Implementasi Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

(1)

IMPLEMENTASI PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

(IMB) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

KOTA GUNUNGSITOLI

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

SONYA IMELDA SAMOSIR

070903051

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR TABEL... ...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

ABSTRAK...vi

BAB I PENDAHULUAN... ... ....1

1.1 Latar Belakang Masalah... ....1

1.2 Rumusan Masalah... ...5

1.3 Tujuan Penelitian... ...5

1.4 Manfaat Penelitian...6

1.5 Kerangka Teori... ...6

1.5.1 Implementasi... ...7

1.5.1.1 Implementasi Kebijakan...10

1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan... ...12

1.5.2 Izin Mendirikan Bangunan...18

1.5.2.1 Definisi Pelayanan Publik...18

1.5.2.2 Izin Mendirikan Bangunan...20

1.6 Definisi Konsep...23

1.7 Sistematika Penulisan...24

BAB II METODE PENELITIAN...25

2.1 Bentuk Penelitian...25

2.2 Lokasi Penelitian... ...25

2.3 Informan Penelitian...25

2.4 Teknik Pengumpulan Data...26


(3)

BAB III DESKRIPSI LOKASI...28

3.1 Gambaran Umum Kota Gunungsitoli...28

3.1.1 Letak dan Batas Wilayah...28

3.1.2 Keadaan Topografi dan Iklim...28

3.1.3 Luas Wilayah...29

3.1.4 Lembaga Daerah...31

3.1.5 Penduduk Menurut Agama...32

3.2 Gambaran Umum Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli... ...33

3.2.1 Visi dan Misi BPPT Kota Gunungsitoli...38

3.2.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi...39

3.2.3 Struktur Organisasi...41

3.3 Gambaran Umum Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan (TRPK) Kota Gunungsitoli... ...46

3.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi... ...46

BAB IV PENYAJIAN DATA...54

4.1 Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Perizinan BPPT Kota Gunungsitoli dan Kepala Bidang Tata Ruang dan Tata Kota Dinas TRPK Kota Gunungsitoli...55

4.2 Hasil Wawancara dengan Masyarakat...67

BAB V ANALISA DATA...79

BAB VI PENUTUP...85

6.1 Kesimpulan...85

6.2 Saran...86


(4)

ABSTRAK

Implementasi Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Sonya Imelda Samosir NIM : 070903051

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai tingkat pembangunan yang cukup tinggi. Dalam setiap pembangunan khususnya bangunan gedung, tentunya diperlukan suatu peraturan yang berfungsi sebagai sarana pengendali untuk menjamin bahwa bangunan yang akan dibangun dapat menjamin keselamatan orang-orang yang akan tinggal di dalam gedung tersebut serta orang-orang di sekitar gedung tersebut.

Untuk itulah, Izin Mendirikan Bangunan sebagai sarana perizinan dalam rangka mendirikan/merubah bangunan dapat digunakan sebagai standar penyesuaian bangunan yang dapat melindungi keamanan masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Selain itu, Izin Mendirikan Bangunan juga dapat digunakan sebagai jaminan hukum yang sah kepada masyarakat terhadap kepemilikan gedung.

Izin Mendirikan Bangunan tentunya sangat diperlukan khusunya di Kota Gunungsitoli sebagai daerah rawan bencana alam/gempa bumi. Untuk itulah, karena Izin Mendirikan Bangunan menjadi hal yang penting hal-hal seperti lambannya birokrasi, ketidakjelasan informasi, lamanya pemrosesan perizinan diharapkan tidak lagi menjadi kendala yang dapat menjadi penghambat bagi masyarakat yang ingin mengurus IMB di Kota Gunungsitoli. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yang merupakan bentuk kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah salah satu usaha pemerintah untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat serta agar pelayanan publik itu sendiri lebih efektif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana implementasi penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penerbitan IMB. Implementasi merupakan tindakan-tindakan yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Untuk melihat apakah suatu proses implementasi sudah berjalan dengan efektif atau tidak, maka digunakan suatu standar penilaian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa implementasi penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli masih belum berjalan efektif bila dilihat dari sisi organisasi, interpretasi serta penerapan. Kemudian, keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas fisik yang dimiliki, tidak terlaksananya fungsi pengawasan di lapangan terhadap bangunan yang tidak memiliki IMB, serta masih adanya masyarakat yang mengurus IMB setelah bangunannya selesai didirikan menjadi kendala yang dihadapi dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan. Untuk itulah, ada baiknya dengan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki organisasi tersebut dapat melakukan pelimpahan wewenang, serta perlunya diadakan sosialisasi mengenai IMB kepada masyarakat agar masyarakat memahami tata cara mengurus IMB.

_________________________________


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang merupakan salah satu negara yang memiliki luas wilayah yang amat besar dengan tingkat pembangunan yang cukup besar pula. Terlebih lagi dalam kehidupan modern saat ini berbagai pembangunan yang dapat menunjang kehidupan manusia khusunya bangunan gedung seperti bangunan perumahan, gedung fasilitas pendidikan, gedung fasilitas kesehatan, serta fasilitas lainnya telah menjadi tuntutan yang harus dipenuhi. Dengan adanya pembangunan-pembangunan gedung tersebut akan memberikan dampak positif yang kemudian diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung disebutkan Pembangunan nasional adalah untuk memajukan

kesejahteraan umum sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila. Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.


(6)

Berdasar kepada penjelasan Undang-Undang tersebut, maka agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah atau hambatan perlu adanya sarana perangkat perizinan dan rencana tata ruang yang baik. Rencana tata ruang yang baik atau sudah operasional merupakan sarana pengendali perkembangan fisik di dalam pelaksanaan pembangunan, yang berarti bahwa rencana tersebut sudah diberikan landasan hukum pelaksanaannya misalnya melalui Peraturan Daerah. Dalam rangka melaksanakan rencana tata ruang tersebut, salah satu tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Izin Mendirikan Bangunan disusun sebagai standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan dengan terencana akan menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Pasal 1 ayat (1) disebutkan Bangunan gedung adalah wujud fisik

hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Lebih lanjut

dikatakan dalam ayat (9) bahwa Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum,

kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik gedung.

Dalam artian tanpa bukti tertulis suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum dalam hal ini bangunan gedung menjadi tidak sah. Karena itulah, adanya Izin Mendirikan Bangunan akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat atas kepemilikan bangunan gedung.

Terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera Utara menjadi dasar perlunya pelaksanaan Peraturan Daerah mengenai Izin Mendirikan Bangunan di Kota Gunungsitoli.


(7)

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli adalah badan yang menerbitkan Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Gunungsitoli. Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu dari dua puluh tujuh izin yang diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli aktif berfungsi sejak tanggal 01 Januari 2011. Sebelumnya, penerbitan Izin Mendirikan Bangunan dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan Kota Gunungsitoli. Namun, sejak dikeluarkannya Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pelimpahan Sebahagian Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan di Lingkungan Pemerintah Kota Gunungsitoli Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli maka penerbitan Izin Mendirikan Bangunan sekarang ditangani oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli. Dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli bekerjasama dengan Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan Kota Gunungsitoli yang melaksanakan pengawasan/pengendalian, pengoreksian gambar/konstruksi bangunan serta menetapkan besarnya Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) merupakan salah satu usaha pemerintah dalam menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ini sendiri merupakan suatu bentuk kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan adanya PTSP, aparatur pemberi pelayanan harus benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi untuk mengubah citra aparatur yang sebelumnya dipandang lamban (karena birokrasi yang panjang) dan tidak transparan menjadi efektif sesuai dengan tujuan pelayanan publik.

