Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja berpengetahuan baik yaitu 32 orang 48,5, sedangkan 31 orang 47,0 remaja berpengetahuan sedang dan 3 orang 4,5 berpengetahuan kurang tentang seks pranikah di SMA pencawan Medan Tahun 2014. Lain halnya dengan penemuan Angga 2009, dalam penelitiannya terhadap 70 siswa SMU Hang Tuah Belawan, pengetahuan siswa mengenai seks pra-nikah sebagian besar ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 51 orang 72,9, sedangkan sebagian kecil ada pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang 5,7. Selamihardjo 2007, mengatakan bahwa remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 – 12 remaja di Semarang pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Membahas persoalan seks pranikah tidak dapat dilepaskan dari permasalahan pendidikan seks ataupun pengetahuan kesehatan reproduksi karena antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adanya penyimpangan perilaku seksual suatu gambaran Universitas Sumatera Utara minimnya pengetahuan mereka mengenai informasi dasar kesehatan reproduksi atau pendidikan seks yang tidak diberikan sejak dini sehingga mendorong mereka melakukan hubungan seks tanpa memikirkan akibatnya. Menurut Sarwono 2006, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah, remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya sedikit yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Begitu juga dengan Dadang 2008 yang mengatakan bahwa terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi seringkali mengarah pada tindakan seks pranikah. Dengan minimnya pengetahuan tersebut, maka seringkali terjadi penyalahgunaan fungsi seksual di dalam pergaulan remaja. Khusus remaja yang berpengetahuan kurang baik mengenai seks pranikah, diketahui dari persentase mereka menjawab beberapa indikator pertanyaan mengenai seks pranikah, misalnya 47,0 remaja tidak tahu menjawab pengertian pengertian seks pranikah dan cenderung menyatakan seks pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sementara Mu’tadin 2002, bahwa seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing.. Hasil penelitian diatas sesuai dengan data penelitian Boyke di Jabotabek tahun 2009, ditemukan sekitar 47 remaja putri memperlihatkan tidak tahu risiko melakukan hubungan seks pranikah. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa rendahnya pemahaman remaja tentang seks pranikah karena mereka tidak memperoleh informasi yang cukup dan benar mengenai seks panikah. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana survei yang dilakukan oleh Abidin 2007 terhadap sejumlah remaja perempuan juga membuktikan bahwa seks di antara mereka dilakukan tanpa paksaan, dan didasari atas suka sama suka. Mereka tidak sadar akan konsekuensi seks di usia muda. Saat usia belasan tahun, rahim masih amat rentan dengan berbagai virus dan kuman. Sehingga human papilloma virus HPV yang merupakan cikal bakal kanker serviks bisa masuk dan menyerang mereka. Franky 2007 menyatakan bahwa dampak psikologis seks pra-nikah pelaku akan merasa diri kotor dan kehamilan akan berdampak pada hal lain dosa memperanakkan dosa, seperti berbohong, menjauh dari pergaulan positif. Dampaknya seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya. Bart 1994 menyatakan bahwa pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah ke arah yang lebih baik.

5.2 Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah