Stuktur anatomi kayu sengon
49 Ligulate extensions
sel pembuluh kayu sengon yang lepas hasil proses maserasi dapat dilihat pada Gambar 11, sedangkan Gambar 12 adalah ligulate
extensions yang mengkait pada sel pembuluh yang masih tersambung.
Keterangan : Tanda panah atas menunjukkan tongue, sedangkan tanda panah bawah groove sel pembuluh hasil proses maserasi.
Gambar 11. Sel pembuluh kayu sengon hasil proses maserasi.
Keterangan : Tanda panah menunjukkan liqulate extension pada sel pembuluh yang masih tersambung.
Gambar 12. Sel-sel pembuluh kayu sengon yang masih tersambang.
50 Untuk meyakinkan bahwa ligulate extension mempunyai fungsi sebagai kait
hook, pada Gambar 13A diberikan rekayasa dua sel pembuluh kayu sengon dan teknik penyambungan bagian tongue dan groove sehingga membentuk ikatan yang kuat.
Gambar 13B adalah sel pembuluh kayu kuku Pericopsis mooniana di mana ligulate extension
bagian ujung atas dan bawah sel pembuluh bentuknya sama, sehingga kurang tepat bila disebut tongue dan groove. .
Keterangan : Tanda panah atas gambar 13A menunjukkan kait hook adalah tongue dan tanda panah bawah gambar 13A menunjukkan groove.
Tanda lingkaran pada gambar 13B menunjukkan kait hook
Gambar 13. Liqulate extension yang mengkait dua sel pembuluh sengon hasil proses maserasi A.
Liqulate extension yang mengkait dua sel pembuluh kayu kuku hasil proses maserasi B.
A B
51 Sel-sel serabut fibers kayu sengon dindingnya tebal sesuai dengan
fungsinya sebagai jaringan penguat. Bentuknya seperti pipa yang panjang, ujung- ujungnya runcing dan tertutup. Panjang sel serabut kayu sengon yang sudah dewasa
dapat mencapai rata-rata 1200–1300 mikron Pandit 1988. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang sel-sel serabut kayu tarik
selalu lebih pendek dibanding kayu normal. Panjang sel-sel serabut kayu normal rata- rata 823 mikron 637-1274 mikron, pada kayu tarik ringan panjangnya menjadi 749
mikron 481-1170 mikron, dan bila mengalami cacat kayu tarik berat panjang sel serabut rata-rata hanya 720 mikron 338-1079 mikron.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa panjang sel serabut kayu normal dan kayu tarik sengon rata-rata kurang dari 1000 mikron, hal ini disebabkan karena kayu
sengon yang dipakai bahan dalam penelitian ini, belum mencapai umur yang dewasa 6 tahun dan 10 tahun.
Hasil penelitian sebelumnya Pandit 1988 menunjukkan bahwa panjang sel- sel serabut sengon yang sudah dewasa umumnya mencapai rata-rata lebih dari 1000
mikron. Dari hasil penelitian sebelumnya juga diketahui bahwa ada variasi panjang sel-sel serabut sengon berdasarkan umur pohon dan lokasi tempat tumbuh. Makin
tinggi umur pohon, sel-sel serabutnya akan makin panjang dan setelah mencapai umur tertentu panjangnya menjadi konstan. Diagram variasi panjang sel serabut dari
empulur ke arah kulit sengon yang sudah dewasa, dapat dilihat pada Gambar 14.
0.60 0.70
0.80 0.90
1.00 1.10
1.20 1.30
1.40
R1 R2
R3 R4
R5 R6
R7 R8
R9 R10
Jarak Empulur Ke Kulit P
an jan
g S
er ab
u t
d al
am m
m
Sel Kayu Normal Sel Kayu Tarik Ringan
Sel Kayu Tarik Berat
Gambar 14. Diagram variasi panjang sel serabut sengon umur 20 tahun +
◊
Asal Cibinong Asal Leuwiliang
Asal Yogyakarta
52 Dari hasil penelitian ini yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa umur
pohon waktu ditebang sangat berpengaruh terhadap kualitas kayu yang dihasilkan. Persediaan bahan baku kayu akhir-akhir ini semakin terbatas, sehingga banyak para
ahli kehutanan berpikir untuk menghasilkan kayu secara cepat instant. Jenis-jenis pohon cepat tumbuh menjadi perhatian para ahli kehutanan dan rekayasa teknologi
terus dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan. Keadaan seperti ini perlu mendapat perhatian karena sesungguhnya masa kayu xylem yang dibentuk oleh
proses pertumbuhan yang sangat cepat akan menghasilkan kayu yang mempunyai sifat dasar seperti sifat-sifat kayu juvenil Panshin 1980; Haygreen 1982: Bowyer et
al . 2003. Kayu juvenil mempunyai banyak kelemahan dibanding kayu dewasa
Panshin 1980; Haygreen 1982 dan Bowyer 2003. Dari kenyataan itu ada yang perlu mendapat perhatian bahwa: bila orientasi banyak orang hanya ingin mengembangkan
jenis-jenis pohon cepat tumbuh untuk menghasilkan kayu dalam waktu singkat, suatu saat kita akan kehilangan karakter kayu dewasa mature woods. Bila itu yang terjadi
maka suatu saat kita tidak lagi dapat mencium harumnya bau kayu cendana Santallum album dan tidak lagi dapat menyaksikan aktraktifnya corak kayu ebony
Diospyros celebica. Kayu sengon mengandung dua macam sel parenkim yaitu sel parenkim aksial
axial parenchyma dan sel parenkim jari-jari ray parencyma. Pola penyebaran parenkim aksial pada penampang melintang ada dua macam yaitu: apotrakeal
apotracheal dan paratrakeal paratracheal. Parenkim apotrakeal pola penyebarannya umumnya tersebar jarang diffuse, sedangkan parenkim paratrakeal
banyak terdapat di sekitar sel-sel pembuluh, menyinggung sel pembuluh secara sepihak scanty. Persentase sel-sel parenkim sedikit 2,43, dan di dalam lumen
sel parenkim terutama pada sel-sel parenkim aksial sering ditemukan adanya kristal Gambar 15.