Kebijakan terhadap model pelayanan terpadu satu pintu merupakan sebuah revisi kebijakan pemerintah sebelumnya tentang pelayanan terpadu satu atap melalui Surat Edaran


(8)

didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa implementasi penyelenggaraan pelayanan terpadu satu atap di daerah banyak mengalami kendala terkait dengan mekanisme perizinan yang masih rumit dan kendala koordinasi lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sulit, sehingga tidak berjalan dan berfungsi secara optimal. (Ridwan, 2005 : 200)

Pembentukan Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) pada dasarnya ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi penyelenggaraan perizinan dalam bentuk pemangkasan tahapan dan prosedur lintas instansi maupun dalam instansi yang bersangkutan, pemangkasan biaya, pengurangan jumlah persyaratan, pengurangan jumlah paraf dan tanda tangan yang bersangkutan, dan pengurangan waktu pemrosesan perizinan.

Dengan adanya Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP), maka telah terjadi perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang tujuannya meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik, lebih murah dan lebih cepat sesuai dengan prinsip-prinsip BPTSP yaitu kesederhanaan, kejelasan prosedur, kepastian waktu, kepastian hukum, kemudahan akses, kenyamanan dan kedisplinan dari penyelenggaraan pelayanan. (Ridwan, 2009 : 208)

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli sendiri mempunyai visi yaitu profesional, mudah, sederhana, cepat dan transparan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dengan kondisi alam Kota gunungsitoli yang rawan bencana alam seperti gempa bumi, Izin Mendirikan Bangunan tentunya menjadi hal yang sangat penting. Oleh karena itu, hal-hal seperti lambannya birokrasi, ketidakjelasan informasi, lamanya pemrosesan perizinan diharapkan tidak lagi menjadi kendala yang dapat menjadi penghambat bagi masyarakat yang ingin mengurus IMB. Dengan adanya bentuk reformasi birokrasi di bidang perizinan ini diharapkan pelayanan perizinan terutama dalam


(9)

pemberian Izin Mendirikan Bangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan yang dapat membawa dampak positif kepada masyarakat.

Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul studi tentang “Implementasi Penerbitan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah :

“Bagaimana Implementasi Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli?”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) dan Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Kebersihan Kota Gunungsitoli.


(10)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli dan Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Kebersihan Kota Gunungsitoli dalam pelaksanaan penerbitan IMB.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen ilmu Administrasi Negara.

1.5 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. (Singarimbun, 1995: 37)

Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik landasan berpikir dalam penelitian ini.


(11)

1.5.1 Implementasi

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2004:68) yang dimaksud dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlaj tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting(atau upaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan) terhadap undang-undang/peraturan yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky (dalam Tangkilisan, 2003 : 17), implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran


(12)

keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperolehapa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990 :59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan oleh Wahab (1990:51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.

Van Master dan Van Horn (dalam Wahab, 1990:51), merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan dalam Cheema dan Rondinelii (Wibawa, 1994 :19), implementasi adalah sebagai berikut :”Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”.

Sedangkan dalam rangka pencapaian kesesuaian antara tujuan dan sasaran kebijakan dengan kenyataan di lapangan, salah seorang pakar bernama Jan Merse (dalam Sunggono, 1994) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi faktor penyebab kegagalan dalam implementasi suatu kebijakan, yaitu (Nyimas,dkk, 2004 : 14) :


(13)

a. Informasi

Informasi sangat diperlukan sebagai saran untuk penyatuan pemahaman, visi dan misi dari kebijakan yang dirumuskan. Informasi akan mengalis secara efektif jika sekelompok orang yang bekerjasama saling peduli dan terbuka. Kekurangan informasi akan mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan yang akan dilaksanakannya.

b. Isi Kebijakan

Mengingat kebijakan publik merupakan sarana untuk mengatasi permasalahan publik, maka isi dari kebijakan publik dimaksud akan mempengaruhi keberhasilan implementasinya. Isi kebijakan harus jelas dan tegas serta mengandung muatan-muatan politik yang mengakomodir kepentingan seluruh stakeholders.

Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern atau ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan yang sangat berarti atau adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu.

c. Dukungan

Dalam hal ini dapat berupa dukungan fisik maupun non fisik. Apabila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut, maka implementasi kebijakan akan sulit dilaksanakan. Dukungan yang disebutkan adalah berkaitan kuat dengan partisipasi masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam proses pelaksanaan program. Jadi program ini akan berlangsung secara berkelanjutan jika didukung oleh tingkat partisipasi masyarakat tinggi, dalam berbagai tahapan yang ada, baik tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pelaporan maupun evaluasi setiap program yang dikerjakan.


(14)

d. Pembagian Potensi

Elemen pembagian potensi pada dasarnya berkaitan dengan kinerja koordinasi yang intensif antar pelaku yang ada, baik pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat luas. Koordinasi dibutuhkan karena setiap pelaku memiliki latar belakang kepentingan dan keinginan yang berbeda, sehingga proses koordinasi menjadi titik temu bagi keberhasilan pelaksanaan program pembangunan yang dilaksanakan.

1.5.1.1 Implementasi Kebijakan

Menurut Carl J. Friedrich kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu. Sedangkan menurut Dimock, kebijakan publik adalah perpaduan dan kristalisasi daripada pendapat-pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang atau golongan dalam masyarakat. (Soenarko, 2003:42-43)

Menurut Anderson (dalam Nyimas, dkk, 2004:7) kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan itu adalah :

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa (otoritatip).

Proses kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian


(15)

kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas perumusan maslah,

forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang

lebih bersifat intelektual.

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Penilaian Kebijakan

Gambar 1.1 Proses Kebijakan Publik

Perumusan Masalah

Forescating

Rekomendasi Kebijakan

Monitoring Kebijakan

Evaluasi Kebijakan


(16)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tahap impelementasi kebijakan. Kesemua proses tersebut merupakan satu kesatuan yang akan saling mempengaruhi termasuk pada tahapan implementasi itu sendiri.

Maka berikut ini adalah pengertian tentang implementasi kebijakan dalam Nyimas, dkk (2004:9) :

“Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif, atau Instruksi Presiden.(Wahab, 1991 :50)”

Menurut Wibawa (1994) (dalam Nyimas,dkk, 2004:10) implementasi kebijakan merupakan pengejahwantahan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam suatu Undang-Undang namun juga dapat berbentuk instruksi-instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan. Idealnya keputusan-keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara “menggambarkan struktur” proses implementasi tersebut. Tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah.

1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan

Ada beberapa teori dari para ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan yaitu sebagai berikut:

1. Teori Charles O. Jones

Jones (dalam Tangkilisan, 2002 :23) menyebutkan apakah implementasi program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:


(17)

a. Organisasi

Maksudnya di sini adalah bahwa organisasi harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut.

