikan yang diasap oleh Orang
Sakai adalah ikan selais, dan ikan bulan-bulan. Pertama ikan yang akan di asap bisa dibersihkan terlebih dahulu dan bisa juga tidak dibersihkan. Cara
membersihkan ikan adalah dengan membersihkan sisiknya, membuang isi perutnya, membuang kepalanya. Setelah ikan dicuci bersih maka siap untuk
diasap. Ikan asap tidak memerlukan bumbu apapun. Cara mengasapnya adalah dengan menghidupkan api menggunakan
potongan-potongan kecil kayu balok. Letakkan ikan di atas api dengan menggunakan jaring kawat. Jarak api dan jaring kawat yaitu sekitar ½ meter – 1
meter. Ikan diasap selama 1 hari apabila api ditunggu dan bisa hingga 1 hari 1 malam apabila api tidak rajin dilihat. Jika warna ikan sudah terlihat merah
kehitaman maka ikan sudah matang dan bisa diangkat. Ikan yang diasap akan keras dagingnya. Ikan asap ini bisa disimpan hingga berbulan-bulan. Ikan salai
yang dijual harganya bisa mencapai Rp50.000kg-Rp100.000kg.
Gambar 18: Mengasap ikan
Universitas Sumatera Utara
Mengasin Ikan Ikan yang diasin biasanya adalah ikan bulan-bulan yang berukuran kecil.
Besarnya sekitar setangah telapak tangan orang dewasa. Ikan yang diasin harus dibersihkan sisik, perut, dan kepalanya terlebih dahulu. Setelah bersih kemudian
diberi garam. Ukurannya adalah 1 kg ikan maka menggunakan 1 bungkus garam. Setelah itu diamkan ikan yang sudah diberi garam selama 20 menit. Kemudian
ikan tersebut dijemur diatas papan atau potongan seng. Jika matahari terik maka ikan yang dijemur selama dua hari sudah bisa diangkat dan dikonsumsi. Akan
tetapi apabila musim hujan menjemur ikan asin memerlukan waktu antara 3 sampai 4 hari. Orang sakai mengkonsumsi ikan asin dengan menggorengnya.
Menurut mereka ikan asin yang mereka buat berbeda rasanya dengan ikan asin yang dijual. Ikan asin yang mereka buat dijual seharga Rp 15.000,00kg - Rp
20.000,00kg.
Gambar 19: Mengasin ikan
Universitas Sumatera Utara
Pada saat sarapan pagi, mereka tidak sarapan bersama. Suami istri dan anak masing-masing akan sarapan apabila mereka ingin sarapan. Tidak semua
Orang Sakai di Jembatan II sarapan nasi di pagi hari. Mereka akan sarapan dengan minum teh manis dan rotibiskuit yang dibeli di warung. Hal ini dikarenakan
mereka hemat terhadap beras. Menurut Orang Sakai di Jembatan II, dahulu mereka sarapan dengan menggunakan ubi menggalo. Harga ubi menggalo yang
murah sekitar Rp5.000cupak tempurung kelapa membuat mereka lebih memilih sarapan dengan menggalo ketimbang nasi. Akan tetapi sekarang harga ubi
menggalo yang sudah mencapai Rp12.000cupak, membuat mereka lebih memilih sarapan nasiberas yang harganya lebih murah sekitar Rp10.000kg. Orang Sakai
di Jembatan II tidak menanan ubi menggalo sehingga mereka tidak bisa membuat ubi menggalo sendiri.
Gambar 23: Ubi Menggalo
Sekitar pukul 06.45 WIB anak-anak yang bersekolah di SMP dan SMA berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor. Setiap pagi mereka akan
Universitas Sumatera Utara
mengisi bensin sepeda motor di warung dekat rumah. Sedangkan anak-anak yang bersekolah di SD akan pergi ke sekolah pukul 07.30 WIB. Sesampainya disekolah
anak-anak langsung membelikan uang jajan mereka pada pedagang makanan yang datang dari luar. Jajanan yang biasa dibeli antara lain bakso bakar, pisang molen
kecil, roti, dan sebagainya. Sekitar pukul 07.00 WIB, para ibu akan berelanja di pedagang sayur
keliling yang datang. Mereka akan membeli bawang, cabai, santan dan sayuran. Sayuran yang biasa dibeli adalah gambas, kacang panajang, buncis, kentang,
bayam, kangkung, dan sebagainya. Keadaan rumah Orang Sakai di Jembatan II yang tidak dialiri listrik selama 24 jam membuat mereka tidak bisa memiliki
lemari pendinginkulkas. Oleh karena itu mereka harus berbelanja setiap hari agar mendapatkan sayuran dan cabai yang segar. Selain itu Orang Sakai di Jembatan II
juga dapat pergi ke pasar di jalan Rangau Km 18 setiap hari Jum’at dan Selasa untuk berbelanja. Biasanya mereka akan pergi menggunakan sepeda motor, becak
kayu atau menumpang kendaraan roda empat yang melintas di Jembatan II. Barang-barang yang dibeli di pasar anatara lain pakaian, emas, sembako, sayuran,
daging ataupun ikan laut. Setelah sarapan pagi, para laki-laki mulai melakukan berbagai aktivitasnya
seperti mencari umpan untuk memancing dan menaju, memasang umpan taju dan lukah, memancing ikan, mengolah kayu yang mereka dapat dari mandah,
memperbaiki lukah yang rusak, membuat dayung sampan, memperbaiki sampan bermesin, dan meleles kayu gelondongan yang jatuh didalam sungai. Sedangkan
anak laki-laki yang tidak bersekolah akan membantu orang tuanya memancing ikan mengkaik untuk umpan taju, membantu mengolah kayu, atau bermain di
Universitas Sumatera Utara
jembatan untuk melompat ke sungai, bermain di pos sumbangan, dan bermain di halaman sekolah.