Komponen non-struktural pada kayu seperti adanya kristal di dalam sel-sel parenkim ini tidak berpengaruh terhadap sifat kekuatan kayu, akan tetapi berpengaruh
dalam sifat pengolahan dan pemanfaatannya sebagai bahan baku industri.
53 Adanya kristal dapat menyebabkan mata pisau cepat menjadi tumpul dan
sering menimbulkan cacat pada mata pisau nick. Pola penyebaran sel-sel parenkim aksial kayu sengon umumnya kurang bernilai diagnostik dalam identifikasi.
Keterangan : Tanda panah menunjukkan kristal dalam sel parenkim Gambar 15. Penampang radial kayu sengon dari preparat mikrotom
Parenkim jari-jari atau biasa disebut jari-jari kayu, pada penampang melintang umumnya terdiri dari jari-jari sempit uniseriate yaitu jari-jari yang terdiri dari satu
seri. Jumlah jari-jari per mm arah tangensial sekitar 5-6 jari-jari. Bila dilihat pada penampang radial, komposisi jari-jarinya tergolong homoselular atau homogenous
artinya komposisi sel-sel penyusun jari-jari hanya terdiri dari satu macam sel yaitu sel-sel rebah saja procumbent cells, tidak terdapat sel-sel tegak upright cells. Sel-
sel rebah ini mempunyai ukuran lebar rata-rata 30 mikron 15-60 mikron, dan panjangnya rata-rata 90 mikron 60-160 mikron.
Tinggi jari-jari yang diukur pada penampang tangensial rata-rata mencapai 230 mikron 80-350 mikron. Tinggi jari-jari bila dilihat dari jumlah sel-sel
penyusunnya rata-rata terdiri dari 9 sel 3-13 sel, dan persentase sel jari-jari pada
penampang melintang sekitar 18.6.
54
Keterangan : Tanda panah sebelah kiri menunjukkan dua pori bergabung radial. Tanda panah sebelah kanan menunjukkan pori soliter.
Gambar 16. Penampang melintang kayu P. falcataria L. Nielsen.
Keterangan : Tanda panah menunjukkan komposisi jari-jari homoselular, hanya terdiri dari sel-sel rebah procumbent cells
Gambar 17. Penampang radial kayu Paraserianthes falcataria Nilsen.
55
Keterangan : Tanda panah menunjukkan jari-jari kayu satu seri uniseriate
Gambar 18. Penampang tangensial kayu P. falcataria L. Nielsen. .
Aspek 4. Karakteristik Ultrastruktur Dinding Sel Kayu Reaksi
Ultra-struktur dinding sel baik pada kayu damar maupun kayu sengon umumnya disusun oleh dua lapisan yaitu lapisan dinding primer Dp dan dinding
sekunder Ds. Dinding sekunder terdiri dari tiga lapisan yaitu : lapisan luar yang tipis disebut dinding sekunder S1 Ds S1, lapisan tengah sangat tebal disebut
dinding sekunder S2 Ds S2, dan lapisan yang paling di dalam dekat lumen sel, disebut dinding sekunder S3 Ds S3. Di antara dua sel-sel yang berdekatan terdapat
lamella tengah sejati true middle lamella, lapisan ini bersifat isotropik Panshin 1980; Haygreen 1982; Desch 1982;Tsoumis 1991 dan Bowyer et.al 2003.
Lamella tengah sejati TML dan dinding primer yang mengapitnya sangat tipis, sehingga ketiga lapisan ini yaitu dua dinding primer sel-sel yang berdekatan dan
TML di bagian tengah disebut lamella tengah majemuk compound middle lamella
biasa disingkat CML.