Ewardin Telaumbanua Asogo Harefa

g. Ewardin Telaumbanua

1. Apakah Anda mengetahui tentang Izin Mendirikan Bangunan IMB ? Jawab: “ya, mengetahui.” 2. Apakah Anda mengetahui bahwa IMB adalah kewajiban bagi masyarakat yang akan mendirikanmerubah bangunan? Jawab: “ya, mengetahui.” 3. Apakah biaya dalam pengurusan IMB menurut Anda dirasa terlalu memberatkan? Jawab: “sangat memberatkan karena biayanya mahal.” 4. Apakah Anda mengetahui di mana tempat untuk mengurus penerbitan IMB? Jawab: “ya, di Dinas TRPK.” 5. Apakah sosialisasi mengenai IMB dari instansi terkait pernah dilaksanakan di daerah Anda misalnya dalam bentuk spanduk, baliho ? Jawab: “belum pernah.” 6. Apa alasan Anda tidak mengurus Surat Izin Mendirikan Bangunan IMB? Jawab: “tidak ada biaya dan pengurusannya lama.” 7. Apakah menurut pendapat Anda Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan IMB itu diperlukan bagi masyarakat yang akan mendirikanmerubah bangunan? Jawab: “ya, diperlukan bagi masyarakat yang mendirikan bangunan di kota tetapi bagi masyarakat di pinggiran kota tidak diperlukan.” 8. Apa harapansaran dari Anda sebagai masyarakat agar masyarakat mau mengurus Surat Izin Mendirikan Bangunan IMB? Jawab: “agar biaya pengurusannya dikurangikecil dan tidak ribet, serta adanya sosialisasi dari instansi terkait supaya masyarakat paham arti dan kegunaan dari mengurus IMB.”

h. Asogo Harefa

1. Apakah Anda mengetahui tentang Izin Mendirikan Bangunan IMB ? Jawab: “tidak.” 2. Apakah Anda mengetahui bahwa IMB adalah kewajiban bagi masyarakat yang akan mendirikanmerubah bangunan? Jawab: “tidak.” 3. Apakah biaya dalam pengurusan IMB menurut Anda dirasa terlalu memberatkan? Jawab: “berat kalau bisa gratis.” 4. Apakah Anda mengetahui di mana tempat untuk mengurus penerbitan IMB? Jawab: “tidak.” 5. Apakah sosialisasi mengenai IMB dari instansi terkait pernah dilaksanakan di daerah Anda misalnya dalam bentuk spanduk, baliho ? Jawab: “pernah.” 6. Apa alasan Anda tidak mengurus Surat Izin Mendirikan Bangunan IMB? Jawab: “karena kepercayaan masyarakat kepada pemerintah tidak ada.” 7. Apakah menurut pendapat Anda Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan IMB itu diperlukan bagi masyarakat yang akan mendirikanmerubah bangunan? Jawab: “ya, perlu.” 8. Apa harapansaran dari Anda sebagai masyarakat agar masyarakat mau mengurus Surat Izin Mendirikan Bangunan IMB? Jawab: “pemerintah pusatdaerah harus memperbaiki diri untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, terutama di bidang pelayanan serta transparansi dalam penggunaan keuangan daerah atau keuangan negara karena yang menggaji aparatur negara adalah masyarakat bukan hibah dari negara lain.” BAB V ANALISA DATA Dalam bab V ini akan dipaparkan tentang penganalisaan data-data hasil penelitian, dan kemudian data-data tersebut akan dianalisis menurut indikator masing-masing. Dari hasil analisa data-data ini, akan diperoleh kesimpulan dari penelitian ini untuk mengetahui implementasi penerbitan Izin Mendirikan Bangunan IMB pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