Sumber daya manusia yang berkualitas yang berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Aparatur dalam hal ini adalah petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan. Tugas aparat pelaksana pemerintah yang utama adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya untuk mencapai tujuan negara. Agar tugas-tugas pelaksana pemerintah dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap unsur dituntun memiliki kemampuan yang memadai dengan bidang tugasnya.

b. Interpretasi

Maksudnya di sini adalah agar implementasi dapat dilaksanaan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal tersebut dapat dilihat dari :

1. Sesuai dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Sesuai dengan petunjuk pelaksana, berarti pelaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijaksanaan yang bersifat aministratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.


(18)

operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisian dan efektif. Rasional dan realistis.

c. Penerapan

Maksud penerapan disini yaitu peraturan kebijakan yang berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana untuk dapat melihat ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Hal ini dapat dilihat dari :

1. Program kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara unti kegiatan yang terdapat di dalamnya.

2. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.

Jadwal kegiatan disiplin berarti program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan diakhirinya agar mudh dalam megadakan evaluasi. Dalam hal ini diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

Menurut Meter dan Horn, ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi (Subarsono, 2005 : 99), yakni :

a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terstruktur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.


(19)

b. Sumberdaya

Kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resource). Dalam berbagai kasus Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas aparat pelaksanan.

c. Hubungan antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrsi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memeberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

f. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : a) respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; b) kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan; dan c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.


(20)

3. Teori George C. Edwards III (1980)

Sementara, menurut George Edwards III ada empat faktor yang memepengaruhi proses implementasi kebijakan, antara lain (Winarno, 2002 : 125) :

a. Komunikasi

Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam komunikasi, yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity). Transmisi adalah keputusan-keputusan kebijakan dan perintah telah diteruskan kepada personil yang tepat. Kejelasan adalah perintah-perintah yang akan dilaksanakan tersebut haruslah jelas misalkan melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan. Konsistensi adalah perintah-perintah tersebut harus jelas dan tidak bertentangan dengan para pelaksana kebijakan agar proses implementasi dapat berjalan lebih efektif.

b. Sumber-Sumber

Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksanan kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun cenderung tidak efektif. Adapun sumber-sumber yang penting meliputi :

1. Staf

Jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf, namun di sisi yang lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Dengan demikian, tidaklah cukup hanya dengan jumlah pelaksanan yang memadai untuk melaksanakan suatu kebijakan. Para pelaksanan harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.


(21)

2. Wewenang

Setiap wewenang mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Jika para pejabat/badan pelaksanan kebijakan mempunyai keterbatasan wewenang untuk melaksanakan kebijakan maka diperlukan kerjasama dengan pelaksanan/badan lain agar program berhasil.

3. Fasilitas

Fasilitas fisik merupakan sumber yang penting pula dalam proses implementasi. Tanpa bangunan sebagai kantor untuk melaksanakan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.

c. Kecenderungan

Yaitu di mana para pelaksanan memiliki kecenderungan tidak sepakat dengan suatu kebijakan sehingga mengabaikan beberapa persyaratan yang tidak sesuai pandangan mereka. Oleh karena para pelaksana memegang peran penting dalam implementasi kebijakan publik, maka usaha-usaha untuk memperbaiki kecenderungan-kecendurungan mereka menjadi penting. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan insentif.

d. Struktur Birokrasi

Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating

Procedurs (SOP) dan fragmentasi. Standard Operating Procedurs (SOP) berkembang

sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Fragmentasi adalah tekanan-tekanan di luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah.


(22)

4. Teori Merilee S. Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Variabel isi kebijakan ini mencakup sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh kelompok sasaran, sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, dan apakah letak suatu program sudah tepat, serta apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci, dan terakhir apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai. Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup seberapa besar kekuasaan, kepentingan, strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa, tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

1.5.2 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 1.5.2.1 Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. ( UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 1 ayat (1) ).

Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu pelayanan publik dalam bentuk pelayanan administratif oleh pemerintah kepada masyarakat. Seperti disebutkan dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 5 ayat (1) bahwa :

“Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalarn peraturan perundang-undangan”.


(23)

a. tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara.

b. tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan

Agar dalam penyelenggaran pelayanan publik dapat berjalan dengan baik, adapun asas pelayanan publik sebagai berikut (W. Riawan, dkk, 2005:11) :

a. Transparan

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundanga-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelengaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Sementara masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan publik mempunyai hak-hak sebagai berikut (UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 18) :

a. mengetahui kebenaran isi standar pelayanan; b. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;

c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;


(24)

e. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memper baiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;

f. memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;

g. mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara dan ombudsman;

h. mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina penyelenggara dan ombudsman; dan

i. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.

1.5.2.2 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemohon untuk membangun baru, rehabilitasi/renovasi, dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Memberikan Bangunan Pasal 1)

Sementara itu, sesuai Keputusan Walikota Gunungsitoli Nomor 188.342/.../K/2011 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tata Cara Pengawasan/Pengendalian dan Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Pasal 1 menyebutkan bahwa Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan.


(25)

Pada dasarnya mendirikan bangunan adalah sebuah perbuatan yang berbahaya, hal ini karena bangunan merupakan tempat sentral bagi manusia beraktifitas sehari-hari, baik ketika di rumah maupun di kantor. Kriteria bahaya tersebut muncul ketika bangunan tersebut memiliki syarat tertentu agar tidak rubuh dan mencelakai orang di dalam atau sekitarnya. Karena itulah, bangunan didirikan dengan syarat pertimbangan dan perhitungan yang matang mengenai bentuk struktur serta kekuatan bahan yang digunakan. Dengan demikian, bangunan tersebut akan kuat dan tidak rusak/roboh mencelakai orang di dalamnya. Bangunan yang didirikan tanpa adanya pehitungan mengenai kekuatan struktur dan bahan maka akan mudah roboh dan menimbulkan bahaya bagi orang banyak. Dalam rangka melindungi keselamatan masyarakat banyak dari bahaya roboh/rusaknya bangunan maka kegiatan pembangunan harus diawasi, boleh dibangun tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Di antara syarat itu salah satunya adalah harus kuat dari segi struktur konstruksi dan bahan yang digunakan. Oleh karena itulah, Izin Mendirikan Bangunan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan mendirikan bangunan karena apabila kegiatan mendirikan bangunan itu termasuk kategori membahayakan keselamatan masyarakat, maka Izin Mendirikan Bangunan tidak akan diberikan.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Nias Nomor 16 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Pasal 2 menyebutkan maksud dan tujuan Izin Mendirikan Bangunan antara lain :

1) Pemberian Izin mendirikan Bangunan dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan mendirikan bangunan oleh orang pribadi atau badan hukum.

2) Tujuan pemberian Izin Mendirikan Bangunan adalah untuk melindungi kepentingan umum.


(26)

3) Memberi kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk memungut Retribusi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pengawasan pemerintah daerah terhadap kegiatan membangun bangunan dilaksanakan melalui pemberian Izin Mendirikan Bangunan yang dimohonkan oleh anggota masyarakat yang memberikan gambaran bangunan yang akan didirikan lengkap dengan gambar dan perhitungan struktur konstruksi. Kemudian setelah diteliti dan dipertimbangkan dengan cermat, apabila memenuhi syarat maka izin tersebut dikeluarkan dan pemohon diwajibkan membayar retribusi guna pemasukan keuangan daerah.

