Latar Belakang Masalah Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengkaji kehidupan Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau. Orang Sakai yang dimaksud adalah Orang Sakai yang berada di kawasan Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis Desa Petani. Peneliti mendeskripsikan bagaimana kehidupan sehari-hari Orang Sakai serta bagaimana hubungan Orang Sakai dengan lingkungan ekologi mereka. Fokus penelitian ini menjelaskan dinamika kehidupan Orang Sakai terkait perubahan lingkungan ekologi tempat mereka tinggal akibat berbagai hal salah satunya karena keberadaan perusahaan eksplorasi minyak dan perusahaan perkebunan. Alasan peneliti melakukan penelitian terhadap Orang Sakai karena kehidupan Orang Sakai yang tradisional berubah menjadi masyarakat yang semakin modern baik dalam sistem mata pencaharian, pendidikan anak, sistem kemasyarakatan, pola perkawinan, agama dan religi, serta kesehatan. Orang Sakai hidup di kawasan rawa-rawa atau daerah berpaya-paya, di hutan, serta disekitar sungai. Orang Sakai bertahan hidup dengan bergantung pada hutan dan sungai tersebut. Meliputi berladang berpindah-pindah, menjerat atau memburu hewan di hutan, mencari dan mengumpulkan hasil hutan serta menangkap ikan di sungai dan di rawa-rawa Parsudi Suparlan, 1995. Hutan-hutan di wilayah Kecamatan Mandau menurut Suparlan 1995 termasuk kedalam hutan tropik yang ditumbuhi bermacam tumbuhan. Dari tumbuhan dengan batang kayu keras dan besar sampai dengan yang batangnya Universitas Sumatera Utara lunak dan kecil; dan dari tumbuhan yang merambat sampai dengan lumut dan berbagai jamur serta tumbuhan air. Hasil hutan yang dicari oleh Orang Sakai antara lain kayu meranti, kayu balam, kayu gaharu kayu bosi, rotan, damar, kemenyan, getah karet hutan dan sebagainya. Sedangkan jenis hewan yang ada di hutan tersebut seperti gajah, tapir, babi hutan, musang, monyet, ular, tupai, kalong, tikus, ayam hutan, dan sebagainya. Sungai yang menghidupi Orang Sakai merupakan sungai-sungai kecil yang airnya hitam atau gelap kecoklat-coklatan. Hewan yang terdapat di sungai tersebut seperti ikan toman, ikan patin, ikan gabus, ikan lele, ikan kayangan, ikan selais, ikan baung, udang galah, biawak, ular air, dan sebagainya Suparlan, 1995:36-37. Kehidupan Orang Sakai yang sangat bergantung pada lingkungan alam membuat mereka menjalin hubungan baik dengan lingkungannya. Dalam berladang, memburu hewan di hutan dan menangkap ikan Orang Sakai memiliki cara dan aturan tertentu. Orang Sakai cenderung tidak mengeksploitasi lingkungannya. Hal tersebut didukung dengan tidak adanya teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan lingkungan hidup mereka. Wilayah Kecamatan Mandau yang dijadikan sebagai pusat kegiatan eksplorasi minyak, membuat wilayah-wilayah hutan di kecamatan ini dibuka secara bertahap dan terus-menerus. Selain itu wilayah tersebut juga dijadikan perkebunan karet dan kelapa sawit serta usaha Hutan Tanaman Industri HTI. Keadaan ini tentunya membuat Orang Sakai harus beradaptasi terhadap lingkungan ekologis mereka yang berubah. Kerusakan lingkungan hidup dapat menimbulkan kerugian ekologis, ekonomi dan sosial budaya bagi masyarakat sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Rab 2002:28 menjelaskan bahwa tempat beroperasinya perusahaan- perusahaan besar disana, dahulunya merupakan hutan dan belukar tempat orang Sakai mencari makan. Mereka mengambil rotan, damar, getah rambung, lembuai jenis kayu dan hewan buruhan. Dari sungai, mereka dapat mengambil berbagai jenis ikan. Mereka menerapkan pertanian ladang berpindah dengan tanaman padi ladang dan ubi manggalo. Dulu orang Sakai rata-rata memiliki lahan yang luas. Pada saat perusahaan-perusahaan mulai membuka hutan dan belukar, mereka banyak kehilangan tanahnya. Memang ada beberapa pihak membantu “pengganti” pada tanah penduduk yang diambil. Akan tetapi lebih banyak lagi yang seenaknya mencaplok itu tanah mereka tanpa permisi. Biaya pengganti tanah juga sangat rendah dan sepihak. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di berbagai bidang seperti explorasi minyak PT Caltex Pacific Indonesia 1 Ada pula artikel dalam kampungrison.wordpress.com 3062009, yang ditulis Jelprison dengan judul Selama 20 Tahun Sakai Telah Berubah, menyebutkan hutan-hutan yang dikelola oleh perusahaan itu ternyata dinilai tidak membawa keuntungan bagi masyarakat Sakai sendiri, bahkan Orang Sakai yang lekat dengan hutan dan rimba ini tidak bisa memasuki wilayah hutan tanaman , perkebunan kelapa sawit dan karet yang terbesar adalah PT Ivomas Tunggal dan PT Adei, PHP diantaranya adalah PT Rokan Timber dan terakhir adalah HTI PT Indah Kiat. Selain itu terdapat perusahaan-perusahaan kecil dan menengah milik perseorangan atau kelompok. Selain kepada perusahaan-perusahaan, lahan orang Sakai juga turut dihabiskan oleh para pendatang yang umumnya datang dari daerah Sumatera Utara, terutama Etnis Batak dan Jawa Rab, 2002:28. 1 Sekarang bernama PT Chevron Pacific Indoneisa Universitas Sumatera Utara industri yang dikelola perusahaan 2 . Selain itu terdapat juga artikel dalam www.riaupos.co 2682012, yang ditulis Erwan Sani dengan judul Dari Menangkap Ikan dan Berburu, Berpindah ke Tambak dan Bertani: Hutan Punah, Hidup Suku Sakai pun Berubah, menyebutkan Orang Sakai tak mudah lagi mengharapkan hasil hutan dan sungai. Apalagi setiap harinya jumlah tangkapan ikan dari sungai-sungai yang ada semakin tak bisa dipastikan. Kadang-kadang turun ke sungai menggunakan sonik tak dapat ikan, kalaupun ada hanya bisa untuk makan saja. Hal ini disebabkan semakin banyaknya anak-anak sungai yang mengering dan tak adanya hutan 3 Uraian masalah diatas memperlihatkan adanya suatu perubahan lingkungan ekologi yang menyebabkan berubahnya kehidupan Orang Sakai. Perubahan tersebut dapat menyangkut sistem mata pencaharian, sistem kekerabatan dan lingkaran hidup, magi, kepemimpinan dan keteraturan sosial, nilai-nilai tradisional, aspek-aspek kehidupan sehari-hari, identitas dan selera. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang lebih baik maupun perubahan yang kurang baik bagi kehidupan masyarakatnya. . Salah satu contoh perubahan yang lebih baik karena perubahan lingkungan ekologi dapat dilihat antara lain mengenai perubahan ekologi dalam kehidupan masyarakat Pulau Rote dan Sawu yang ditulis oleh Fox 1996. Fox menjelaskan peralihan mata pencaharian masyarakat Rote dan Sawu yang mula-mula adalah petani ladang, kemudian pertanian yang semakin memburuk telah menimbulkan 2 Selama 20 Tahun Sakai Telah Berubah.http:kampungrison.wordpress.com20090630selama- 20-tahun-sakai-telah-berubahdiakses tanggal 12 Oktober 2012, pukul 14:40 wib 3 Dari Menangkap Ikan dan Berburu, Berpindah ke Tambak dan Bertani: Hutan Punah, Hidup Suku Sakai pun Berubah.http:www.riaupos.coberita.php?act=fullid=15928kat=12diakses tanggal 12 Oktober 2012, pukul 14:33 wib Universitas Sumatera Utara tumbuhnya sabana palem seperti lontar dan gewang. Mereka mampu menyesuaikan diri dan bahkan membuat perekonomian mereka menjadi lebih baik dengan memanfaatkan sabana palem yaitu lontar dan gewang tersebut. Selain itu, contoh perubahan kurang baik karena masuknya teknologi baru dalam pertanian dapat dilihat mengenai perubahan sosial dan perkelahian politik Masyarakat di Tengger yang ditulis oleh Hafner 1999. Hafner menjelaskan perubahan bentuk ekonomi masyarakat Tengger akibat pertumbuhan kapitalisme industri. Pertumbuhan kapitalisme industri telah mengikis nilai-nilai tradisional, mereorganisasi aspek-aspek kehidupan sehari-hari, identitas dan selera yang berubah sesuai dengan kepentingan produksi dan status. Satu contoh lagi mengenai perubahan yang kurang baik dari adanya bencana yang ditimbulkan oleh suatu industri dapat dilihat mengenai tulisan Adhan 2010. Adhan menjelaskan masalah konflik tanah antara masyarakat Tanah Toa Kajang dengan PT LONSUM. Tanah masyarakat Tanah Toa Kajang dieksploitasi oleh Perusaaan perkebunan PT LONSUM. Ketersediaan tanah semakin berkurang membuat masyarakat mulai mengeksploitasi tanah-tanah mereka dan tidak bisa lagi melakukan beberapa ritual yang berhubungan dengan penghargaan terhadap alam. Hal ini lah yang mendasari peneliti untuk meneliti kehidupan Orang Sakai, karena kehidupan Orang Sakai ikut berubah dengan perubahan lingkungan ekologi tempat mereka tinggal. Selain itu peneliti juga akan melihat bagaimana tanggapan Orang Sakai terhadap keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut dan bukan melihat bencana yang ditimbulkan oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara

1.2 Tinjauan Pustaka

Dokumen yang terkait

Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

4 64 111

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 18

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 2

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 32

Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 15

Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 12

BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Daerah Riau - Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 1 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 1 33

DINAMIKA KEHIDUPAN ORANG SAKAI (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 17