1. Organisasi

Organisasi menyangkut struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana, perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Dari data yang didapat peneliti dari lapangan, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli telah memiliki struktur organisasi yang jelas seperti terlihat pada bagan yang disajikan pada bab sebelumnya. Organisasi tersebut juga telah memiliki sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana, walaupun kuantitas pegawai yang dimiliki oleh organisasi tersebut masih belum cukup memadai untuk melaksanakan fungsi mereka sesuai dengan keterangan dari Kepala Bidang Perizinan Tertentu pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli itu sendiri. Hal ini kemudian dapat mengakibatkan terkendalanya proses penerbitan karena apabila pegawai yang bersangkutan sedang tidak berada di tempat, proses penerbitan tersebut dapat memakan waktu yang lebih lama. Di samping kuantitas, sumber daya manusia yang berkualitas yang berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya juga merupakan hal yang penting dalam suatu organisasi. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada masyarakat Kota Gunungsitoli dari lima responden masyarakat menjawab bahwa pelayanan yang diberikan oleh para pegawai cukup responsifmenanggapi permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan publik dengan baik. Fasilitas fisik merupakan sumber yang penting pula dalam proses implementasi. Tanpa bangunan sebagai kantor untuk melaksanakan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli merupakan badan yang baru aktif berfungsi pada tanggal 01 Januai 2011. Fasilitas yang dimiliki oleh organisasi tersebut dapat dikatakan masih belum memadai, karena kantor yang digunakan juga masih bersifat sementara dan ukuran kantor dapat dikatakan tidak memadai dengan kuantitas pegawai di kantor tersebut. Di samping struktur organisasi, sumber daya manusia, fasilitas fisik, organisasi ini juga telah memiliki perangkat hukum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan pelayanan publik kepada masyarakat yaitu Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pelimpahan Sebahagian Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan di Lingkungan Pemerintah Kota Gunungsitoli Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Namun, organisasi ini juga memakai peraturan yang keabsahannya masih belum jelas yaitu Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor ... Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Sebagai peraturan yang dijadikan sebagai “payung hukum” dalam menjalankan organisasinya seharusnya organisasi ini harus memakai peraturan yang keabsahannya sudah jelas. Jadi, dapat dikatakan bahwa Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli belum sepenuhnya memenuhi unsur-unsur yang diperlukan sebagai sebuah organisasi agar tugas-tugas pelaksana pemerintah dapat diimplementasikan secara efektif.