Sekitar pukul 09.00 WIB, para ibu yang telah belanja akan memasak untuk
makan siang dan sekaligus makan malam. Masakan yang sering mereka masak adalah menyambal atau menggulai ikan bulan-bulan, ikan gabus, ikan selais, ikan
toman, dan ikan lainnya yang didapat dari lukah ataupun memancing serta menaju. Sedangkan sayur yang mereka masak adalah gulai gambas, kacang
panjang, kentang ataupun menumis kangkung, merebus bayam, dan sebagainya. Sekitar pukul 12.30 WIB para laki-laki akan menghentikan perkerjaannya
untuk makan siang. Sedangkan para ibu akan langsung makan ketika mereka siap memasak. Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, para laki-laki akan
melanjutkan pekerjaan mereka. Sedangkan para perempuan pada siang hari ketika semua pekerjaan telah selesai, mereka akan mengobrol sambil merokok ataupun
memakan buah pinang di salah satu rumah warga. Menurut mereka buah pinang dapat mencuci perut untuk melancarkan buang air besar dan memperkuat gigi.
Selain itu ada pula perempuan yang telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya lalu pergi ke kilang kayu. Mereka akan membersihkan kilang dan
mengumpulkan kayu api dari kilang. Hanya beberapa perempuan saja yang dapat membersihkan kilang dan meleles kayu api dari kilang, mereka adalah sanak
keluarga dari pemilik kilang. Tidak setiap hari mereka dapat meleles kayu api, tergantung kegiatan kilang beroperasi.
Anak SD pulang dari sekolah sekitar pukul 11.00 WIB. Sedangkan anak SMP dan SMA pulang sekolah sekitar pukul 14.00 WIB. Setelah mengganti
Universitas Sumatera Utara
seragam sekolah, mereka akan makan siang. Setelah makan siang, mereka akan menyusul ibu untuk membantu mengumpulkan kayu api di kilang, melangsir kayu
api dari kilang, mengikat kayu saat kayu-kayu yang siap diikat sudah menumpuk dipinggir sungai atau jika tidak ada pekerjaan mereka akan tidur siang ataupun
bermain dengan teman. Sekitar pukul 16.00 WIB, para laki-laki maupun perempuan mulai
melakukan kegiatan memancing. Memancing pada sore hari dilakukan apabila pagi hari mereka tidak memancing. Sebelumnya mereka mencari umpan terlebih
dahulu di halaman rumah. Lokasi memancing mereka tidak jauh dari pemukiman. Biasanya di hilir sungai. Mereka memancing diatas sampan yang diikatkan
diranting pohon. Mereka akan pulang ketika hari mulai petang sekitar pukul 18.30 WIB. Hasil pancingan yang mereka dapat antara lain ikan gabus, lupong, selais,
toman, lele, patok, kelabau dan sebagainya. Para anak perempuan yang di tinggal ibu pergi memancing, mengerjakan
pekerjaan rumah seperti memasak nasi, melipat kain yang dijemur, mencuci piring dan mencuci baju sekaligus mandi di sungai. Sedangkan anak-anak kecil bermain
bersama di halaman masjid. Permainan anak-anak yang mereka mainkan antara lain permainan Aminah, selubang, putar tangan, tarik tambang tangan, pasar
malam dan jungkir balik. Sedangkan remaja laki-laki bermain sepak bola di lapangan dekat Masjid.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 24: Anak-anak bermaian pada sore hari
Sekitar pukul 18.00 WIB, anak laki-laki setelah bermaian sepak bola akan melompat dari jembatan untuk mandi. Para ibu dan laki-laki yang memancing
pulang dengan membawa ikan. Kemudian ikan tersebut dipilih yang dibersihkan untuk disalai dan ikan yang akan disimpan untuk dimasak keesokan harinya.
Setelah itu mereka akan memasang api untuk menyalai ikan, dan menyusun ikan diatas api tersebut.
Sekitar pukul 18.30 WIB Mesin deisel untuk penerangan pada malam hari dihidupkan. Anak-anak dengan antusiasnya menghidupkan televisi untuk
menonton acara kesukaan mereka. Setelah semua berkumpul maka mereka akan makan malam. Lauk yang mereka makan sama dengan lauk yang mereka makan
pada siang hari. Mereka makan bersama-sama sambil menonton televisi. Setelah makan malam, anak-anak yang duduk dibangku SD tidak belajar. Mereka asyik
menonton televisi. Sedangkan anak yang duduk dibangku SMP dan SMA akan memeriksa tugas yang diberikan guru dan mengerjakannya.
Universitas Sumatera Utara
Ada pula warga yang tidak menonton siaran televisi pada malam hari. Mereka akan memutar DVD dan berkaraoke bersama-sama. Sekitar pukul 21.00
WIB atau pukul 21.30 WIB mesin diesel akan dimatikan. Mereka akan tidur begitu mesin diesel mati. Mereka yang belum ingin tidur maka menggunakan
lampu minyak tanah untuk penerangan.
3.4 Pendidikan