4.6 Tingkat Kesejahteraan Tenaga Kerja Pasca Konversi
Setelah PT Perkebunan Nusantara IV Marjandi melakukan konversi lahan atau alih fungsi lahan dari tanaman teh ke tanaman kelapa sawit memberikan
dampak kepada para tenaga kerja yang bekerja di perkebunan. Dari tabel dibawah ini dapat dilihat perbandingan antara pendapatan tenaga kerja saat masih bekerja
di perkebunan teh dan saat di perkebunan kelapa sawit.
Tabel 4.27 Pendapatan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Konversi
Pendapatan Tenaga Kerja Perkebunan Teh
Frekuensi Pendapatan Tenaga
Kerja Perkebunan Kelapa sawit
Frekuensi Rp.300.000
Rp.400.000 Rp.500.000
Rp.700.000 Rp.800.000
Rp.1.000.000 Rp.1.200.000
Rp.1.300.000 Rp.1.400.000
Rp.1.600.000 Rp.1.800.000
Total 2
6 1
1
10 5
1 1
1 1
1
30 Rp.600.000
Rp.800.000 Rp.1.000.000
Rp.1.200.000 Rp.1.300.000
Rp.1.324.000 Rp.1.400.000
Rp.1.800.000 Rp.1.900.000
Rp.2.000.000 Rp.2.400.000
Rp.2.500.000 Rp.2.600.000
Rp.3.000.000 Total
1 1
1 3
5 1
1 1
1 4
3 1
6 1
30 Sumber: Diolah Penulis
Upah minimum provinsi menurut BPS pada tahun 2013 untuk Sumatera Utara yaitu sekitar Rp. 1.305.000. Dan dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada
saat perkebunan teh, ada sekitar 27 tenaga kerja yang bekerja dengan mendapat upah dibawah upah minimum menurut Badan Pusat Statistik BPS.
Dan setelah terjadi konversi lahan dari tanaman teh ketanaman kelapa sawit memberi dampak pada pendapatan tenaga kerja. Perubahan itu bisa dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
tabel diatas yaitu sekitar 11 orang tenaga kerja mendapat upah dibawah daftar upah minimum yang dapat dikatakan bahwa tenaga kerja ini belum dapat
dikatakan sejahtera menurut Badan Pusat Statistik BPS. Dan sekitar 19 orang tenaga kerja sudah dapat dikatakan sejahtera karena sudah mendapat upah diatas
upah minimum menurut BPS. Menurut hasil wawancara dengan para tenaga kerja yang bekerja di
perkebunan kelapa sawit yang dulunya merupakan karyawan perkebunan teh mengaku bahwa kesejahteraan mereka meningkat setelah dilakukannya konversi
tanaman teh ke tanaman kelapa sawit. Mulai dari peningkatan pendapatan mereka hingga seratus persen yang membuat para karyawan mampu memenuhi kebutuhan
pokok mereka. Selain gaji pokok, pihak perkebunan juga memberikan bonus atau tunjangan
setiap lima bulan sekali hingga sembilan jutaan. Berbeda dengan pada saat perkebunan mengelolah tanaman teh, para karyawan hanya mendapatkan bonus
serupa dengan jumlah gajiupah mereka perbulan. Pihak perkebunan juga memberikan atau menyediakan jaminan sosial bagi
para karyawannya mulai dari jaminan sosial, jaminan kesehatan bahkan pendidikan bagi anak-anak karyawan yang bersekolah diluar kota. Tunjangan
yang diberikan kepada anak-anak yang bersekolah berupa uang yang diberikan sekali tiga bulan kepada anak tersebut. Tidak semua keluarga mendapatkan
jaminan pendidikan ini, hanya kepada keluarga yang anak-anaknya bersekolah
Universitas Sumatera Utara
diluar kota atau yang tidak tinggal dengan kedua orang tuanya. Anak yang tidak melanjutkan sekolah tidak mendapatkan fasilitas ini.
Selain itu, para karyawan atau buruh lapangan mengatakan bahwa waktu mereka bekerja diperkebunan kelapa sawit lebih singkat yaitu mulai dari pukul
tujuh pagi hingga pukul dua siang. Itu artinya mereka punya waktu untuk mengurus urusan rumah tangga mereka. Berbeda dengan pada saat mereka bekerja
pada perkebunan teh yaitu mulai dari pukul tujuh pagi hingga pukul tujuh sore. Selain waktu kerja yang begitu lama, para karyawan juga mendapatkan upah atau
gaji yang sedikit dan tidak sesuai dengan rasa lelah yang mereka dapatkan.
4.7 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pasca Konversi