Teori Belajar Sosial Social Learning

6. Perilaku Normal Kebiasaan nilai-nilai, dan pengetahuan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Notoatmodjo,2003.

2.1.2.2. Teori Belajar Sosial Social Learning

Pembentukan perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses interaksi dengan lingkungan. Cara yang kedua merupakan cara yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan terjadi melalui proses belajar learning proces. Menurut Bandura dan Walter dalam Notoatmodjo 2005 bahwa tingkah laku tiruan adalah bentuk asosiasi dari rangsangan dengan rangsangan lainnya. Apabila seseorang melihat suatu rangsangan dan ia melihat model bereaksi secara tertentu terhadap rangsangan itu, maka dalam khayalan atau imajinasi orang tersebut terjadi rangkaian simbol-simbol ini merupakan pengganti dari hubungan rangsang balas yang nyata dan melalui asosiasi, si peniru akan melakukan tingkah laku yang sama dengan tingkah laku model. Terlepas dari ada atau tidak adanya rangsang,proses asosiasi tersembunyi ini sangat di bantu oleh kemampuan verbal seseorang. Selain dari itu, dalam proses ini tidak ada cara coba dan ralat trial and error yang berupa tingkah laku nyata, karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diei individu. Universitas Sumatera Utara

2.2 Remaja

Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles dalam Sarwono 2006 adalah sebagai berikut : 1. 0-7 tahun :masa kanak-kanak infancy 2. 7-14 tahun :masa anak-anak boyhood 3. 14-21 tahun :masa dewasa muda young manhood Siswa SMAsederajat ada pada masa ini. Orang muda yang punya hasrat- hasrat yang kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat-hasrat itu semuanya tanpa membeda-bedakan dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka, dan hasrat seksual lah yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka menunjukkan hilangnya kontrol diri. Sedangkan menurut WHO 1974dalam Sarwono 2006, remaja adalah suatu masa ketika : 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual 2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang paling relative lebih mandiri. Menurut Sarwono, remaja adalah masa peralihan anatara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya. Cirinya adalah alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi Universitas Sumatera Utara mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap kawan sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara sosial budaya termasuk agama dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan pada alat reproduksinya. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pra-nikah yang di sertai ketidaktahuan yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan repoduksi.

2.3 Perilaku Seksual Remaja

Menurut Sarwono 2005, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindakan perilaku seksual bila di bandingkan dengan remaja perempuan. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki ntuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja perempuan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, antara lain : 1 Faktor Internal a. Tingkat perkembangan seksual fisikpsikologis Universitas Sumatera Utara Dimana perbedaan Kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun b. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya. c. Motivasi Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya Pekerja Seks Seksual PSK. 2 Faktor Eksternal a. Keluarga Kurangnya komunikasi secara terbuka anatara orangtua dengan emaja dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja b. Pergaulan Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya. Universitas Sumatera Utara c. Media massa Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh remaja adalah internet. Dri internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak di batasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya. Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi 2004, beberapa perilaku seksual secara rinci dapat berupa : a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba perilaku lain c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual seperti leher, dada, paha, alat kelamain lain-lain. Universitas Sumatera Utara f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual apabila mengenai daerah sensitif g. Masturbasi wanita Onani Laki-laki merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri. h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin kedalam mulut lawan jenis. i. Peitting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse hanya sebatas pada menggesekkan alat kelamin j. Intercourse senggama merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.

2.4 Kesehatan Reproduksi

Sesuai dengan defenisi WHO 1992 dalam Anshor 2006, kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan systerm reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar di harapkan remaja memiliki sikap dan Universitas Sumatera Utara tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses-proses reproduksi yang di alaminya. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai wawasan kesehatan reproduksi yang baik adalah : 1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi aspek tumbuh kembang remaja. 2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan dan pasangannya. 3. Pengenalan mengenai Penyakit Menular Seksual dan HIVAIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi. 4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi. 5. Peran dan pengaruh media terhadap perilaku seksual. 6. Kekerasan seksual dan bagaimana mengahadapinnya. 7. Mengembangkan Kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif. 8. Hak-hak reproduksi.

2.5 Hubungan Seksual Pra-Nikah

Hubungan seksual adalah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi pengeluaran cairan sperma dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan, sedangkan hubungan seksual pra-nikah merupakan Universitas Sumatera Utara tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu Anonim, 2005. Berbagai perilaku seksual remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual sevara wajar anatara lain dikenal sebagai berikut : 1. Masturbasi atau Onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan guncangan pribadi dan emosi. 2. Berpacaran dengan perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. 3. Berbagai kegiatan yang mengarah kepada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikan atau kegagalan dalam mengalihkan dorongan tersebut kegiatan lain yang masih dapat di kerjakan. Contohnya, menonton atau membaca hal-hal yang berabau pornografi, dan berfantasi. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja,oleh karena itu bila ada penyaluran yang tidak sesuai pra-nikah maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Gunarsa, dkk, 2005. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks untuk pertama kali : Universitas Sumatera Utara - Waktusaat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang dialaminya - Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar - Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan, pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam - Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik. - Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas yang berkecukupan akan mudah mendapatkan akses ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya kelompok yang ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhantuntutan, mereka mencari kesempatan memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu. - Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ingin menunjukkan kematangannya. Misalnya : mereka pria ingin menunjukkan bahwa mereka mampu membujuk pasangan nya untuk melakukan hubungan seks - Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya - Penerimaan aktifitas seksual dari pacarnya - Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon seksual. Universitas Sumatera Utara 2.6. Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pra-Nikah 2.6.1 Aspek Medis Dari aspek Medis, melakukan hubungan seksual pra-nikah memiliki banyak konsekuensi, yaitu sebagai berikut : 1. Kehamilan yang tidak di inginkan KTD pada usia muda Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tenteng “bagaimana seseorang perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus kehamilan yang tidak di inginkan. Menurut data PKBI perhimpunan keluarga berencana indonesia, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30 adalah masih remaja, 27,0 belum menikah, 12,5 masih berstatus pelajar dan sisanya adalah ibu rumah tangga Adinigsih, 2007. 2. Aborsi Dengan status mereka yang belum menikah, maka besar kemungkinan kehamilan tersebut tidak di kehendaki dan aborsi merupakan salah satu alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi sekitar 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. Menurut Deputi Bidang Keluarga Berencana Nasional BKKBN Siswanto Agus Wilopo, sedikitnya 700 ribu di antaranya dilakukan oleh remaja perempuan berusia di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,31 dari semua kasus aborsi dilakukan karena kehamilan yang tidak di inginkan Adinigsih, 2007. Universitas Sumatera Utara 3. Meningkatnya resiko terkena kanker rahim Boyke Dian Nugroho memgungkapkan bahwa hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun resiko terkena penyakit kanker mulutb rahim menjadi empat hingga lima kali lipat lebih tinggi Adinigsih, 2007. 4. Terjangkitnya Penyakit Menular Seksual PMS PMS adalah penyakit yang dapat di tularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar,penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore GO, sifilisraja singa, herpes kelamin, klimidia, tikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIVAIDS Djuanda, 2005.

2.6.2 Aspek Sosial-Psikologis