Selain berfungsi untuk melindungi kepentingan umum, Izin Mendirikan Bangunan juga berfungsi sebagai bukti kepemilikan gedung yang sah secara hukum bagi masyarakat.Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Pasal 8 mengenai “Persyaratan Administratif Bangunan Gedung” adalah sebagai berikut :

1. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi: a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah b. Status kepemilikan bangunan gedung

c. Izin mendirikan bangunan gedung

d. Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung.

3. Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan.

4. Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.


(27)

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995 : 37)

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka definisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. 2. Izin Mendirikan Bangunan

Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemohon untuk membangun baru, rehabilitasi/renovasi, dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.


(28)

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengukuran skor, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuh.


(29)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Dalam penelitian ini, seorang peneliti akan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak akan melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995 : 4-5). Dengan demikian, penelitian ini akan menggmbarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli yang terletak di Jl. Pancasila No. 14 dan Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan (TRPK) Kota Gunungsitoli yang terletak di Jl. Pancasila No. 14 Kota Gunungsitoli, Nias.

2.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. (Sugiyono, 2008 : 297).


(30)

Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan masalah penelitian. Maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Perizinan Tertentu pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli, sementara informan utama Kepala Bidang Tata Ruang dan Tata Kota Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan (TRPK) Kota Gunungsitoli. Untuk memperkaya data yang akan diolah, maka peneliti juga mengambil informan tambahan yaitu masyarakat yang memiliki IMB yang berjumlah empat orang serta masyarakat yang tidak memiliki IMB yang juga berjumlah empat orang.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengunpulan data dalam penelitian ini adalah :

2.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan

terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala

yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

2.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Pengunpulan data yang dilakukan adalah :


(31)

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku

ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan

atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key

informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta,

data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Jadi, teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(32)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1 Gambaran Umum Kota Gunungsitoli 3.1.1 Letak dan Batas Wilayah

Kota Gunungsitoli merupakan kota yang terdapat di dalam wilayah Pulau Nias Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Provinsi Sumatera Utara).

Kota Gunungsitoli berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Sitolu Ori, Kabupaten Nias Utara

b. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Gido dan Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias c. Sebelah Timur dengan Samudera Hindia

d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias serta Kecamatan Alasa Talumuzoi dan Kecamatan Namohalu Esiwa Kabupaten Nias Utara.

3.1.2 Keadaaan Topografi dan Iklim

Keadaan topografi wilayah Kota Gunungsitoli, yaitu berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan ketinggian dari permukaan laut bervariasi antara 0-800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 48 persen, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 35 persen dan dari berbukit sampai pegunungan 16 persen keseluruhan luas daratan.

Dengan kondisi topografi yang demikian banyak jalan Kota Gunungsitoli yang berbelok-belok. Disebabkan kota-kota utama di Kota Gunungsitoli umumnya terletak di lahan perbukitan.

Kota Gunungsitoli terletak di daerah khatulistiwa yang mengakibatkan curah hujan cukup tinggi. Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Binaka Gunungsitoli, rata-rata curah hujan pertahun 221,9 mm dan banyknya hari hujan


(33)

dalam setahun 240 hari atau rata-rata 20 hari perbulan pada Tahun 2009. Akibat banyaknya curah hujan maka kondisi alam menjadi sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan datang silih berganti dalam setahun.

Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara berkisar antara 18,10 -31,3 0 dengan kelembaban sekitar 89-92 persen dan kecepatan angin antara 5-6 knot/jam. Curah hujan tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun dan sering kali disertai dengan musim badai laut biasanya berkisar antara bulan September sampai November, namun kadang badai terjadi juga pada bulan Agustus, karena cuaca bisa berubah secara mendadak.

3.1.3 Luas Wilayah

Luas wilayah Kota Gunungsitoli adala sebesar ± 469, 36 Km2 ( 0,63% dari wilayah Provinsi Sumatera Utara). Kota Gunungsitoli terdiri dari 6 Kecamatan, 98 Desa, dan 3 kelurahan dengan Ibukota terletak di Kecamatan Gunungsitoli.

Bila dilihat dari segi jarak, lokasi antar kecamatan ke Kota Gunungsitoli bervariasi antara 3 sampai dengan 19 km. Kecamatan Gunungsitoli yang terjauh dari ibukota adalah kecamatan Gunungsitoli Alo’oa dengan jarak 19 km dan kecamatan terdekat yaitu Kecamatan Gunungsitoli Barat dengan jarak 3 Km.

Tabel. 3.1

Jarak Kecamatan Gunungsitoli ke Kota Gunungitoli

No Kecamatan Nama Ibu Kota Luas (Km2 )

Jarak Ke Ibukota Kab. Nias Barat (Km)

(1) 1 2

(2) Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Selatan

(3) Dahana

Ononamolo I Lot

(4) 134,78

56,85

(5) 14 9


(34)

3 4 5 6 Gunungsitoli Barat Gunungsitoli Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Utara Tumori Gunungsitoli Nazalou Alo’oa Afia 28,70 109,09 60,21 79,93 3 0 19 14

Sumber : Nias Dalam Angka 2009

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Aceh dan Nias (SPAN) Tahun 2005 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik, diperoleh data jumlah penduduk Kota Gunungsitoli berjumlah 116. 358 jiwa. Jumlah penduduk Kota Gunungsitoli berdasarkan hasil sensus Penduduk 2010 bertambah menjadi 125.566 jiwa. Jumlah penduduk Kota Gunungsitoli pertengahan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Kota Gunungsitoli Hasil sensus Penduduk 2010

No Kecamatan Jumlah Penduduk JUMLAH

Laki-laki Perempuan

(1) 1 2 3 4 5 6 (2) Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Barat Gunungsitoli Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Utara (3) 10.479 6.699 3.561 30.036 3.172 7.704 (4) 10.895 7.076 3.866 30.133 3.541 8.404 (5) 21.374 13.775 7.427 60.169 6.713 16.108

JUMLAH 61.651 63.915 125.566


(35)

3.1.4 Lembaga Daerah

Secara administratif pemerintahan kota Gunungsitoli terdiri dari 6 wilayah kecamatan yang terdiri dari 98 desa dan 3 kelurahan. Seiring dengan terbentuknya Kota Gunungsitoli, maka berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli No. 2 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kota Gunungsitoli, Gunungsitoli No. 3 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Gunungsitoli, Peraturan Walikota Gunungsitoli No. 4 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Gunungsitoli, Peraturan Walikota Gunungsitoli No. 5 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli, dan Peraturan Walikota Gunungsitoli No. 8 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Gunungsitoli.

Adapun nama-nama organisasi perangkat daerah Kota Gunungsitoli : a. Dinas Daerah, terdiri dari :

1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan

3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi 4. Dinas Pekerjaan Umum

5. Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Kebersihan 6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

8. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 9. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 10.Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan, dan Perikanan


(36)

11.Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Asset

b. Lembaga Daerah, terdiri dari : 1. Inspektorat Kota Gunungsitoli

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daeraha 3. Badan Kepegawaian Daerah

4. Badan Pemberdayaan Masyarakat, PP, KB dan Pemdes 5. Kantor Lingkungan Hidup

6. Kantor Kesatuan Bangsa 7. Rumah Sakit Umum Daerah 8. Satuan Polisi Pamong Raja c. Sekretariat Daerah, terdiri dari :

1. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan sosial 2. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan 3. Asisten Bidang Umum

Masing-masing asisten terdiri dari beberapa bagian. d. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

e. Badan Penaggulangan Bencana Daerah

3.1.5 Penduduk Menurut Agama

Sampai dengan Oktober tahun 2010, penduduk yang memeluk Agama Kristen Protestan merupakan mayoritas dibanding yang laiinya yaitu sebesar 79,67 persen dari keseluruhan penduduk Kota Gunungsitoli. Penduduk yang beragama Islam 12,87 persen, yang beragama Katolik 7,20 persen, hindu dan Budha 0,25 persen, sedangkan agama Kong Hu Cu dan lainnya sangat kecil persentasenya.


(37)

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Kota Gunungsitoli Menurut Agama s/d Oktober 2010

Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha

Kong Hu Cu Kepercayaan (1) Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Barat Gunungsitoli Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Utara (2) 1.338 246 13 12.339 2.827 2.827 (3) 20.224 13.718 7.445 41.325 14.113 14.113 (4) 2.353 991 503 4.546 734 734 (5) 1 0 1 13 3 3 (6) 5 0 0 303 0 0 (7) 0 0 0 0 0 0 (8) 0 0 0 6 6 6

JUMLAH 16.778 103.858 9.391 18 308 0 12

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Gunungsitoli

3.2 Gambaran Umum Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli merupakan unsur pendukung tugas Walikota di bidang pelayanan perizinan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota dan Sekretaris Daerah. BPPT Kota Gunungsitoli mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan Pelayanan Administrasi


(38)

di bidang Perizinan secara Terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian. BPPT Kota Gunungsitoli adalah badan yang baru terbentuk terkait dengan Kota Gunungsitoli yang juga baru dimekarkan pada tahun 2008. Badan Pelayanan Perizinan Tepadu (BPPT) Kota Gunungsitoli aktif berfungsi sejak tanggal 1 Januari 2011.

Sesuai dengan Peraturan Walikota Gunungsitoli No. 12 Tahun 2010 Tentang Pelimpahan Sebahagian Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan di Lingkungan Pemerintah Kota Gunungsitoli Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli bahwa penerbitan dan penandatanganan perizinan di lingkungan Pemerintah Kota Gunungsitoli menjadi Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

Adapun jenis-jenis perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan pengelolaan pelayanannya kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Jenis Perizinan/Non Perizinan yang Dilimpahkan Pengelolaan Pelayanan Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli

No.

JENIS PERIZINAN/ NON PERIZINAN

Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Kebijakan Teknis Daerah

1 SURAT IZIN TEMPAT USAHA (SITU) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli


(39)

2 SURAT IZIN USAHA (SIUP) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli

3 SURAT IZIN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP)

(NON PERIZINAN)

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli

4 IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli

5 IZIN USAHA BENGKEL UMUM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli

6 SURAT IZIN GANGGUAN Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli

7 TANDA DAFTAR GUDANG/RUANGAN (TDG/TDR)

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli

8 IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli


(40)

9 IZIN PENANGKAPAN IKAN Dinas Pertanian, Peternakan Kelautan dan Perikanan Kota Gunungsitoli

10 SURAT IZIN BALAI PENGOBATAN Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli

11 SURAT IZIN TOKO OBAT Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli

12 SURAT IZIN APOTIK Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli

13 IZIN PENGELOLAAN USAHA OBJEK WISATA

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli

14 IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli

15 IZIN USAHA PONDOK WISATA Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli

16 IZIN USAHA REKREASI DAN HIBURAN UMUM

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli


(41)

17 IZIN USAHA RUMAH MAKAN Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli

18 IZIN USAHA RUMAH PEMONDOKAN Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Gunungsitoli

19 IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DAN KENDARAAN BEMOTOR UMUM

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Gunungsitoli

20 IZIN PENDIRIAN PERUSAHAAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR RODA TIGA (BECAK MESIN)

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Gunungsitoli

21 IZIN PENGANGKUTAN UMUM TIDAK BERMOTOR RODA TIGA (BECAK DAYUNG)

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Gunungsitoli

22 IZIN PEMAKAIAN JALAN Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Gunungsitoli

23 IZIN BONGKAR MUAT BARANG Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Gunungsitoli

24 RETRIBUSI IZIN TRAYEK Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Gunungsitoli


(42)

25 IZIN PENYEWAAN KLOS/LOSD PASAR UNTUK PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI

Dinas Pendapatan Pengelolaan Aset Daerah Kota Gunungsitoli

26 IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan Kota Gunungsitoli

27 IZIN USAHA JASA KONTRUKSI Dinas Pekerjaan Umum Kota Gunungsitoli

Sumber: Instruksi Walikota Gunungsitoli Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa BPPT Kota Gunungsitoli mempunyai kewenangan dalam penerbitan dan penandatanganan dua puluh tujuh jenis perizinan/non perizinan yang berkoordinasi dengan delapan instansi Pemerintah Kota Gunungsitoli.

3.2.1 Visi dan Misi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)

Visi adalah pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana instansi Badan Pelayanan Perizinan Tepadu (BPPT) Kota Gunungsitoli harus dibawa.

Adapun visi Badan Pelayanan Perizinan Tepadu (BPPT) Kota Gunungsitoli adalah pelayanan perizinan yang profesional, mudah, sederhana, cepat dan transparan.

Sementara misi adalah langkah-langkah yang dilaksanakan dalam mencapai visi tersebut. Adapun misi dari Badan Pelayanan Perizinan Tepadu (BPPT) Kota Gunungsitoli adalah :

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) pelayanan perizinan terpadu 2. Meningkatkan koordinasi proses pelayanan perizinan


(43)

4. Menyederhanakan prosedur dan standarisasi pelayanan perizinan terpadu

5. Mengembangkan sistem informasi pelayanan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi

6. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan

3.2.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Kedudukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu adalah :

1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu merupakan unsur pendukung tugas Walikota di bidang pelaynan perizinan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Kepala.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan Pelayanan Administrasi di bidang Perizinan secara Terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifiksi, keamanan, dan kepastian.

Dalam menyelenggarakan tugasnya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) menyelenggarakan fungsi antara lain :

1. Pelaksanaan penyusunan program Badan di bidang pelayanan perizinan terpadu 2. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan

3. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan

4. Pelaksanaan administrasi administrasi pelayanan perizinan 5. Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan

Berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor ... Tahun 2010 Tentang Uraian

Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli


(44)

Tugas Pokok :

Membantu Walikota dalam melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.

Fungsi :

1. Perumusan rencana dan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan terpadu 2. Penyelengaraan dan pengkoordinasian pelayanan administrasi perizinan dan non

perizinan yang dilimpahkan Walikota.

3. Pengkoordinasian dan pengarahan dalam penyusunan program, pengelolaan keuangan serta urusan umumdan kepegawaian badan.

4. Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pengendalian dan pembinaan terhadap pelaksanaan operasional kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan terpadu.

b. Kepala Bagian Tata Usaha Tugas Pokok :

Menyelenggarakan pengelolaan urusan umum, perencanaan program, pengelolaan administrasi kepegawaian dan keuangan.

c. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Tertentu Tugas Pokok :

Memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Badan yang berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan Perizinan di Bidang perizinan tertentu.

Fungsi :

1. Perumusan usulan Rencana Kerja, kinerja dan anggaran tahunan di Bidang Pelayanan Perizinan Tertentu


(45)

2. Penyelengaraan administrasi pelayanan Bidang Pelayanan Perizinan Tertentu 3. Penyelengaraan pemeriksaan administratif dan teknis persyaratan Perizinan di

bidang perizinan tertentu.

4. Penyelengaraan pengendalian pelayanan Perizinan di bidang perizinan tertentu 5. Pengkordinasian pelaksanaan tugas Tim Teknis Perizinan Tertentu

6. Penyelengraan distribusi Surat Perizinan di bidang perizinan tertentu 7. Pengawasan dan pembinaan terhadap para pegawai yang membantunya

3.2.3 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli terdiri dari :

1. Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, terdiri dari : a. Badan

b. Bagian Tata Usaha c. Bidang

d. Sub Bagian e. Tim Teknis

f. Kelompok Jabatan Fungsional

2. Bagian Tata Usaha terdiri dari sub bagian dengan susunan sebagai berikut : a. Sub bagian umum kepegawaian

b. Sub bagian Keuangan

c. Sub bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan 3. Bidang terdiri dari :


(46)

b. Bidang Pelayanan Perizinan Umum c. Bidang Pelayanan Perizinan Jasa Usaha d. Bidang Perizinan Tertentu


(47)

SRTUKTUR ORGANISASI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA GUNUNGSITOLI

K E P A L A

TOROZIDUHU GEA, SE. M.Si PEMBINA TK.I NIP. 19580417 198203 1 009

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BAGIAN TATA USAHA

MEI LINDA LAROSA, ST PEMBINA NIP. 19690531 199503 2 003

SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUBBAG KEUANGAN SUBBAG PROGRAM ,

EVALUASI DAN PELAPORAN SENIWATI ZEBUA

PENATA MUDA TK. I

NIP. 19641104 198810 2 001

AUGUSTINUS ZENDRATO PENATA TK.I NIP. 19660817 1987031 005

LENY NOVERIA TELAUMBANUA, SE PENATA MUDA TK.I NIP. 19741105 199602 2 001

BIDANG PELAYANAN JASA PARIWISATA DAN PASAR

BIDANG PELAYANAN PERIZINAN UMUM

BIDANG PELAYANAN PERIZINAN JASA USAHA

BIDANG PELAYANAN TERTENTU

JUANGI K. ZEBUA, SE PENATA NIP. 19720407 200003 2 002

LIDIANI LASE PENATA TK.I NIP. 19561105 198206 2 001

ERLINA ZEGA PENATA NIP. 19661005 198602 2 002

YA’ATULO ZEGA PENATA NIP. 19620509 198810 1 001


(48)

Tabel 3.5

Daftar Kepegawaian pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

NO N A M A N I P

GOL

ON

GA

N

J A B A T A N

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8

Toroziduhu Gea, SE, M.Si

Mei Linda Larosa, ST

Lidiani Lase

Juangi K. Zebua, SE

Erlina Zega

Ya’atulo Gea

Augustinus Zendrato, SE

Seniwati Zebua

19580417 198203 1 009

19690531 199503 2 003

19561105 198206 2 001

19720407 200003 3 002

19661005 198602 2 002

19620509 198810 1 001

19660817 198703 1 005

19641104 198810 2 001

IV/b IV/a III/d III/c III/c III/c III/c III/b Kepala BPPT

Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Umum

Kepala Bidang Pelayanan Jasa Pariwisata

Pj. Kepala Bidang Pelayanan Jasa Usaha

Pj. Kepala Bidang Perizinan Tertentu

Kepala Sub Bagian Keuangan

Pj. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada Tata Usaha


(49)

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Leny Noveria Telaumbanua, SE

Fati’isa Harefa Ermina Zebua

Martonlius Telaumbanua, SH Arnius Mendrofa, SE

Yunus Lase, SH

Berkat Elhan Harefa, SH Ridho Noperwira Zebua, SH Martinus Gulo, SE

Forani Zebua, SE Dedi Irama Gulo, ST Marwati Zega, A.md Tuti Elni Ndraha, A.md Berkat Jaya Lase, A.md Valentina Zendrato, A.md Yuliaman Harefa

Murni Setiawan Zega Yaman Irawan Zendrato Sonitehe Harefa

19741105 199602 2 001

19620407 199007 2 001 19680825 199203 2 002 19720511 212001 1 028 19810202 201001 1 028 19820105 201001 1 033 19850411 201001 1 026 19851101 201101 1 007 19800229 201101 1 003 19831212 201101 1 005 19850131 201101 1 008 19830816 201101 2 032 19870119 201001 2 023 19800923 201101 1 003 19870214 201101 2 008 19810706 200801 1 003 19840525 200801 1 001 19820831 201001 1 009 19830621 201001 1 042

III/b III/b III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a III/a II/c II/c II/c II/c II/a II/a II/a II/a

Pj. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan pada Bagian Tata Usaha Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf


(50)

3.3 Gambaran Umum Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan (TRPK) Kota Gunungsitoli

3.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Adapun uraian tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas TRPK yaitu sesuai dengan Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor .... Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan

Tata Kerja Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Kebersihan Kota Gunungsitoli adalah

sebagai berikut :

a. Kepala Dinas TRPK Tugas Pokok:

Melaksanakan urusan Pemerintahan Kota Gunungsitoli di bidang Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis Pemerintah Kota Gunungsitoli di bidang Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan.

2. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan Pelayanan umum Pemerintahan Kota Gunungsitoli di bidang Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan.

3. Pembinaan dan Pelaksanaan tugas di bidang Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan

4. Pengelolahan urusan ketatausahaan.

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Sekretaris Tugas Pokok :

Menyelenggarakan Penyusunan Perencanaan, Pengelolahan Keuangan serta urusan umum dan kepegawaian.


(51)

Fungsi :

1. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan.

2. Penyelenggaraan pengelolahan perkantoran, administrasi, keuangan dan administrasi kepegawaian

3. Penyelenggaraan urusan umum dan pelengkapan, keprotokolan dan hubungan masyarakat

4. Penyelenggaraan Ketatalaksanaan, Kearsipan dan Perpustakaan Dinas.

5. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan unit kerja.

c. Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian Tugas Pokok :

Melaksanakan urusan umum dan pengelolaan administrasi Kepegawaian. Rincian Tugas :

1. Membantu Sekretaris dalam pelaksanaan tugas bidang umum dan kepegawaian Dinas

2. Melaksanakan urusan keprotokolan, hubungan masyarakat, penyiapan rapat-rapat Dinas dan pendokumentasian kegiatan Dinas.

3. Melaksanakan pengelolaan karsipan dan perpustakaan Dinas.

4. Melaksanakan urusan rumah tangga, ketertiban, keamanan dan kebersihan di lingkungan kerja Dinas.

5. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan kendaraan Dinas, peralatan dan perlengkapan kantor dan aset lainnya.

6. Melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Dinas.


(52)

7. Melaksanakan pengurusan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan inventaris barang-barang inventaris.

8. Melaksanakan pengelolaan administrasi perkantoran.

9. Melaksanakan pengumpulan pengelolaan, penyimpanan dan pemeliharaan data dan kartu kepegawaian di lingkungan Dinas.

10. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pegawai yang akan pensiun, serta pemberian penghargaan.

11. Melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, daftar penilaian pekerjaan, daftar urut kepangkatan, sumpah/janji pegawai, gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

12. Melaksanakan penyiapan pegawai untuk mengikuti pendidikan/pelatihan kepemimpinan, teknis dan fungsional.

13. Melaksanakan penyiapan rencana pegawai yang akan mengikuti ujian Dinas. 14. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kepegawaian dan disiplin pegawai. 15. Melaksanakan penyiapan bahan standar kompetensi pegawai, tenaga teknis dan

fungsional.

16. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan subbagian umum dan kepegawaian.

17. Menyampaikan saran dan pendapat kepada atasan terkait bidang tugasnya. 18. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya

d. Kepala Bidang Tata Ruang dan Tata Kota Tugas Pokok :

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bidang Tata Ruang dan Tata Kota Fungsi :


(53)

2. Penyusunan pedoman dan petunjuk pelaksanaan Tata Ruang dan Tata Kota. 3. Pengkoordinasian pelaksanaan Tata Ruang dan Tata Kota.

4. Pembinaan, Pengendalian, evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Tata Ruang dan Tata Kota.

e. Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Sanitasi Tugas Pokok:

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang penyehatan lingkungan pemukiman dan sanitasi.

Fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang penyehatan lingkungan, pemukiman dan sanitasi.

2. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi penataan lingkungan penyehatan, pemukiman dan sanitasi.

3. Penyelenggaraan survey dan investasi serta design bidang penyehatan lingkungan , pemukiman dan sanitasi

4. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan survey, investigasi dan design penyehatan lingkungan, pemukiman dan sanitasi.

f. Kepala Bidang Kebersihan Lingkungan Tugas Pokok:

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bidang kebersihan lingkungan . Fungsi:

1. Penyusunan konsep kebijakan teknis bidang kebersihan llingkungan.

2. Penyesuaian pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang kebersihan lingkungan. 3. Pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan bidang kebersihan


(54)

4. Penyelenggaraan kebersiahan lingkungan. g. Kepala Seksi Persampahan

Tugas Pokok:

Melaksanakan tugas pengelolaan limbah dan persampahan Rincian Tugas:

1. Membantu kepala bidang kebersihan lingkungan dalam tugas pengelolaan limbah dan persampahan.

2. Melaksanakan tugas pengelolaan limbah dan persampahan 3. Menyusun rencana kerja

4. Mengumpulkan, mengelola, menyajikan bahan/data untuk menyempurnakan penyusunan kebijakan strategi dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam pelaksanaan bidang penanganan air limbah, pengelolaan, pemusnahan, dan pemanfaatan sampah tempat pembuangan akhir

5. Melaksanakan dan menyusun rencana penyediaan prasarana dan sarana air limbah masyarakat

6. Melakukan pengendalian pengawasan dan monitoring pelaksanaan kegiatan mengelola limbah, sarana dan prasarana limbah dan persampahan di setiap kecamatan serta disetiap pembuangan akhir

7. Melaksanakan pengawasan, monitoring dan evaluasi pengelolaan limbah dan persampahan.

8. Membuat laporan secara berkala berkaitan dengan bidang tugasnya.


(55)

3.3.2 Struktur Organisasi

KEPALA DINAS Ir. IGNASIUS HAREFA NIP. 19680429 199703 1 004

SEKSI PERENCANAAN & PENGELOLAAN TATA RUANG

SEKSI PERENCANAAN KAWASAN SIAP BANGUN

SEKSI DATA DAN PERENCANAAN TEKNIK

SEKSI PENATAAN DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN

SEKSI PERENCANAAN & PENGELOLAAN TATA KOTA

SEKSI PERUMAHAN KUMUH /

NELAYAN SEKSI SANITASI LINGKUNGAN SEKSI PERTAMANAN

SEKSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TATA RUANG DAN

TATA KOTA

SEKSI PEMBANGUNAN KAWASAN SEKSI JALAN SETAPAK DAN JALAN

LINGKUNGAN

SEKSI PERSAMPAHAN NYAKMIN ACEH NIP. 19610410 198101 1 002

UPT

SEKRETARIAT MARTHIN HAREFA

NIP. 19590301 198002 1 001 KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DANG RUMANDUNG CANIAGO

NIP. 19621202 198602 1 001

BIDANG PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN SANITASI

GASALI LAHAGU, SH NIP. 19631201 200112 1 001 BIDANG TATA RUANG DAN

TATA KOTA

KRISMAN TOROZISOKHI DAELI, ST NIP. 19721218 200212 1 001

BIDANG PERUMAHAN ELEOS NATALI MENDROFA

NIP. 196111228 198512 1 001

SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SABADIA ZEBUA, SE NIP. 19660815 199103 2 003

SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG PROGRAM, EVALUASI DAN PELAPORAN


(56)

Tabel 3.6

Daftar Kepegawaian pada Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan Kota Gunungsitoli

NO N A M A N I P

G

ol

on

gan

J A B A T A N

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Ir. Ignasius Harefa Martin Harefa

Dang Rumandung Caniago

Krisman Torozisikhi Daeli,ST Eleos Natali Mendrofa

Gasali Lahagu, SH Nyakmin Aceh

Sabadia Zebua, SE

Sudirman Zebua, ST Herman C. Tambunan, SE

Saverius Manao, ST

19680429 199703 1 004 19590301 198002 1 001 19621202 198602 1 001

19721218 200212 1 001 19611228 198512 1 001 19631201 200112 1 001 19610410 198101 1 002

19660815 199103 2 003

19800607 200611 1 001 19851224 201001 1 029

19810823 201001 1 017

IV/b III/d III/c III/c III/c III/c III/c III/a III/a III/a III/a Kepala Dinas Sekretaris Kepala Bidang Kebersihan Lingkungan Kepala Bidang Tata Ruang Dan Tata Kota Kepala Bidang Perumahan Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan Kepala Seksi Persampahan

Plt. Kepala Sub Bagian Umum Dan

Kepegawaian Staf Staf


(57)

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Tuahman Sinaga, ST Yenny Matranita Zega, ST Irwan H. Telaumbanua, ST Markus Gurning, ST

Syukur Noveriman Zebua, ST Asal Murni W. Zebua, ST Fileanus Hulu, A.Md Amal Agus S. Zega Siti Nursinta Purba, A.Md Iman Wati Laoli, A.Md Aronia Harefa

Augustniat Indah K. Harefa

Iman Kurniawan Lombu Hermanto Simorangkir Fa’akhododo Lase

Arman Jaya Ginting Lalaziduhu Zebua

19760703 201001 1 021 19850907 201001 2 040 19760201 201001 1 016 19800724 201001 1 025 19851106 201001 1 017 19850804 201001 2 030 19761111 200605 1 002 19740801 199402 1 004 19781016 201001 2 021 19841217 201001 2 034 19630216 198304 1 001 19840801 201001 2 031 19890505 201001 1 002 19890523 201001 1 003 19770426 201001 1 009 19771223 201001 1 015 19690227 200701 1 003

