rumah juga tidak perlu mengeluarkan biaya, sebab akan dibangun secara bergotong royong oleh kerabat dekat dan para tetangga.
3.7 Agama dan Magi
3.7.1 Agama Orang Sakai di Jembatan II seluruhnya memeluk agama islam. Tidak ada
tulisan yang menjelaskan sejak kapan agama islam di anut Orang Sakai. Walaupun mereka telah memeluk agama islam namun
masih diselimuti unsur- unsur
animisme
, kekuatan magis, dan tentang mahkuk halus
yang diwariskan oleh nenek moyang. Hanya sebagian saja yang benar-benar menjalankan shalat lima
waktu dan berpuasa saat bulan Ramadhan. Orang Sakai sangat jarang melakukan shalat fardhu lima waktu di Masjid.
Oleh karena itu jarang terdengar suara azan dari Masjid pada waktu-waktu shalat magrib, isa’, subuh, dzuhur dan ashar. Biasanya Orang Sakai di Jembatan II hanya
pada shalat Jum’at pergi ke Masjid. Tetapi Orang Sakai yang datang untuk sholat jum’at sangat sedikit sekali yang datang. Kegiatan shalat jum’at dipimpin oleh
Ustad yang datang dari duri. Ustad ini merupakan utusan dari PT Chevron Pasific Indonesia untuk memberikan Kotbah guna membimbing Orang Sakai dalam
keagamaan. Kegiatan pengajian atau wirid tidak dilakukan oleh remaja dan orang tua.
Selain itu Taman Pendidikan Al-Qur’an TPA yang bersifat nonformal yang biasanya diadakan dimesjid yang pada umumya diikuti oleh para anak-anak dan
para remaja pada sore atau malam hari juga tidak ada. Pendidikan TPA ini tidak
Universitas Sumatera Utara
berjalan karena kurangnya konsentrasi anak untuk belajar mengaji. Hal ini disebabkan karena waktunya bertepatan dengan acara-acara yang menarik bagi
anak-anak dan remaja pada tayangan televisi ataupun kegiatan olahraga sepak bola pada sore dan malam hari. Tambahan lagi kurangnya perhatian orang tua
terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya. Sehingga di Jembatan II ini masih ditemui anak-anak dan remaja yang buta aksara Al-Qur’an bahkan juga
dikalangan orang tua. Anak-anak Sakai sekarang mengaji pada salah seorang warga yang
bersedia mengajar mengaji. Guru mengaji adalah seorang perempuan. Kegiatan mengaji dimulai pada sore hari sekitar pukul 17.30 wib. Jumlah anak yang
mengaji kurang dari 10 anak. Selain itu anak-anak sakai juga mendapat pelajaran tentang agama dari sekolah.
Menurut Ibu Erleni pernah ada seorang guru mengaji yang berasal dari Padang Sidempuan. Guru tersebut berstatus belum menikah. Ia merupakan
sukarelawan untuk mengajari anak-anak Sakai mengaji. Kemudian Bapak Bahtiar menguruskan honor guru tersebut ke dari PT Chevron Pacific Indonesia. sehingga
guru mengaji tersebut mendapatkan honor setiap bulannya. Akan tetapi masyarakat banyak yang iri dengan guru tersebut. Kemudian masyarakat
menuduh bahwa Ia hanya ingin mendapatkan honor saja tetapi mengajar mengaji banyak liburnya. Padahal hal tersebut tidak benar, masalahnya adalah guru
tersebut mendapatkan mesntruasi dua kali dalam sebulan yang membuat kegiatan mengaji diliburkan. Kemudian guru tersebut merasa semakin tertindas dan
memutuskan untuk tidak mengajar mengaji lagi dan pulang kampung.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan keagamaan yang dirayakan dengan meriah di Masjid adalah Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha. Kegiatan perayaan Maulid Nabi rutin
mereka lakukan sebelum Ibu RW dipenjara. Tetapi setelah Ibu RW keluar dari penjara kegiatan tersebut belum pernah dilakukan lagi. Pada Idul Fitri masyarakat
Sakai juga menggunakan pakaian baru. Ibu RW juga memberikan roti kaleng dan sirup pada setiap keluarga.
3.7.2 Magi Dalam kehidupan sehari-hari Orang Sakai masih mempercayai hal magi.
Misalnya saja pada saat angin dan hujan pada malam hari, mereka akan memasang tengarang. Tengarang adalah bara api yang dipasang di dalam rumah
dengan alas sebuah mangkuk besar dan bekas tutup dandang. Untuk enghidupkan api digunakan sisa-sisa kulit bawang merah, bawang putih dan batang cabai yang
dikumpulkan setiap memasak. Bahan-bahan ini digunakan untuk menyulut api. Mereka percaya bahan-bahan ini merupakan tangkal-mangkal. Kulit bawang
merah, bawang putih dan batang cabai ini akan dibakar bersama kayu api yang berukuran kecil serta tempurung kelapa.
Gambar 35: Tengarang
Universitas Sumatera Utara
Menurut Orang Sakai tujuan membuat tengarang ini adalah meminta angin dan hujan berhenti. Mereka percaya bahwa asap tengarang aka menghentikannya.
Selain itu tujuannya agar antu-antu yang bergentayangan di sekitar hutan dan sungai tidak mengganggu. Tidak semua Orang Sakai menghidupkan tengarang
saat angin dan hujan tiba pada malam hari. Orang Sakai yang selalu menghidupkan tengarang adalah orang yang memiliki rumah ditepi sungai.
Menurut Ibu Erma yang rumahnya berada di tepi sungai, Ia harus menghidupkan tengarang karena percaya adanya antu-antu yang berada di sungai dan antu-antu
yang berada di hutan. Selain tengarang ada pula tangkal. Tangkal diletakkan menggantung di
pintu masuk rumah. Tangkal ini berbentuk bungkusan kecil. Bungkusan kecil ini terdiri dari jarum jahit atau jarum pentul yang patah ketika digunakan dan kain 3
warna yaitu hitam, putih, dan kuning. Selain itu terdapat pula Al-Qur’an yang diletakkan dekat dengan bungkusan kecil tersebut. menururt mereka guna tangkal
adalah untuk menangkal makhluk-makhluk kecil dan besar masuk kedalam rumah.
Gambar 36: Tangkal
Universitas Sumatera Utara
3.8 Kesehatan