Pengelompokan Calon Haji Perbekalan Haji

sendiri hendaknya setiap calon mengikuti pelatihan tersebut dengan sebaik- baiknya secara penuh.

5. Pengelompokan Calon Haji

Di Daerah Tk.II sesudah masa pendaftaran ditutup calon haji dikelompokan sebagai berikut: a Regu, terdiri dari 10 orang termasuk seorang Ketua Regu yang dipilih dari dan oleh anggota regu dengan tugas membimbing dan menjaga keutuhan regu. b Rombongan terdiri dari 50 orang yaitu : 5 regu termasuk seorang Ketua Rombongan c Kloter Kelompok terbang terdiri dari 7 s.d. 9 rombongan lebih kurang 355 s.d. 480 orang, dipimpin oleh ketuaTPHI Kloter dari daerah yang bersangkutan dan bertugas mengkoordinasikan pimpinan rombongan agar tetap berada dalam satu kloter dan satu Maktab atau Muzawwir

6. Perbekalan Haji

untuk mempersiapkan perbekalan haji, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji menentukan asumsi jumlah jamaah berdasarkan quota yang ditetapkan. Asumsi jumlah jamaah ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk pengadaan perbekalan yaitu tentang buku-buku bimbingan-bimbingan, obat-obatan, jumlah petugas yang diupayakan nya lebih dini. 38 38 DEPARTEMEN AGAMA RI, Petunjuk Perjalanan dan Kesehatan Haji, h.3-8

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR DEPARTEMEN AGAMA JAKARTA

BARAT A. SEJARAH DEPARTEMEN AGAMA Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat terlihat terus kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercermin pula dalam kehidupan bernegara yang dapat dijumpai dalam dokumen-dokumen kenegaraan tentang falsafah Negara Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan buku Repelita serta memberi jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan. 39 Dalam pelaksanaan nasional semangat keagamaan tersebut menjadi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini berarti bahwa segala usaha dan kegiatan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik pembangunan. Secara histories benang merah nafas keagamaan tersebut dapat ditelusuri sejak abad ke-5 Masehi, dengan berdirinya kerajaan Kutai yang bercorak Hindu di Kalimantan melekat pada kerajaan-kerajaan di pulau Jawa, antara lain kerajaan Tarumanegaran di Jawa Barat dan kerajaan Purnawarman di Jawa Tengah. 39 http: www.depag.go.id , dikutip pada tanggal 16 Oktober 2008