digunakan oleh peneliti juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan perusahaan pertambangan batubara yang
terdaftar di BEI dan tahun penelitian menggunakan periode terbaru yaitu 2011- 2013.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu research gap serta perbedaan realita dan teori fenomena gap, maka perlu diadakan penelitian
mengenai hubungan antara Ukuran Perusahaan firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan dividen sebagai
moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas terlihat bahwa terdapat reseach gap dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan. Terjadi ketidak konsistenan hasil
mengenai hubungan antara firm size, earning per share dan book to market ratio dan return saham dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel. Dari
uraian latar belakang juga terlihat bahwa adanya fenomena gap tentang masih sedikitnya perusahaan yang memperhatikan nilai pemegang sahamnya melalui
nilai perusahaan yang tercermin dalam Firm Size, EPS, dan Book to market Ratio. Berdasarkan masalah penelitian tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
research gap sebagai berikut : 1. Apakah Firm Size, Earning Per Share dan Book To Market Ratio
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Return saham ?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah Kebijakan Dividen mempengaruhi Firm Size, Earning per Share dan Book To Market Ratio terhadap Return saham ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sebagaimana uraian dari rumusan masalah yang telah dikemukaan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Menguji dan menganalisis hubungan antara ukuran perusahaan firm size, earning per share dan book to market ratio secara
parsial maupun simultan terhadap return saham pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI tahun 2011-2013. 2. Menguji dan menganalisis hubungan antara firm size, earning per
share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel pada perusahaan
pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2011-2013.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi investor Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
menerapkan strategi di pasar modal khususnya saham. 2. Bagi emiten
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dalam pasar modal untuk memaksimalkan capitalization market dan kebijakan harga saham.
3. Bagi akademisi Hasil penelitian ini dapat menambah temuan dalam penelitian
serupa yang nantinya dapat dikaji ulang sehingga tercapainya kesempurnaan baik teori dan hasil penelitian sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
i
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi
Pengertian investasi di dalam akuntansi meliputi semua penanaman dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak
ada hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. Berdasarkan tujuan investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Investasi jangka pendek 2. Investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek tujuannya untuk menghindari terjadinya kas yang menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk :
1. Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin bahan atau pasar yang diperlukan.
2. Untuk memperoleh bagian laba dividen. 3. Untuk mendapatkan capital gain.
4. Untuk membentuk dana tertentu. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang investasi
diantaranya adalah : 1. Pengertian investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK
2008:138 adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan accreation of wealth melalui distribusi hasil investasi
Universitas Sumatera Utara
seperti: bunga, royalti, deviden dan uang sewa, untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang
berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.
2. Menurut Lubis dan Putra 2012:55Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
3. Menurut Husnan 1996:123 menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya,
baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.”
2.1.2 Return Saham
Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, Ang
1997:78.motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return kembalian investasi sesuai dengan harapan pada tingkat
risiko tertentu. Return kembalian adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Investor tentunya tidak
akan melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang. Return merupakan tingkat keuntungan
dari suatu investasi Jogiyanto, 2003:97. Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengukuran return, salah satunya adalah return total. Return
total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode
Universitas Sumatera Utara
yang tertentu. Sumber-sumber dari return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu :
1. Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.
2. Capital gain loss merupakan kenaikan penurunan harga dari suatu surat berharga bisa saham maupun surat hutang jangka panjang, yang bisa
memberikan keuntungan kerugian para investor. Dengan kata lain capital gain loss adalah selisih harga beli dan harga jual.
Menurut Jogiyanto 2003:105 menjelaskan return saham dinyatakan sebagai berikut ini. :
Return Saham =
��–��−1 ��−1
x 100
Keterangan : Pt
= Harga saham pada periode sekarang tahun t Pt-1
= Harga saham pada periode sebelumnya tahun t-1
Menurut Jogiyanto 2003: 109, return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi realized return dan return ekspektasi expected
return. 1. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa
mendatang.
Universitas Sumatera Utara
2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor
dihadapkan pada ketidakpastian uncertainty antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return
yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan
positif dengan risiko. Menurut Ang 1997:58, menyatakan bahwa tanpa adanya
keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap
investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
2.1.3 Ukuran Perusahaan firm size
Ukuran Perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset merupakan salah satu ukuran
umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset
perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini. Menurut Ganerse dan Suarjaya 2012:56 yaitu “Besar kecilnya
perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aktiva”. Menurut Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, menjelaskan
bahwa
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan sebanyak Rp 1.000.000.000.000,- satu milyar rupiah digolongkan ke dalam
kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan
diatas Rp 1.000.000.000.000,-
satu milyar rupiah dapat dikelompokkan kedalam industri menengah dan besar.
Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM
No.11PM1997, yang menyatakan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan total assets tidak lebih
dari 100 milyar rupiah”. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki
perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah, maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam
logaritma natural. Menurut Trisnadewi 2012 : 58 ukuran perusahaan juga dapat di hitung dengan :
Firm Size = log
� total asset x 100
Perusahaan yang ukurannya lebih besar cenderung menghasilkan laba yang lebih besar sehingga return yang diharapkan lebih tinggi
dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan demikian ukuran perusahaan yang besar mencerminkan prospek baik perusahaan dan menarik
minat investor untuk berinvestasi. Apabila ukuran perusahaan semakin besar maka return yang diharapkan investor akan semakin besar. Penelitian yang
dilakukan oleh Ganerse dan Suarjaya 2012:1 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Earning Per Share
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share
EPS. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan Lestari, 2012:78.
Earning Per Share EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka Earning Per
Share EPS paling sering digunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum
go public. Perhitungan Earning Per Share EPS mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan,
menentukan harga saham pasar dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Earning Per Share EPS merupakan suatu ukuran dimana
baik manajemen maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Ukuran ini digunakan secara luas dan sering merupakan dasar untuk
menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan. Menurut Darmadji dan Fachruddin 2006:139 Earning Per Share
EPS adalah “Rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan return yang diperoleh investor atau pemegang saham persaham. Semakin tinggi
nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.
Universitas Sumatera Utara
“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham,
sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah
keuntungan setelah dipotong pajak” Kasmir 2008:207.
Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang
beredar. Rumus yang digunakan untuk mengukur Earning Per Share EPS
menurut Lubis dan Putra 2012:175 adalah sebagai berikut: Earning Per Share =
Laba bersih setelah pajak
jumlah saham yang beredar
x 100
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan return, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan dividen sehingga return yang diharapkan juga kecil. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki EPS yang tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS yang rendah. Apabila EPS besar maka perusahaan berhasil memuaskan pemegang
saham melalui return sahamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast, dan Shirsavar 2013:1
mengatakan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap stock return.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Book To Market Ratio
Book to Market Ratio merupakan cerminan apresiasi atau penilaian investor terhadap nilai buku sebuah perusahaan melalui harga saham. Book
to market ratio yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan. Book to market ratio adalah perbandingan
antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan
tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan
jumlah lembar saham yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban, sedangkan harga pasar adalah
harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Semakin tinggi book to market ratio, maka semakin baik pula penilaian investor terhadap nilai buku
perusahaan. Dengan demikian, book to market ratio menurut Arlian 2009 : 31
dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini:
���� �� ������ ����� =
���� ���� � �������� ������ ����� �� ������
x 100
Margaretha dan Damayanti 2008 menjelaskan nilai buku terdiri dari : 1. Dana perusahaan yang diperoleh dari penerbitan semua saham
dikurangi dengan saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Jumlah pendapatan perusahaan dikurangi dividen karena ini sudah dipisahkan.
Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor
menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain Drew 2003:68 :
1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak
mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price.
2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang
berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue.
Menurut Pontiff dan Schall 1998:142, dalam penelitiannya market to
book ratio mampu memperkirakan pengaruh antara nilai buku dengan stock return, serta menentukan apakah investor akan mendapatkan capital gain
keuntungan atau capital loss kerugian atas investasi saham yang telah dipilihnya. Apabila book to market ratio memiliki rasio yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut masih undervalue, suatu kondisi dimana perusahaan tersebut kurang bagus sehingga kurang mampu
memberikan return bagi para investor yang telah menanamkan modalnya. Demikian pula apabila rasio book to market ratio rendah mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut overvalue sehingga mampu memberikan return bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kebijakan Dividen
Menurut Sartono 2001: 281 “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan
internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Ada beberapa teori kebijakan dividen yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga
dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu, teori-teori tersebut adalah sebagai berikut Lubis
dan Putra, 2012:235 : 1.
The dividend irrelevancce theory Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak relevan,
karena tidak ada pengaruh dividen terhadap harga saham maupun cost of capital. Nilai perusahaan ditentukan oleh basic earning power dan
business risk perusahaan. Miller dan Modigliani 1961:235 mengatakan bahwa nilai perusahaan tergantung hanya pada income
yang diperoleh dari assets yang dimilikinya dan bukan bagaimana income tersebut dibagi didistribusikan yaitu antara dividend dan
retained earning. Jadi menurut Miller dan Modgliani, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham.
2. The bird in the hand theory Menurut Keown 2000:611 kepercayaan bahwa pendapatan
dividen mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor daripada
Universitas Sumatera Utara
pendapatan modal. Sedangkan menurut Litner 1962:236 mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau
keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan
penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada
seribu burung di udara. Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory.
3. The tax preference theory
Apabila dividen dikenakan pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen
tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Lubis dan Putra 2012:158 faktor yang mempengaruhi dalam menetukan kebijakan dividen, antara lain:
1. Perjanjian hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.
2. Pembatasan dari saham preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3. Tersedianya kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.
4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan control terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibat dividen yang
dibayarkan kecil. 5. Kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang berkembang selalu
membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.
6. Fluktuasi laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relative besar tanpa takut harus menurunkan
dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga.
Dividend Payout Ratio DPR merupakan rasio antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan
kebijakan dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. menurut Lubis dan Putra 2012:187
Devidend Payout Ratio dapat dirumuskan dengan :
Universitas Sumatera Utara
DPR
=
��� ���
x 100 Dimana :
DPR = Dividend Payout Ratio DPS = Dividend Per Share
EPS = Earning Per Share
kebijakan Menurut Sartono 2001:292, faktor-faktor yang mempengaruhi dividen ada lima, yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan. Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.
2. Likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan
memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula. 4. Keadaan pemegang saham
Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5. Stabilitas dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi.
Menurut Twaijry 2008:36 faktor penentu paling penting dalam strategi dividen adalah:
1. Pola dividen masa lalu. 2. Stabilitas pendapatan.
3. Laba saat ini dan masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Adapun pengaruh dari kebijaksanaan dividen, yaitu :
1. Pemegang saham lebih tertarik terhadap current dibandingkan future income
2. Akan menahan dividen yang beresiko tinggi dibandingkan capital gains 3. Adanya keuntungan dari pajak terhadap capital gain
4. Informasi mengenai dividend A signaling Kebijakan dividen termasuk bagian inti suatu keputusan
pembelanjaan perusahaan yang dikarenakan dari likuiditas perusahaan itu sendiri Lubis dan Putra, 2012:235. Sehingga semakin baik kebijakan
deviden yang dibuat oleh perusahaan dalam membagikan deviden kepada pemegang sahamnya, maka return yang diharapkan oleh para investor juga
dianggap semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Damayanti 2008:1 menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap stock return.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast dan Shirsavar 2013:2 dalam penelitian berjudul “The Effects of Performance Evaluation
Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran Stock Exchange” menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh secara positif terhadap return
saham.
Acheampong, Agalega, Shibu 2014:1 dalam penelitian berjudul “Effect of Financial Leverage and Market Size on Stock Returns on the Ghana Stock Exchange :
Universitas Sumatera Utara
Evidence from Selected Stocks in the Manufacturing Sector” menunjukkan bahwa Stock Return berpengaruh positif terhadap market size di Ghana Stock Exchange.
Dwi Martani, Mulyono, Rahfiani Khairurizka 2009:1 dalam penelitian berjudul “The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the
interim report to the stock return” menunjukkan bahwa firm size berpengaruh terhadap return saham.
Margaretha dan Damayanti 2008:2 menguji Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan Book to Market Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek
Indonesia. Hasilnya adalah book to market ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham
Ganerse dan Suarjaya 2012:3 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Retun
Saham Perusahaan FB food and beverages” menunjukkan bahwa ukuran perusahaan firm size berpengaruh positif terhadap return saham
Sinaga 2013:2 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Moderating Variabel Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa kebijakan deviden tidak mampu secara signifikan
memoderasi hubungan rasio keuangan current ratio, debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow dengan return saham.
Ikhtisar dari tinjauan penelitian terdahulu di atas tercantum pada Tabel 2.1 bermanfaat bagi peneliti untuk membangun kerangka konseptual dan hipotesis
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
NO Penulis danTahun
Judul Penelitian Analisis Penelitian
dan Variabel Hasil Penelitian
1 Milad
Emamgholipour, Abbasali
Pouraghajan, Naser Ail
Yadollahzadeh Tabari,
Milad Haghparast,
Ali Akbar Alizadeh
Shirsavar 2013
The Effects of Performance
Evaluation Market Ratios
on the Stock Return:
Evidence from the Tehran
Stock Exchange”
Variabel Independen:
Earning Per Share EPS, Price to
Earnings Ratio PE, Ratio of
Market Value to Book Value MB
Variable Dependen:
Stock Return Metode yang
digunakan adalah regresi linier
berganda
Stock Return berpengaruh
positif terhadap Earning Per
Share EPS dan memiliki
pengaruh negatif terhadap Price to
Earning Ratio PE dan Ratio
of Market Value to Book Value
MB di Tehran Stock Exchange
2.
Prince Acheampong,
Evans Agalega, Albert Kwabena
Shibu 2014
“Effect of Financial Leverage and
Market Size on Stock Returns on
the Ghana Stock Exchange :
Evidence from Selected Stocks in
the Manufacturing Sector”
Variabel Independen:
Financial leverage, market size
Variable Dependen:
Stock Return Metode yang
digunakan adalah regresi linier berganda
Stock Return berpengaruh
negatif signifikan terhadap financial
leverage dan memiliki pengaruh
positif terhadap size pada
perusahaan manufaktur di
Ghana Stock Exchange
3.
Dwi Martani, Mulyono,
Rahfiani Khairurizka
2009 “The effect of
financial ratios, firm size, and cash
flow from operating activities in the
interim report to the stock return”
Variabel Independen:
profitability, liquidity, leverage, market ratio,
firm size, and cash flow from operating
activities
Variable Dependen: Stock Return
Profitabilitas, market ratio dan
firm size berpengaruh
terhadap return saham
Universitas Sumatera Utara
NO
Penulis dan Tahun
Judul Penelitian
Analisis Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
4. Farah Margaretha
dan Irma Damayanti
2008 “Pengaruh Price
Earnings Ratio, Dividend Yield
dan Book to Market Ratio
terhadap Stock Return di Bursa
Efek Indonesia” Variabel
Independen :
Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan
Book to Market Ratio
Variabel dependen
Stock Return Metode yang
digunakan adalah analisis regresi
berganda
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa Price
Earnings Ratio, Dividend Yield
dan Book to Market Ratio
memiliki pengaruh
signifikan terhadap Stock
Return
5. I Made Brian
Ganerse, Anak Agung
Gede Suarjaya
2012 “ Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas dan
Ukuran Perusahaan
terhadap Retun Saham
Perusahaan FB food and
beverages” Variabel
independen : Profitabilitas,
likuiditas, ukuran perusahaan
Variabel dependen
Return Saham Metode yang
digunakan adalah analisis regresi
berganda Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan
bahwa Profitabilitas
berpengaruh positif terhadap
Return Saham, Likuiditas
berpengaruh negatif terhadap
Return Saham, dan Ukuran
berpengaruh positif terhadap
Return Saham
6. Annisa Nauli
Sinaga 2013 “Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Return
Saham Dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Moderating
Variabel Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia” Variabel
Independen : current ratio, debt to
equity ratio, return on assets, size, cash
flow to debt, cash flow
Variabel Dependen
Return saham Hipotesis
pertama menunjukksn
bahwa current ratio, debt to
equity ratio, return on asset,
size, cash flow to debt dan cash
flow berpengaruh
terhadap return
Universitas Sumatera Utara
NO
Penulis dan Tahun
Judul Penelitian
Analisis Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian VariabeModerating
Kebijakan deviden Metode yang
digunakan adalah analisis regresi
berganda saham melalui uji
faktor. Variabel current ratio,
debt to equity ratio, return on
asset, size, cash flow to debt dan
cash flow berpengaruh
secara simultan terhadap return
saham sedangkan
secara parsial hanya variabel
current ratio berpengaruh
terhadap return saham. Pada
hasil penelitian untuk hipotesis
kedua, kebijakan dividen tidak
mampu secara signifikan
memoderasi hubungan rasio
keuangan current ratio,
debt to equity ratio, return on
asset, size, cash flow to debt dan
cash flow dengan return
saham.
Universitas Sumatera Utara
Return Saham Y
2.3 Kerangka Konseptual