Dampak kayu reaksi sebagai bahan baku industri kayu lapis

81 Dalam proses penyerutan kayu tarik sering menimbulkan permukaan papan mengalami cacat berbulu halus, sehingga menimbulkan masalah dalam proses finishing. Kayu reaksi juga menyebabkan corak permukaan kayu menjadi kurang menarik. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Panshin 1980 pada jenis Pseudotsuga taxifolia Britt. menyatakan bahwa adanya kayu reaksi menyebabkan corak permukaan kayu menjadi kurang menarik, karena perbedaan struktur kayu awal dan kayu akhir menjadi kurang nyata. Sifat-sifat kayu reaksi seperti telah disebutkan di atas akan menurunkan nilai kayunya sebagai bahan baku industri mebel. 4. Dampak kayu reaksi sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Panjang serat kayu reaksi tracheids cell kayu damar dan fibers cell kayu sengon rata-rata lebih pendek dibanding kayu normal. Untuk bahan baku industri pulp dan kertas umumnya lebih menghendaki ukuran serat yang lebih panjang. Keadaan ini menyebabkan kayu reaksi umumnya kurang disenangi untuk bahan baku industri pulp dan kertas dibanding kayu normal. Di samping itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Panshin 1980 kadar lignin kayu tekan 9 lebih tinggi dan kadar selulosenya 10 lebih rendah dibanding kayu normal. Kartal 2000 juga menambahkan bahwa pada kayu tekan berat severe compression woods kadar lingnin dapat mencapai 30 lebih tinggi dibanding kayu normal. Persentase kandungan lignin yang tinggi menyebabkan kayu tekan umumnya kurang disenangi untuk bahan baku industri pulp dan kertas. Pada kayu tarik adanya lapisan gelatinous pada dinding sel serabut akan menghasilkan rendemen pulp yang lebih tinggi dibanding kayu normal. Pulp hasil proses mekanis kayu tarik umunya lebih mudah dipecah menjadi serat, tetapi kekuatan kertas yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Pulp yang dihasilkan dari kayu tarik lebih cocok untuk disssolving pulp, karena menghasikan rendemen tinggi, dan kekuatan serat kurang dibutuhkan demikian menurut Panshin 1980. 82

5. Dampak kayu reaksi sebagai bahan struktural.

Kayu reaksi dibentuk selama proses pertumbuhan yang cepat sehingga karakteristik sifat dasar kayu reaksi memiliki persamaan dengan kayu juvenil. Karakteristik sifat dasar kayu reaksi antara lain ukuran serat umumnya lebih pendek, kandungan airnya lebih tinggi, sudut mikrofibril dan penyusutan longitudinal yang besar. Panshin 1980 menyatakan bahwa sifat fisika kayu tekan yang paling jelas adalah adanya kenaikan berat jenis dibanding kayu normal. Tebal dinding sel trakeida kayu tekan menyebabkan bahan dinding sel kayu tekan kurang-lebih 30 lebih banyak dibanding kayu normal. Kebanyakan kayu normal sifat keteguhannya akan bertambah secara significan, apabila air terikat pada dinding sel berkurang jumlahnya. Tetapi hubungan seperti ini tidak terjadi pada kayu tekan, oleh karena itu kayu tekan dinyatakan merupakan salah satu cacat kayu yang penting Panshin 1980. Sel-sel serabut gelatinous yang berdinding tebal dapat menaikkan berat jenis kayu tarik sebesar 30 di atas kayu normal Panshin 1980. Kenaikan berat jenis kayu reaksi tidak sebanding dengan kenaikan kekuatannya seperti yang umum terjadi pada kayu normal. Kayu tekan umumnya banyak terdapat pada bagian kayu juvenil, karena bagian ini umumnya merupakan hasil pertumbuhan yang cepat Pillow dan Luxford 1937; Burdon 1975; Harris 1977 dalam Donaldson 2004. Lebih jauh dinyatakan oleh Donaldson 2004 bahwa kayu tekan pada Pinus radiata mempunyai sifat penyusutan longitudinal yang lebih besar dibanding kayu nornalnya, terutama pada bagian kayu juvenilnya. Keteguhan kayu reaksi umumnya tidak sebanding dengan berat jenisnya. Di samping itu kayu reaksi juga mudah mengalami brashness. Brashness adalah suatu kondisi abnormal yang menyebabkan kayu patah melintang serat secara tiba-tiba, di bawah kemampuan memikul beban yang normal Panshin 1980. Permukaan patahan kayu yang mengalami brashness umumnya lebih halus, dan tidak ada tanda-tanda awal sebelum terjadi patah. Kedaan ini menyebabkan kayu reaksi merupakan cacat kayu yang serius, sehingga kurang disenangi untuk bahan struktural.

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Karakteristik sifat makroskopik kayu reaksi pada kayu damar dan kayu sengon terutama dicirikan oleh adanya riap pertumbuhan yang besar terjadi hanya pada satu sisi batang, sehingga posisi jaringan empulur pith tidak lagi berada di tengah inconcentric. 2. Karakteristik sifat mikroskopik kayu reaksi dicirikan oleh adanya perubahan bentuk dan ukuran sel-sel penyusunnya. Panjang sel-sel trakeida kayu tekan bertambah pendek rata-rata sekitar 10 dibanding kayu normal. Pada kayu normal panjang sel-sel trakeidanya rata-rata 6750 mikron 5500-7500 mikron sedangkan pada kayu tekan panjangnya rata-rata 6200 mikron 5200-6850 mikron. Panjang sel serabut kayu tarik sengon rata-rata lebih pendek sekitar 12 dibanding kayu normalnya. Panjang sel serabut kayu normal sengon rata-rata 823 mikron 637-1274 mikron, pada kayu tarik ringan rata-rata 749 mikron 481-1170 mikron dan pada kayu tarik berat rata-rata 720 mikron 338-1079 mikron. 3. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ligulate extension pada ujung sel pembuluh vessels lebih tepat disebut hook berupa tongue dan groove daripada tail, karena fungsinya sebagai kait untuk memperkuat hubungan sel pembuluh. 4. Karakteristik ultrastruktur dinding sel kayu tekan damar dicirikan oleh : a Perubahan bentuk penampang melintang sel-sel trakeida menjadi bulat, sehingga kontak tiga atau empat sel trakeida menimbulkan adanya ruang antar sel. b Dinding sekunder kayu tekan mengalami modifikasi dengan hilangnya lapisan dinding sekuder S3 dan lapisan Ds S2 menjadi bertambah tebal. c Besarnya MFA kayu tekan damar bertambah besar membentuk sudut antara 40 o - 45 o . 5. Ultrastruktur kayu tarik sengon terjadi perubahan. a MFA kayu tarik bertambah besar dari sekitar 20 o -22 o menjadi sekitar 44 o -54 o terhadap sumbu panjang sel; b Lapisan Ds S3 yang termodifikasi diganti oleh G layer; Lapisan gelatin kayu tarik sengon tidak hanya terjadi pada dinding sel serabut kayu sengon, tetapi juga terjadi pada dinding sel parenkim.