meningkatkan daya saing dan nilai tambah CPO dan produk turunannya.
• Produksi mencapai 15,3 juta ton CPO dengan alokasi domestik 6 juta ton.
Arah kebijakan jangka panjang adalah pengembangan sistem dan usaha agribisnis kelapa sawit yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi. Dalam jangka menengah kebijakan pengembangan agribisnis kelapa sawit meliputi peningkatan produktivitas dan mutu, pengembangan
industri hilir dan peningkatan nilai tambah, serta penyediaan dukungan dana pengembangan http:www.litbang.deptan.go.id
2.2.3 Dampak Negatif Kelapa Sawit Terhadap Lingkungan
Tanaman teh merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Berbeda dengan tanaman kelapa sawit yang meski
memiliki dampak positif terhadap perekonomian, tanaman kelapa sawit juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Perkebunan kelapa sawit sangat
berperan dalam perekonomian dan menyerap banyak tenaga kerja tetapi perkebunan kelapa sawit juga berdampak terhadap lingkungan hidup. Indonesia
sudah memiliki lahan sawit dengan jumlah terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan eksportir terbesar tidak hanya dalam komoditas minyak kelapa sawit,
tapi juga pada keseluruhan komoditas minyak nabati dunia. Dari kelapa sawit ini Indonesia mendapatkan devisa yang lumayan ditambah dengan penyerapan tenaga
kerja.
Universitas Sumatera Utara
Adapun dampak negatif dari tanaman kelapa sawit tersebut antara lain : untuk lahan yang sudah beroperasi, kegiatan pertanian dan perkebunan, seperti
aktivitas pemupukan, pengangkutan hasil, termasuk juga pengolahan tanah dan aktivitas lainnya, secara kumulatif telah mengakibatkan tanah mengalami
penurunan kualitas terdegradasi, karena secara fisik, akibat kegiatan tersebut mengakibatkan tanah menjadi bertekstur keras, tidak mampu menyerap dan
menyimpan air. Penggunaan herbisida dan pestisida dalam kegiatan perkebunan akan menimbun residu di dalam tanah. Demikian juga dengan pemupukan yang
biasanya menggunakan pupuk kimia dan kurang menggunakan pupuk organik
akan mengakibatkan pencemaran air tanah dan peningkatan keasaman tanah.
Tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman yang rakus air. Ketersediaan air tanah pada lahan yang menjadi perkebunan kelapa sawit tersebut
akan semakin berkurang. Hal ini akan mengganggu ketersediaan air, tidak hanya bagi manusia namun bagi tanaman itu sendiri. Dengan berkurangnya kuantitas air
pada tanah dapat menyebabkan para petani akan sulit mengembangkan lahan
pertanian pasca lahan perkebunan kelapa sawit ini beroperasi. Munculnya hama
migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena
keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi. Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. Sebut saja
konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem
perijinan perkebunan sawit http:ekonomi.kompasiana.com.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Konversi Lahan