III/a III/a III/a III/a III/a III/a II/d II/c II/c II/c II/b II/a II/a II/a II/a II/a II/a Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf


(58)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini Penulis menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian pada Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli serta Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan (TRPK) Kota Gunungsitoli yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Bab ini akan memaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer dan data sekunder yang telah peneliti peroleh dari lapangan. Kemudian akan penulis analisis dan interpretasikan secara deskriptif kualitatif. Adapun data yang akan disajikan dalam penulisan ini yaitu penyajian data hasil wawancara dari informan kunci (key informan) yaitu Kepala Bidang Tata Ruang dan Tata Kota Dinas Tata Ruang Perumahan Kebersihan Kota Gunungsitoli, informan utama yaitu Kepala Bidang Perizinan Tertentu pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli serta masyarakat yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan di Kota Gunungsitoli. Dan berikut hasil wawancara yang penulis sajikan dalam bentuk uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh responden yang bersangkutan :


(1)

3. Penerapan

Penerapan menyangkut prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dari pihak BPPT Kota Gunungsitoli menyatakan program kerjanya adalah dengan berusaha melaksanakan penerbitan perizinan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan walaupun dengan keterbatan yang dimiliki. Namun, mengenai hal sosialisasi khususnya penerbitan IMB pihak BPPT menyatakan masih belum melaksanakan atau mempunyai program tentang sosialisasi tersebut.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak Dinas TRPK Kota Gunungsitoli sebagai tim teknis di lapangan dalam pengurusan IMB. Pihak Dinas TRPK Kota Gunungsitoli menyatakan belum ada program khusus seperti sosialisasi ataupun penetapan kebijakan atau peraturan khusus dalam hal mendirikan bangunan mengingat Kota Gunungsitoli adalah daerah yang rawan bencana/gempa bumi. Hal ini dikarenakan organisasi tersebut adalah organisasi yang juga baru terbentuk.

Dari hasil wawancara kepada masyarakat yang tidak mengurus IMB dapat diketahui bahwa pada umumnya masyarakat tersebut tidak mengurus IMB karena kurangnya sosialisasi dari pihak Pemerintah Kota Gunungsitoli dan bahkan ada masyarakat yang beranggapan bahwa IMB hanya diperlukan bagi perumahan di lingkungan padat penduduk seperti di Ibukota. Selain itu, masyarakat juga menyebutkan bahwa alasan masyarakat tersebut tidak mengurus IMB adalah karena biayanya yang dianggap mahal serta kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah terutama dalam bidang pelayanan publik sehingga masyarakat merasa enggan untuk mengurus IMB tersebut.

Jadi, dari hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli yang berkoordinasi dengan Dinas Tata ruang Perumahan dan


(2)

Kebersihan Kota Gunungsitoli dalam proses penerbitan IMB masih belum melaksanakan penerapan yang efektif dalam rangka memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.


(3)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli dapat dikatakan masih belum berjalan dengan efektif. Hal ini dikarenakan organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli masih belum sepenuhnya memenuhi unsur-unsur yang diperlukan sebagai sebuah organisasi agar para aparatur dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif. Organisasi ini masih belum memiliki sumber daya manusia, fasilitas yang cukup memadai untuk dapat melaksanakan fungsinya serta adanya peraturan yang keabsahannya masih belum jelas yang dijadikan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Dari segi interpretasi yang dilaksanakan juga dapat dikatakan masih belum sepenuhnya berjalan dengan efektif. Misalnya saja, ada masyarakat yang mengeluhkan waktu penerbitan IMB yang telah berjalan lebih dari dua bulan namun masih juga belum diterbitkan yang mana seharusnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku lamanya proses penerbitan IMB berjalan maksimal 51 hari (tidak lebih dari dua bulan). Dari segi penerapan dapat dikatakan bahwa Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoliyang berkoordinasi dengan Dinas Tata Ruang Perumahan dan Kebersihan Kota Gunungsitoli dalam proses penerbitan IMB masih belum melaksanakan penerapan yang efektif kepada masyarakat. Baik pihak BPPT mupun Dinas TRPK Kota Gunungsitoli masih belum memiliki program yang khusus yang dapat mendukung pelayanan publik yang dilakukan terhadap masyarakat.


(4)

2. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui kendala-kendala yang dihadapi oleh BPPT serta Dinas TRPK Kota Gunungsitoli antara lain adanya keterbatasan sumber daya serta fasilitas fisik yang dimiliki, tidak berfungsinya fungsi pengawasan di lapangan yang menjadi tugas dari Satpol PP, serta masih adanya masyarakat yang baru mengurus penerbitan IMB setelah bangunannya selesai dibangun.

6.2 Saran

1. Dengan keterbatasan sumber daya manusia ada baiknya bila pegawai yang menangani proses perizinan sedang tidak berada di tempat maka, dilakukan pelimpahan wewenang kepada pegawai yang lain agar proses penerbitan IMB berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

2. BPPT serta Dinas TRPK Kota Gunungsitoli sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai IMB. Masyarakat sebaiknya diberikan pemahaman mengenai apa itu IMB, bagaimana prosedur pengurusan IMB, mengapa IMB itu menjadi hal yang penting dalam hal mendirikan/merubah bangunan. Karena pada kenyataan di lapangan masih banyak masyarakat yang bahkan tidak memahami apa itu IMB. Oleh karena itulah, sosialisasi harus segera dilaksanakan misalnya saja dalam bentuk selebaran, bliho, melalui seminar-seminar di lembaga pendidikan, melalui website ataupun dengan turun langsung ke lapangan.

3. Menurut penulis, ada baiknya jika retribusi/biaya dalam pengurusan IMB dikurangi. Karena hal ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat masyarakat tidak mengurus IMB.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Profil Sosial Budaya Kota Gunungsitoli 2010.

Nyimas Dwi Koryati, Wisnu Hidayat, Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2004. Kebijakan dan

Manajemen Pembangunan Wilayah. Yogyakarta: YPAPI.

Moenir. 2001. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Ridwan, Juniarso. 2009. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung : Nuansa

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Soenarko. 2003. Public Policy : Pengertian Pokok untuk memahami dan Analisa

Kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya: Airlangga University Pers.

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono, A.G. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2002. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI.

---. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI.

Wahab, Solichin, A. 1990. Analisa Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara. Malang: Bumi aksara.

---. 2004. Analisa Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara Edisi Kedua. Jakarta: Bumi aksara.

Wibawa, Samudra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo.

Sumber Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Gunungsitoli Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Memberikan Bangunan


(6)

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Nias Nomor 16 Tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pelimpahan Sebahagian Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan di Lingkungan Pemerintah Kota Gunungsitoli Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

Peraturan Walikota Gunungsitoli Nomor ... Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

Keputusan Walikota Gunungsitoli Nomor 503/222/K/2010 Tentang Penetapan Standar Pelayanan Minimal Penyelengaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

Keputusan Walikota Gunungsitoli Nomor 188.342/.../K/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tata cara Pengawasan/Pengendalian dan Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Instruksi Walikota Gunungsitoli Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli