Remaja Perilaku Seksual Remaja

2.2 Remaja

Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles dalam Sarwono 2006 adalah sebagai berikut : 1. 0-7 tahun :masa kanak-kanak infancy 2. 7-14 tahun :masa anak-anak boyhood 3. 14-21 tahun :masa dewasa muda young manhood Siswa SMAsederajat ada pada masa ini. Orang muda yang punya hasrat- hasrat yang kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat-hasrat itu semuanya tanpa membeda-bedakan dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka, dan hasrat seksual lah yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka menunjukkan hilangnya kontrol diri. Sedangkan menurut WHO 1974dalam Sarwono 2006, remaja adalah suatu masa ketika : 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual 2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang paling relative lebih mandiri. Menurut Sarwono, remaja adalah masa peralihan anatara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya. Cirinya adalah alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi Universitas Sumatera Utara mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap kawan sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara sosial budaya termasuk agama dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan pada alat reproduksinya. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pra-nikah yang di sertai ketidaktahuan yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan repoduksi.

2.3 Perilaku Seksual Remaja

Menurut Sarwono 2005, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindakan perilaku seksual bila di bandingkan dengan remaja perempuan. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki ntuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja perempuan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, antara lain : 1 Faktor Internal a. Tingkat perkembangan seksual fisikpsikologis Universitas Sumatera Utara Dimana perbedaan Kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun b. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya. c. Motivasi Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya Pekerja Seks Seksual PSK. 2 Faktor Eksternal a. Keluarga Kurangnya komunikasi secara terbuka anatara orangtua dengan emaja dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja b. Pergaulan Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya. Universitas Sumatera Utara c. Media massa Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh remaja adalah internet. Dri internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak di batasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya. Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi 2004, beberapa perilaku seksual secara rinci dapat berupa : a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba perilaku lain c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual seperti leher, dada, paha, alat kelamain lain-lain. Universitas Sumatera Utara f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual apabila mengenai daerah sensitif g. Masturbasi wanita Onani Laki-laki merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri. h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin kedalam mulut lawan jenis. i. Peitting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse hanya sebatas pada menggesekkan alat kelamin j. Intercourse senggama merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.

2.4 Kesehatan Reproduksi