Asal-Usul Nama Dusun Buluh Manis Sejarah Keberadaan Perusahaan Minyak Dan Perusahaan Perkebunan di Bumi Sakai

Kemudian rombongan tersebut bermaksud meninggalkan tempat tersebut mencari daerah yang lebih baik. Setelah merambah hutan belantara dan rawa-rawa, sampailah mereka di daerah Petani. Setelah menetap di Petani untuk beberapa tahun lamanya, pimpinan batin memutuskan untuk memecah rombongan tersebut ke dalam delapan tempat pemukiman yang letaknya saling berdekatan. Mereka membuka hutan bagi tempat-tempat pemukiman baru,yaitu : 1 Petani; 2 Sebanga; 3 Air Jamban; 4 Pinggir; 5 Semunai; 6 Syam-Syam; 7 Kandis; 8 Balaimakam. Pemimpin batin mengutus pembantunya untuk menghadap raja Siak dan memohon izin untuk dapat dijadikan rakyat Kerajaan Siak Indrapura dan diberi pengesahan atas hak pemukiman dan menggunakan tanahhutan di wilayahnya. Oleh raja siak delapan tempat pemukiman tersebut masing-masing disahkan sebagai sebuah perbatunan dukuh dengan kepalanya seorang batin dan diterima sebgai bagian dari kekuasaan kerajaan Siak Indrapura.

2.3 Asal-Usul Nama Dusun Buluh Manis

Ada sebuah mitos yang berkembang pada Masyarakat Sakai mengenai Dusun Buluh Manis. Nama Buluh Manis berasal dari mitos mengenai sebuah pohon Bambu Kuning Buloh Kuning yang merupakan bambu tunggal bercabang tujuh. Menurut masyarakat bambu ini terdapat didaerah puncak Agung atau puncak Jurong yaitu didekat Waduk Air Hitam. Bambu tersebut tumbuh dipinggir sungai sehingga dikelilingi oleh air. Masyarakat menganggap bahwa bambu tersebut suatu barang aneh atau gaib karena memiliki cabang sebanyak tujuh buah. Universitas Sumatera Utara Ada pula kisah tujuh orang datok yang mencari kebenaran cerita dari bambu tunggal bercabang tujuh tersebut. Mereka pergi selama tujuh hari tujuh malam ke puncak Agung atau puncak Jurong yaitu didekat Waduk Air Hitam tempat bambu tersebut. Mereka menemukan lokasi tumbuhnya bambu tetapi tidak menemukan bambu tersebut. Menurut cerita tempat tersebut dijaga oleh ular besar punggu dan tinggi. Menurut masyarakat bambu tersebut adalah bambu mahal seharga Rp 500.000.000. Apabila seseorang mendapatkannya maka orang tersebut akan kaya dan memiliki kekuatan gaib hingga bisa menembus kekuatan apapun. Menurut masyarakat untuk dapat melihat bambu tersebut seseorang harus memiliki kekuatan atau ilmu. Buluh Manis mengandung makna pengasih, penyayang, dan penunduk. Oleh karena itu dinamakan Buluh Manis Desa Petani.

2.4 Sejarah Keberadaan Perusahaan Minyak Dan Perusahaan Perkebunan di Bumi Sakai

Thamrin 2003:179-182 menjelaskan pada Maret 1924 peneliti dari Amerika menemukan minyak di tempat hidup ribuan suku Sakai. Standart Oil Company of California SCOAL yang melakukan Supply eksplorasi dan dilanjutkan oleh N.V Nederland Pacific Petroleum Maatschappij NPPM pada tahun 1930 dan 5 tahun kemudian April 1935 dimulai eksplorasi Geologis pada tahun 1952 bulan Mei lapangan minyak Minas berproduksi. Diatas peta kepemilikan Sakai yang dibuat Oleh Moszkowski ini berubah menjadi block-block ada yang namanya block Rokan, Wilayah Harapan peta Universitas Sumatera Utara 1940, Wilayah Rokan-I dan Rokan-II, Rokan-I dan Rokan-III peta 1960, Pertamina CT Area ‘A’, Peta 1968 Pekanbaru pun masuk daerah penggalian, kemudian peta 1971 yang dikenal dengan Kontrak Production Sharing CT - CCP, tahun 1975 Kontrak Production CT Mountain Kuantan Block, tahun 1979 Kontrak Joint Venture CT Jambi Selatan Block ‘B’, pada tahun 1981 Kontrak Production Sharing CT Singkarak Block, tahun 1981 Kontrak Production Sharing CT Langsa block 52. Dengan adanya kontrak Block-Block tersebut masyarakat Sakai hak-hak tanahnya diambil begitu saja oleh PT Caltex dan hanya mendapat bayaran Rp 100-150 m saja. Dalam melantak luluhkan orang Sakai ini dengan alasan aspek pertahanan, pemerintahan formal mengadakan gagasan “hak menguasai” negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas tanah, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Statmen ini digunakan sebagai alat legitimasi formal untuk berbagai wewenang untuk menjarah tanah adat Orang Sakai. Di Minas Kabupaten Siak Sri Indra Pura adalah daerah yang paling kaya minyaknya dengan kualitas minyak yang paling tinggi dan kadar belerangnya paling rendah. Setiap pembelian tanah Sakai tersebut Camat dan kepala Desa meminta bagian 10 dari bagian yang didapat dari Sakai tersebut. tahun 1980- 1985, adalah tahun yang paling banyak pengambilan tanah oleh PT Caltex, setelah tahun 1985 orang Sakai tidak berani menuntut ganti rugi karena ditakuti oleh aparat yang “berseragam loreng”. Jumlah tanah yang diambil meliputi daerah duri hingga Minas meliputi ribuan hektar luasnya untuk keperluan eksplitasi minyak dan gas, serta untuk dilewati oleh pipa gas dan minyak. Universitas Sumatera Utara Taktik Caltex untuk mengambil tanah Sakai, elalu mengirimkan informan melalui RT atau RW dan kemudian dilakukan pengukuran yang dihadiri oleh Camat, Aparat Polisi, dan selanjutnya pihak Caltex membayar kepada orang Sakai Rp 100-150 per meter. Alangkah ironis dan malangnya nasib orang Sakai di atas tanhanya yang berharga ini yang kelak akan menghasilkan uang milyaran dolar yang akan mengalir kepada pihak Texaco dan Chevron. Selanjutnya dibagi-bagi kepada aparat penguasa formal didaerah maupun di Pusat. Ancaman berikutnya timbul kala PT. Caltex membuat pipa penghubung antara Minas, Duri dan Dumai; disertai pembuatan jalan yang menggusur pemukimand an hutan Sakai. Penemuan bahwa Minas ternyata ladang minyak yang luas, menuntut skala pembangunan yang berskala besar. Meskipun minyak Caltex mulai masuk pasar dunia pada tahun 1952. Rab 2002:71-72 menjelaskan musibah perambahan hutan bermula di Paneso yakni daerah yang paling sentral dari Sakai pada tahun 1990-an. Pencari kayu liar pun masuk kekawasan hutan masyarakat Sakai. Mereka menebangi hutan sesuka mereka. Masyarakat Sakai risau. Dimana-mana terdengar suara gergaji mesin, menebangi kayu-kayu dalam hutan. Masyarakat risau dan takut kalau hutan mereka habis, sebab di hutan itulah sumber seluruh mata pencaharian masyarakat. Kedatangan pencari kayu ini berdampak tidak baik bagi masyarakat. pengusiran pun mereka lakukan. Namun entah ada yang mendalangi, pencari kayu itu tetap saja melakukan aktivitasnya. Jadi dalam mengambil hasil hutan, tidak lagi didominasi oleh masyarakat Sakai, tapi telah ada campur tangan pihak luar. Universitas Sumatera Utara Kerja sama dalam pemanfaatan hutan telah terbentuk antara masyarakat Sakai yang diwakili Muhammad Yatim dengan PT. Arara Abadi. Dalam kerja sama itu disepakati PT. Arara Abadi dibolehkan mengeksploitasi hutan, kemudian menanaminya kembali dengan pohon Akasia, sebab pohon ini dibutuhkan oleh perusahaan. Disini terjadi pemindahan bentuk hutan, dari hutan alami menjadi hutan yang dipenuhi pohon Akasia. Di samping mengeksploitasi kayu di hutan itu, mereka kemudian membuat perkebunan untuk masyarakat setempat dengan perjanjian yang telah disepakati yakni masyarakat dibuatkan kebun pohon karet di atas areal seluas 400 Ha. Dari luas lahan itu, masyarakat mendapatkan lahan seluas dua nhektar per keluarga. Masyarakat menyetujui perjanjian itu, sebab semua itu menurut mereka demi meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam perjanjian itu juga disepakati bahwa perusahaan mempunyai hak mengelola hutan selama 40 tahun. Selama itu lah hutan Sakai akan menjadi hutan Akasia. Setelah sehabis 40 tahun, hak lahan kembali menjadi milik masyarakat Sakai. Ini mereka lakukan, untuk mengantisipasi susahnya lahan di kemudian hari, supaya anak cucu mereka mempunyai lahan garapan. Tak terpikirkan bahwa waktu 40 tahun dapat mengubah segalanya, apa lagi ditengah persaingan yang makin tidak sehat. Belum lagi Akasia yang hidup akan menghancurkan humus tanah. Selain itu akibat kerjasama ini pula masyarakat Sakai sudah berhadapan dengan berbagai kendala yakni rasa tidak aman karena ada oknum yang mengganggu proyek kerja sama itu. Universitas Sumatera Utara Rab 2002:75-81 menjelaskan adalah Menteri Kehutanan bernama Hasrul Harahap. Gubernur ketika itu namanya Imam Munandar. Maka jika orang menanya dimana letak izin perkebunan yang akan diberikan. Hasrul Harahap ini ayahnya dulu di Siak maka dia pun merasa bagian dari Sakai dan merasa hutan pemukiman Sakai itu adalah hutan dia. Hasrul Harahap ini pernah tinggal dikisaran dan bertemulah dia dengan Tomi yang punya pabrik karet di Tebing Tinggi. Dan PT nya bernamanya PT Adei. Kongkalingkong sang Menteri Hasrul Harahap dengan Tomi putuslah untuk menggunakan tanah Sakai di atas peta yang telah dibuat oleh Moszkowski ini seluas 24 ribu hektar untuk PT Adei dan diputuskan pula 7 ribu hektar untuk karet dan sisanya 17 ribu hektar untuk sawit. Dalam 17 ribu hektar tadi sudah dibangun 20 ribu hektar tinggallah 4 ribu hektar daerah Alomo alias Benteng terakhir Sakai. PT Adei ini bukan di sini saja, akan tetapi juga ada PT Adei Kota Tengah dan PT Adei Pangkalan Bunut disamping PT adei Muara Basung. Jika PT minta izin di Riau maka rekemendasinya dulu diberikan oleh Gubernur Soeripto dan Kanwil Kehutanan sehingga dapatlah dibayangkan pundi-pundi pun penuh. Akan tetapi dulu izin itu dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal lalu dikeluarkan oleh Badan Pertahanan Nasional sehingga PT adei ini pun mendapat lebih kurang 40 ribu hektar lahan. Setiap pemohon lahan untuk perkebunan dulu kayunya dijual kepad PT RAPP dan PT Indah. Kiat sehingga pundi-pundi harga kayu ini dapat mengalir mengganti uang ke pundi Departemen Super Otonom Kehutanan karena instansi seperti Bappeda dan BKPMD tak ada data yang tersisa berapa untuk HPH, kapan HPH ini mati, bahkan surat Gubernur pun dipalsukan untuk Siak Raya Timber. Melihat pundi-pundi ini banyak pula perusahaan Universitas Sumatera Utara INHUTANI IV yang hanya sebagai calok dari iyuran penebangan hutan artinya alat tidak ada, dikontrkanlah ke Akong sementara pundi-pundi INHUTANI IV dan oknumnya penuh pula bertriliun-triliun dan hutan Riau makin gundul.

2.5 Letak Geografis, Luas Wilayah, Dan Lingkungan Alam

Dokumen yang terkait

Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

4 64 111

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 18

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 0 2

Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 32

Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis,Riau

0 0 15

Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 12

BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Daerah Riau - Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 1 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Dinamika Kehidupan Orang Sakai (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 1 33

DINAMIKA KEHIDUPAN ORANG SAKAI (Studi Etnografi Mengenai Dinamika Kehidupan Orang Sakai di Jembatan II RW 09 Dusun Buluh Manis, Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau)

0 0 17