BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis
pelaksanaannya diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya, pemerintah secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan penyelenggaraan haji, utamanya melalui
pembenahan sistem dalam berbagai aspek, termasuk aspek pembinaan petugas. Mengingat petugas haji merupakan unsur penting yang mempunyai peranan
strategis dan turut menentukan keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji. Dalam konteks Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama
Islam, dari tahun ke tahun terlihat antusias masyarakat untuk menunaikan rukun Islam ke lima semakin besar. Ini dapat difahami mengingat haji bukan saja ibadah
yang mengandung kebiasaan secara sosio religius, namun juga menjadi tradisi yang sudah semakin lama berakar di kalangan masyarakat muslim Indonesia
terhadap ibadah haji. Pemerintah Arab Saudi memberikan kuota ibadah haji paling besar terhadap Indonesia. Oleh karena itu, manajemen pengelolaan ibadah haji
harus dilakukan secara baik dan professional. Memang tidak diketahui kapan umat Islam Indonesia mulai melakukan perjalanan ibadah haji, namun perhatian
terhadap pelaksanaan ibadah haji telah terdapat sejak awal masuknya Islam ke negeri ini. Suatu pendapat menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah mengadakan
ibadah haji ke Makkah sejak abad 12 Masehi dan sejak itu setiap tahunnya selalu ada jamaah yang berangkat ke tanah suci.
1
Ibadah haji adalah ibadah fisik yang memerlukan baik kesehatan atau ketahanan stamina yang prima maupun kekuatan mentalitas. Kekuatan tersebut
diperlukan dalam seluruh prosesi ibadah haji semenjak dari tanah air, menuju Arab Saudi, berada di Arab Saudi maupun kembali lagi di tanah air. Dalam
pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan oleh umat Islam dari seluruh dunia setiap tahunnya mengandung makna dan nilai-nilai moral yang tinggi yang diperlukan
dalam rangka membangun sumberdaya manusia yang ideal dan unggul. Hal ini tergantung kepada orang yang melaksanakannya dan manusia yang mampu
menangkap makna yang subtansial dan seluruh rangkaian ibadah haji dari mulai mengenakan pakaian ihram, wukuf, melontar jumroh, tahalul, thawaf, sa’i dan lain
sebagainya. Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan operasional haji
sehingga pembinaan, pelayanan dan perlindungan berlangsung lancar dan sukses. Pertama
Legalitas, UU No.17 Tahun 1999. Kedua adalah menyangkut fasilitas yang ada baik 10 asrama haji embarkasi yang ada serta kesiapan Departemen
Agama dan Departemen Kesehatan dalam penyiapan atau penyediaan fasilitas
1
Taufiq Kamil, Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, disajikan dari sebuah seminar haji di Jakarta B-1 BPIH dari tahun ke tahun, factual atau komersil, Media Indonesia,
Edisi selasa, 9 Juli 2002
pendukung maupun fasilitas lainnya di Arab Saudi. Ketiga petugas haji yang harus profesional.
2
Dalam undang-undang No 17 Tahun 1999 tangtang penyelenggaraan ibadah haji di isyaratkan tiga hal yang harus diupayakan secara konsisten dan
terus menerus oleh pemerintah. Dalam hal ini Departemen Agama sebagai leading sector
penyelenggaraan ibadah haji, yaitu:
Pertama, Pembinaan yang mencakup bimbingan, penyuluhan dan penerangan Kedua, Pelayanan yang terdiri dari pelayanan administrasi, transportasi,
akomodasi dan lain sebagainya
Ketiga, Perlindungan yang meliputi keselamatan, keamanan serta asuransi
perlindungan dari pihak lain yang merugikan jamaah.
3
Bagi bangsa Indonesia, penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional karena di samping menyangkut kesejahteraan lahir-batin jamaah haji,
juga menyangkut nama baik dan martabat bangsa Indonesia di luar negeri, khususnya di Arab Saudi. Mengingat pelaksanaannya bersifat massal dan
berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, penyelenggaraan ibadah haji memerlukan manajemen yang baik agar tertib, aman dan lancar.
Pada statistik dibawah ini dapat dilihat ada peningkatan dalam pemberangkatan haji pada tahun ini sebanyak 161 orang yang berarti bahwa
ekonomi masyarakat pada saat ini cukup baik dengan terlihat peningkatan pada pemberangkatan haji saat ini, dan peningkatan ini juga menunjukkan bahwa
pelayanan yang diberikan oleh para staf haji merupakan pelayanan yang
2
BULLETIN AL-MABRUR, Menuju Haji Mabrur Jakarta, Departemen Agama RI, 2004, No.05Desember2004 M1425 H. h. 3
3
Kamil, Media Indonesia, Edisi selasa, 9 Juli 2002
memberikan sebuah kepuasan bagi calon jamaah haji, sehingga meningkatkan minat calon jamaah haji yang lebih memilih berangkat dengan Kantor
Departemen Agama Wilayah setempat ketimbang mengikuti travel yang belum tentu tujuannya serta kepastiannya. Adapun jumlah jamaah yang berangkat pada
tahun ini yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat adalah sebanyak1037 orang
Statistik Penyelenggaraan Haji Pada Kantor Departemen Agama Jakarta Barat
No Kecamatan
Keadaan Jamaah Haji Ket
2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 1
Cengkareng 318
111 154
174 2
Grogol PTB 108
87 55
79 3
Taman Sari 32
33 68
80 4
Tambora 91
69 86
112 5
Kebon Jeruk 387
244 178
190 6
Kalideres 213
94 56
76 7
Palmerah 311
144 143
167 8
Kembangan 269
179 136
159 Jumlah
1729 961
876 1037
Peningkatan, pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap jamaah haji diupayakan melalui penyempurnaan sistem dan manajemen penyelenggaraan
haji. Penyempurnaan sistem dan manajemen tersebut dimaksudkan agar calon jamaah hajijamaah haji lebih siap dan mandiri dalam menunaikan ibadah haji
sesuai dengan tuntunan agama sehingga diperoleh haji mabrur. Upaya peningkatan dan penyempurnaan tersebut dilaksanakan agar tidak terulang
kembali kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Untuk tercapainya maksud tersebut, diperlukan suasana yang kondusif bagi warga Negara yang akan melaksanakan ibadah haji. Suasana kondusif
tersebut dapat dicapai apabila pihak penyelenggara ibadah haji mampu memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada calon jamaah haji
dan jamaah haji.
4
Mengingat penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menyangkut martabat dan nama baik bangsa, kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan ibadah haji merupakan tanggung jawab pemerintah. Keikut sertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji. Kantor Departemen Agama Jakarta Barat KANDEPAG JAK-BAR
merupakan salah satu instansi yang berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk calon jamaah haji, walaupun belum tersedianya sarana berupa mobil jemputan
bagi calon jamaah haji, peling tidak sekarang Kantor Departemen Agama Jakarta Barat KANDEPAG JAK-BAR telah menyediakan studio foto untuk calon
jamaah haji yang belum mengetahui ukurang foto yang harus di bawa saat
pendaftaran. Untuk itu penulis akan mengkaji tentang : STRATEGI PELAYANAN PRIMA KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA
BARAT TERHADAP CALON JAMAAH HAJI.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah