4.4 Keterpurukan Setelah Razia Kilang Kayu
Pada tahun 2010 setalah kilang dirazia secara otomatis Orang Sakai di Jembatan II tidak memiliki pekerjaan. Hal ini membuat Orang Sakai sangat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak ada pekerjaan lain yang dapat mereka kerjakan. Kegiatan mencari kayu dan mengolah kayu berhenti.
Mereka hanya bisa mengambil ikan di sungai. Akan tetapi ikan disungai pun tidak banyak lagi. Hasil tangkapan ikan yang didapat hanya bisa memenuhi kebutuhan
sendiri dan jarang sekali dapat dijual karena jumlahnya yang sedikit. Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II mulai tidak terkendali. Anak-anak
meminta-minta atau mengemis dalam keadaan tidak memakai baju di pinggir jalan. Keadaan kampung sangat tidak kondusif. Pencurian dirumah-rumah
dilakukan oleh Orang Sakai Jembatan II itu sendiri. Tujuan utama adalah untuk mendapatkan beras. Sehingga mereka tidak bisa meninggalkan rumah dalam
keadaan kosong. Selain itu anak-anak dan perempuan mencari botol-botol bekas atau pun
gelas plastik bekas di sepanjang jalan Jurong bahkan sampai jalan Rangau. Botol bekas dan gelas palstik bekas tersebut akan mereka jual pada pengumpul botot.
Hasil penjualan tersebut akan dibelikan kebutuhan mereka yang mendesak. Orang Sakai yang sangat bergantung pada toke kilang merasakan sekali
kehilangan saat toke kilang dipenjara. Tidak ada lagi roti kaleng dan sirup pada Hari Raya Idul Fitri yang rutin diberikan untuk Orang Sakai oleh para toke kilang.
Sehingga pada Hari Raya Idul Fitri mereka tidak memiliki kue Hari Raya. Selain itu mereka juga tidak membeli baju baru. Menurut Orang Sakai di Jembatan II,
Universitas Sumatera Utara
mereka sama sekali tidak memikirkan hal itu semua. Menurut Orang Sakai di Jembatan II, mereka dapat membeli beras saja sudah cukup.
Selain itu masyarakat Sakai di Jembatan II tidak lagi melakukan kegiatan olahraga seperti sepak bola dan voli yang biasa mereka lakukan di sore hari. Hal
ini dikarenakan mereka sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Mulai anak-anak hingga orang tua semuanya bekerja.
Inisiatif Orang Sakai guna mengendalikan keterpurukan ekonomi mereka adalah didirikan pos sumbangan dari kendaraan yang lewat di Jembatan II. Pos
sumbangan didirikan agar orang tua saja yang mencari uang. Terdapat 2 pos yang berada di kedua ujung perkampungan serta 1 pos ditengah perkampungan. Warga
yang tidak memiliki beras pergi ke pos meminta sumbangan pada truk sawit, tangki, truk Chips, dan truk balok. Akan tetapi mobil PT Chevron Pacific
Indonesia tidak termasuk karena mengaku tidak diberi uang oleh atasan mereka. Menurut mereka dalam pendirian pos ini sudah mendapat izin oleh Kepala Desa
setempat.
4.5 Pembukaan Kilang Kayu Secara Sembunyi-Sembunyi