Pencatatan dan Penilain Piutang a. Pencatatan Piutang

C. Pencatatan dan Penilain Piutang a. Pencatatan Piutang

Pada umumnya, piutang usaha timbul dari transaksi penjualan secara kredit, sehingga pengakuan terhadap piutang senantiasa berkaitan erat dengan pengakuan pendapatan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh K. Fred Skousen, Stice 2001:359 bahwa “pengakuan piutang usaha bertalian dengan pengakuan pendapatan”. Karena pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai dan kas terealisasi atau dapat direalisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umummya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih ke pembeli. Karena saat peralihan hak dapat bervariasi sesuai dengan syarat-syarat penjualan, maka lazimnya piutang diakui pada saat barang dikirim kepada pelanggan. Piutang tidak boleh diakui untuk barang dagang yang telah dikirimkan apabila ada perjanjian bahwa pihak pengirim tetap memegang hak atas barang itu sampai ada tanda terima resmi, atau untuk barang yang dikirimkan atas dasar konsinyasi dimana pengirim barang tetap memegang hak atas barang itu sampai barangnya terjual oleh konsinye consignee. Piutang usaha yang timbul dari transaksi penyerahan jasa kepada pelanggan harus diakui pada saat seluruh kegiatan pengadaan jasa diselesaikan. Piutang yang timbul dari penjulan barang atau jasa secara kredit dicatat dengan cara mendebet rekening Piutang Usaha dan mengkredit rekening Universitas Sumatera Utara PenjualanPendapatan Jasa seperti yang tampak pada ayat jurnal dibawah ini : Piutang Usaha xxx PenjualanPendapatan Jasa xxx untuk mencatat transaksi penjualan secara kerdit Kemudian pada saat piutang itu tertagih atau diterimanya pembayaran kas dari debitur, dibuat ayat jurnal dengan mendebet rekening Kas atau Bank dan mengkredit Piutang Usaha seperti di bawah ini : Kas xxx Piutang Usaha xxx Untuk mencatat penerimaan kas dari debitur Adapun pencatatan penjualan kredit dilakukan dari dokumen-dokumen asli perusahaan atau dari faktur penjualan kredit. Kemudian faktur ini akan dicatat ke dalam buku harian yang selanjutnya diposting ke dalam buku besar dan buku pembantu piutang. Selanjutnya menurut Kieso dan Weygandt 2002 : 387 : ”Dalam banyak transaksi piutang, jumlah yang akan diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak”. Harga pertukaran adalah jumlah yang merupakan hutang dari yang berhutang pelanggan atau peminjam dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, seringkali berupa faktur. Ada beberapa faktor yang memperumit dalam pengukuran harga pertukaran, yaitu : 1. Diskon Dagang Trade Discounts Diskon dagang adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual dari harga jual yang tertera pada daftar harga atau katalog, dalam rangka menentukan Universitas Sumatera Utara harga faktur untuk barang-barang yang dijual. Diskon dagang ini biasanya diberikan dalam kaitannya dengan kuantitas atau volume penjualan, dan hubungan baik antara penjual dengan pembeli atau pelanggan. Diskon dagang merupakan alat atau sarana yang tepat bagi produsen, distributor atau penyalur untuk menentukan harga jual produk atau barang dagangnya. Penggunaan diskon ini memungkinkan perusahaan untuk merevisi harga jual produk atau barang dagangannya secara periodik, tanpa harus mencetak ulang dan mempublikasikan kembali daftar harga atau katalognya, untuk menetapkan harga jual netto yang berbeda kepada masing-masing pelanggan atau kelompok konsumen dan pada berbagai volume atau kuantitas pejualan. Contoh : PT. ABS menjual barang dagangannya kepada PT. ABC seharga Rp. 5.000 per unit dengan diskon 20 karena melakukan pembelian melebihi 1.000 unit yaitu sebanyak 1.500 unit. Maka PT. ABS akan membuat harga faktur perunit adalah sebesar Rp. 4.000 dengan total harga faktur sebesar Rp.6.000.000 Rp. 4.000 x 1.500. Ayat jurnal untuk mencatat piutang dari penjualan barang dagang tersebut adalah : Piutang Usaha Rp. 6.000.000 Diskon Dagang Rp. 1.500.000 Penjualan Rp. 7.500.000 2. Diskon Tunai Cash Discounts Diskon tunai merupakan pengurang dari harga faktur yang ditawarkan kepada pelanggan. Diskon tunai digunakan untuk meningkatkan penjualan, Universitas Sumatera Utara mendorong pelanggan untuk membayar lebih cepat, dan meningkatkan kemungkinan penagihan. Diskon atau potongan tunai ini biasanya dinyatakan dalam bentuk syarat pembayara,misalnya 210, n30. Syarat pembayaran 210, n30 artinya jika si pembeli melakukan pembayaran dalam tempo 10 hari setelah tanggal faktur, maka si pembeli akan mendapat diskon tunai sebesar 2 dari harga faktur. Tetapi jika pembeli tidak melakukan pembayaran dalam tempo 10 hari dari periode potongan tersebut, maka si pembeli harus membayar sebesar harga faktur dalam waktu 30 hari terhitung sejak tanggal faktur. Pada umumnya, para pelanggan senatiasa berusaha untuk dapat memanfaatkan diskon tunai yang ditawarkan oleh penjual karena menguntungkan bagi pelanggan. Untuk mencatat pengaruh diskon tunai terhadap piutang dan pendapatan atau hasil penjualan terdapat dua metode akuntansi yang dapat digunakan, yaitu : a. Metode Bruto Dalam metode bruto, piutang dagang dan hasil penjualan dicatat sebesar harga faktur bruto sebelum dikurangi diskon tunai yang ditawarkan kepada pembeli. Diskon atau potongan tunai hanya diakui apabila pelanggan melakukan pembayaran dalam periode diskon. Contoh : PT. Nusantara menjual barang dagangannya kepada PT. Abadi dengan harga faktur Rp 20.000.000 dengan syarat pembayaran 210, n30. PT. Abadi melakukan pembayaran dalam waktu 10 hari dengan harga setelah dipotong diskon sebesar Universitas Sumatera Utara Rp 19.600.000. dalam hal ini berarti Rp. 19.600.000 adalah harga tunai dari barang yang dibeli. Ayat jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut : Piutang Dagang Rp 20.000.000 Penjualan Rp 20.000.000 Untuk mencatat transaksi penjualan secara kredit Kas Rp 19.600.000 Diskon Penjualan Rp 400.000 Piutang Dagang Rp 20.000.000 Untuk mencatat pembayaran yang diterima dalam periode diskon Jika PT. Abadi melakukan pembayaran lewat dari peeriode diskon, maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut : Kas Rp 20.000.000 Piutang dagang Rp 20.000.000 b. Metode Neto Pada metode neto, piutang dagang dan hasil penjualan dicatat atau diakui dalam jumlah yang sama dengan harga tunai dari barang yang terjual. Dengan kata lain, metode neto menunjukkan piutang dagang dalam jumlah yang sama dengan nilai realisasi netonya, dan hasil penjualan dalam jumlah yang sama dengan pendapatan yang memang diperoleh pada saat itu. Berdasarkan data dari contoh sebelumnya pada metode bruto, maka ayat jurnal yang diperlukan jika menggunakan metode neto adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Piutang dagang Rp 19.600.000 Penjualan Rp 19.600.000 Untuk mencatat transaksi penjualan secara kredit Kas Rp 19.600.000 Piutang dagang Rp 19.600.000 Untuk mencatat pembayaran yang diterima dalam periode diskon Kas Rp 20.000.000 Piutang Dagang Rp 19.600.000 Diskon penjualan yang tidak diambil Rp 400.000 Untuk mencatat pembayaran yang diterima setelah periode diskon 3. Retur Penjualan dan Pengurangan Harga Sales Return and Allowances Dalam kegiatan usaha normal perusahaan yaitu penjualan barang, ada kemungkinan bahwa barang yang dijual akan dikembalikan oleh pelanggan karena adanya faktor-faktor seperti kerusakan barang selama pengiriman, barang yang busuk, atau barang yang tidak sempurna, kesalahan pengiriman barang baik dalam jumlah maupun tipenya. Pengembalian barang dagangan ini dinamakan dengan retur penjualan. Sedangkan penyisihan penjualan adalah pengurangan harga yang dilakukan untuk mendorong pelanggan tetap membeli barang walaupun tidak sesuai dengan kemauannya atau sedikit cacat. Adapun retur dan penyisihan penjualan mengurangi baik piutang dagang maupun penjualan bersih. Contoh : PT. Bahari menjual barang dagangannya kepada PT. Raksana seharga Rp 5.000.000 dengan harga pokok Rp 1.000.000. kemudian PT. Raksana Universitas Sumatera Utara mengembalikan setengah dari jumlah barang tersebut yatu sebesar Rp 2.500.000. maka pengembalian barang tersebut dicatat sebagai berikut : Retur penjualan dan pengurangan harga Rp 2.500.000 Piutang Dagang Rp 2.500.000 Persediaan Barang dagang Rp. 500.000 Harga Pokok Penjualan Rp. 500.000

b. Penilaian Piutang

Penentuan jumlah piutang yang akan dilaporkan di neraca sebagai aktiva adalah penting karena sejumlah piutang kadangkala tidak dapat ditagih atau dilunasi oleh pelanggan. Dalam rangka memastikan bahwa piutang tidak dinilai terlalu tinggi overstated pada neraca, piutang tersebut disajikan pada nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih net realizable value adalah jumlah bersih dari piutang dagang yang diharapkan akan diterima dalam bentuk kas. Nilai realisasi bersih mengeluarkan jumlah yang diperkirakan oleh perusahaan tidak akan tertagih. Dalam kegiatan oprasional perusahaan, beberapa piutang akan tidak dapat ditagih atau tidak dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan karena beberapa pelanggan tidak sanggup membayar atau tidak akan melunasi hutang mereka. Tidak ada suatu ketentuan umum yang dapat digunakan untuk menentukan kapan suatu piutang menjadi tidak tertagih. Bangkrutnya debitor adalah salah satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang. Indikasi lainnya adalah penutupan bisnis debitur dan gagalnya upaya penagihan yang sudah dilakukan berulang-ulang. Beban operasi yang muncul Universitas Sumatera Utara karena tidak tertagihnya piutang dinamakan beban piutang tak tertagih uncollectible accounts expense, beban piutang macet bad debt expense, atau beban piutang tak tertagih doubtful accounts expense. Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih yaitu : 1. Metode penyisihan Allowance Method Metode penyisihan membuat suatu estimasi yang menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi tersebut dimasukkan sebagai beban dan pengurang tak langsung dalam piutang dagang melalui suatu kenaikan dalam perkiraan penyisihan dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Beban piutang tak tertagih harus dicatat dalam periode yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan pencocokan yang tepat atas beban dan pendapatan dan untuk mendapatkan nilai pencatatan yang tepat untuk piutang dagang. Walaupun melibatkan estimasi, persentase dari piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar sekarang, dan analisa atas saldo yang beredar. Dalam menggunakan metode penyisihan, jumlah piutang yang diestimasikan tidak akan tertagih dicatat dengan mendebit Beban Piutang Tak Tertagih dan mengkredit Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Ayat jurnal yang dibuat sebagai penyesuaian pada akhir periode adalah seperti di bawah ini : Beban Piutang Tak Tertagih xxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx Universitas Sumatera Utara Untuk memcatat estimasi piutang yang tak tertagih pada periode yang bersangkutan Selanjutnya beban tersebut akan dilaporkan sebagai beban penjualan atau beban umum dan administrasi, dan perkiraan penyisihan akan ditunjukkan sebagai pengurang atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan pada jumlah bersih yang dapat direalisasikan. Apabila tersedia bukti positif mengenai ketidaktertagihan sebagian atau seluruh piutang, maka piutang tersebut dihapus dengan mendebit perkiraan Penyisihan Piutang Tak Tertagih dan mengkredit Piutang Usaha. Ayat jurnal untuk menghapus piutang adalah : Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx Piutang Usaha xxx Adakalanya piutang yang telah dihapuskan sebagai piutang tak tertagih secara tak terduga ternyata dapat ditagih kembali dan diterima pembayarannya. Disini diperlukan ayat jurnal untuk membalikkan ayat semula dan mencatat jumlah yang tertagih tersebut. Ayat jurnal untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan adalah sebagai berikut : Piutang Usaha xxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx untuk mencatat pelunasan piutang kurang dari satu tahun Piutang Usaha xxx Laba ditahan xxx untuk mencatat pelunasan piutang lebih dari satu tahun Universitas Sumatera Utara Jurnal untuk mencatat hasil penagihan piutang adalah : Kas Bank xxx Piutang Usaha xxx Untuk menentukan estimasi piutang tak tertagih dengan menggunakan metode penyisihan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a. Estimasi piutang tak tertagih berdasarkan persentase penjualan. Estimasi untuk piutang tak tertagih dapat didasarkan pada penjualan untuk periode yang bersangkutan atau jumlah piutang yang beredar pada akhir periode. Apabila penjualan digunakan sebagai dasar, maka persentasenya dihitung berdasarkan piutang tak tertagih pada masa lalu yang dikaitkan dengan jumlah penjualan bersangkutan. Penjualan yang dimaksud adalah penjualan kredit saja, karena penjualan kredit yang menimbulkan piutang dan sekaligus membawa resiko tidak tertagihnya piutang. Olah karena itu, jumlah penjualan kredit selama suatu periode dapat digunakan untuk mengestimasi persentase piutang tak tertagih. Persentase ini dapat diubah dengan memperhatikan situasi pada masa berjalan. Contoh : PT. Maju Terus berdasarkan pengalaman yang lalu mengestimasikan bahwa 5 dari penjualan kredit tidak akan tertagih. Jika penjualan kredit selama periode tersebut berjumlah Rp. 100.000.000, maka ayat jurnal penyusaian untuk mencatat beban piutang tak tertagih pada akhir periode adalah : Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 5.000.000 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 5.000.000 Universitas Sumatera Utara b. Estimasi piutang tak tertagih berdasarkan saldo piutang usaha. Selain menggunakan persentase penjualan untuk mengestimasi piutang tak tertagih, perusahaan dapat mendasarkan estimasi mereka pada persentase total piutang yang beredar. Metode ini menekankan hubungan antara saldo Piutang Usaha dan Penyisihan untuk Piutang tak tertagih. Contoh : Pada akhir tahun buku diketahui total piutang usaha sebesar Rp. 50.000.000 dan diestimasikan bahwa 3 dari piutang itu tidak akan tertagih, maka perkiraan penyisihan akan mempunyai saldo sebesar Rp. 1.500.000 3 x Rp. 50.000.000. Jika Perkiraan penyisihan telah mempunyai saldo kredit sebesar Rp. 500.000, maka yang menjadi biaya sebesar Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000 – Rp. 5.00.000. Jurnal penyesuaian untuk periode berjalan adalah : Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 1.000.000 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 1.000.000 Selain itu, metode yang paling lazim digunakan untuk menetapkan penyisihan berdasarkan piutang usaha yang beredar adalah melalui penetapan umur piutang aging the receivables. Titik awal dalam menentukan umur piutang adalah tanggal jatuh tempo piutang tersebut. Skedul umur piutang terdiri dari kolom-kolom yang memperlihatkan jumlah piutang dalam masing-masing kelompok umur. Masing-masing piutang dianalisis untuk menetapkan piutang mana yang belum dan mana yang sudah jatuh tempo. Piutang yang sudah jatuh tempo diklasifikasikan Universitas Sumatera Utara menurut berapa lama piutang tersebut telah jatuh tempo. Saldo-saldo yang telah jatuh tempo dapat dievaluasi secara tersendiri untuk mengestimasikan ketertagihan setiap pos sebagai dasar untuk mengembangkan estimasi secara keseluruhan. Contoh : WILSON CO Skedul Umur Piutang Nama Pelanggan Saldo 31 Des Dibawah 60 hari 61 – 90 hari 91 – 120 hari Diatas 120 hari Western Stainless Stell Corp. Brockway Steel Company Freeport Sheet Tube Co. Allegheny Iron Work 98,000 320,000 55,000 74,000 80,000 320,000 60,000 18,000 14,000 55,000 Total 547,000 460,000 18,000 14,000 55,000 Ikhtisar Umur Jumlah Persentase Estimasi Tak Tertagih Saldo yang Diperlukan dalam Penyisihan Dibawah 60 hari 460,000 4 18,400 61-90 hari 18,000 15 2,700 91-120 har 14,000 20 2,800 Di atas 120 hari 55,000 25 13,750 37,650 Sumber : Kieso dan Weygandt, Akuntansi Intermediate, Binarupa Aksara,Jakarta, 1995 Universitas Sumatera Utara Jumlah sebesar 37, 650 akan menjadi beban piutang tak tertagih yang harus dilaporkan untuk tahun berjalan dengan mengasumsikan bahwa tidak ada saldo dalam akun penyisihan. Jika diasumsikan akun penyisihan memiliki saldo kredit sebesar 800 sebelum penyisihan, maka jumlah yang harus ditambahkan ke dalam akun penyisihan adalah : Yang diperlukan dalam penyisihan 37,650 K Penyisihan piutang tak tertagih 800 K Beban piutang tak tertagih 36,850 K Ayat jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut : Beban Penyisihan Tak Tertagih 36,850 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 36,850 Apabila akun penyisihan memiliki saldo debit sebesar 200 sebelum penyesuaian, maka jumlah yang harus ditambahkan ke dalam akun penyisihan adalah : Yang diperlukan dalam penyisihan 37,650 K Penyisihan piutang tak tertagih 200 D Beban piutang tak tertagih tahun ini 37,850 K Ayat jurnal adalah sebagai berikut : Beban Piutang Tak Tertagih 37,850 Penyisihan Piutang Tak tertagih 37,850 Universitas Sumatera Utara 2. Metode Penghapusan Langsung Direct Write-Off Method Berdasarkan metode ini, kerugian piutang tak tertagih tidak diestimasi. Beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi. Oleh karena itu, akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir periode. Metode penghapusan langsung secara teoritis mempunyai kekurangan karena biasanya tidak membandingkan biaya dengan pendapatan periode yang bersangkutan, ataupun menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai yang dapat direalisasikan di neraca. “Karenanya, pemakaian metode penghapusan langsung tidak dipandang tepat, kecuali kalau jumlah piutang tak tertagih tidak material” Kieso dan Weygandt, 2002 : 391. Dalam metode penghapusan langsung, pada saat piutang usaha dianggap tidak tertagih, maka kerugian dibebankan kepada Beban Piutang Tak Tertagih. Sebagai contoh, PT. Sahaja pada tanggal 4 April 2002 memutuskan untuk menghapus piutang usaha yang tak tertagih atas nama CV. Bintang sebesar Rp. 15.000.000. Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat penghapusan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut : Apabila piutang yang telah dihapukan ternyata dapat ditagih kembali pada periode yang sama, maka piutang harus ditimbulkan kembali dengan membalik 4 April 2002 : Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 15.000.000 Piutang Usaha `Rp. 15.000.000 Untuk menghapus piutang tak tertagih Universitas Sumatera Utara ayat jurnal penghapusan sebelumnya. Dengan menggunakan contoh sebelumnya, asumsikan bahwa piutang usaha yang sudah dihapuskan pada tanggal 4 April diatas ternyata dapat ditagih pada tanggal 10 Agustus di tahun yang sama. Ayat jurnal untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan adalah sebagai berikut : 10 Agustus 2002 : Piutang Usaha Rp. 15.000.000 Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 15.000.000 Untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan sebelumnya

D. Pengawasan Piutang