2. Interpretasi

Interpretasi di sini maksudnya adalah melihat implementasi apakah telah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku serta sesuai dengan petunjuk teknis yaitu kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dalam bentuk petunjuk pelaksana yang dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisian dan efektif, rasional dan realistis. Dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Perizinan Tertentu BPPT Kota Gunungsitoli serta Kepala Tata Ruang dan Tata Kota Dinas TRPK Kota Gunungsitoli dapat diketahui bahwa prosedur penerbitan Izin Mendirikan Bangunan IMB adalah masyarakat terlebih dahulu mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Daerah melalui Kepala BPPT Kota Gunungsitoli. Kemudian masyarakat harus melengkapi syarat-syarat yang telah diatur dalam Keputusan Walikota Gunungsitoli Nomor 503222K2010 Tentang Penetapan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli ataupun dalam Keputusan Walikota Gunungsitoli Nomor 188.342K2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tata Cara Pengawasan Pengendalian dan Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Setelah melengkapi persyarataan tersebut BPPT Kota Gunungsitoli melakukan koordinasi dengan Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan TRPK Kota Gunungsitoli, di mana Dinas TRPK Kota Gunungsitoli-lah yang melaksanakan tahap meneliti berkas permohonan Izin Mendirikan Bangunan, mengoreksi berkas yang meliputi gambar bangunan, Rencana Anggaran Biaya RAB, pemeriksaan lokasi bangunan, menetapkan biaya pemeriksaan, menetapkan biaya pengawasan, menetapkan besarnya biaya Nilai Bangunan, menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah SKRD serta mengeluarkan Rekomendasi IMB untuk diteruskan kepada BPPT Kota Gunungsitoli. Selanjutnya, Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan diterbitkan dalam kurun waktu lima puluh satu hari 51, yaitu 1-7 hari pada BPPT Kota Gunungsitoli, 1 - 14 hari pada kantor kecamatan setempat, serta maksimal 30 hari pada Dinas TRPK Kota Gunungsitoli dan kesemua hal tersebut telat tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Nias Nomor 16 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Adapun biaya yang dipungut kepada masyarakat adalah sesuai dengan perhitungan yang juga telah diatur dalam Keputusan Walikota Gunungsitoli Nomor 503222K2010 Tentang Penetapan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli serta Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Nias Nomor 16 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Izin Mendirikan Bangunan merupakan suatu kewajiban bagi setiap masyarakat yang hendak mendirikanmerubah bangunan. Sanksi terhadap masyarakat atau bangunan yang tidak memiliki IMB telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Nias Nomor 16 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Namun, sampai saat ini pelaksanaan sanksi tersebut masih sulit untuk dilaksanakan karena masih banyaknya jumlah masyarakat yang tidak mengurus IMB. Dan hal ini juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi karena mengenai penerapan sanksi di lapangan adalah fungsi dari Satpol PP. Jadi dapat dikatakan, Satpol PP belum melaksanakan fungsinya dalam penertiban bangunan yang tidak memiliki IMB. Dari hasil wawancara kepada masyarakat Kota Gunungsitoli yang mengurus IMB dapat diketahui bahwa mereka memahami prosedur serta syarat-syarat apa saja yang diperlukan dalam pengurusan untuk penerbitan IMB. Tiga dari empat masyarakat tersebut tidak mempunyai masalah dengan waktu penerbitan IMB ataupun biaya yang harus dikeluarkan dalam penerbitan IMB, namun salah satu informan masyarakat mengeluhkan lamanya proses penerbitan IMB- nya yang telah lebih dari dua bulan dan masih belum diterbitkan. Jadi, dapat dikatakan bahwa interpretasi yang dilakukan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada masyarakat yang telah mengurus IMB masih belum sepenuhnya berjalan dengan efektif.

3. Penerapan

Penerapan menyangkut prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dari pihak BPPT Kota Gunungsitoli menyatakan program kerjanya adalah dengan berusaha melaksanakan penerbitan perizinan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan walaupun dengan keterbatan yang dimiliki. Namun, mengenai hal sosialisasi khususnya penerbitan IMB pihak BPPT menyatakan masih belum melaksanakan atau mempunyai program tentang sosialisasi tersebut. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak Dinas TRPK Kota Gunungsitoli sebagai tim teknis di lapangan dalam pengurusan IMB. Pihak Dinas TRPK Kota Gunungsitoli menyatakan belum ada program khusus seperti sosialisasi ataupun penetapan kebijakan atau peraturan khusus dalam hal mendirikan bangunan mengingat Kota Gunungsitoli adalah daerah yang rawan bencanagempa bumi. Hal ini dikarenakan organisasi tersebut adalah organisasi yang juga baru terbentuk. Dari hasil wawancara kepada masyarakat yang tidak mengurus IMB dapat diketahui bahwa pada umumnya masyarakat tersebut tidak mengurus IMB karena kurangnya sosialisasi dari pihak Pemerintah Kota Gunungsitoli dan bahkan ada masyarakat yang beranggapan bahwa IMB hanya diperlukan bagi perumahan di lingkungan padat penduduk seperti di Ibukota. Selain itu, masyarakat juga menyebutkan bahwa alasan masyarakat tersebut tidak mengurus IMB adalah karena biayanya yang dianggap mahal serta kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah terutama dalam bidang pelayanan publik sehingga masyarakat merasa enggan untuk mengurus IMB tersebut. Jadi, dari hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli yang berkoordinasi dengan Dinas Tata ruang Perumahan dan Kebersihan Kota Gunungsitoli dalam proses penerbitan IMB masih belum melaksanakan penerapan yang efektif dalam rangka memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan