2.1.6 Kebijakan Dividen
Menurut Sartono 2001: 281 “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan
internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Ada beberapa teori kebijakan dividen yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga
dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu, teori-teori tersebut adalah sebagai berikut Lubis
dan Putra, 2012:235 : 1.
The dividend irrelevancce theory Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak relevan,
karena tidak ada pengaruh dividen terhadap harga saham maupun cost of capital. Nilai perusahaan ditentukan oleh basic earning power dan
business risk perusahaan. Miller dan Modigliani 1961:235 mengatakan bahwa nilai perusahaan tergantung hanya pada income
yang diperoleh dari assets yang dimilikinya dan bukan bagaimana income tersebut dibagi didistribusikan yaitu antara dividend dan
retained earning. Jadi menurut Miller dan Modgliani, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham.
2. The bird in the hand theory Menurut Keown 2000:611 kepercayaan bahwa pendapatan
dividen mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor daripada
Universitas Sumatera Utara
pendapatan modal. Sedangkan menurut Litner 1962:236 mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau
keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan
penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada
seribu burung di udara. Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory.
3. The tax preference theory
Apabila dividen dikenakan pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen
tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Lubis dan Putra 2012:158 faktor yang mempengaruhi dalam menetukan kebijakan dividen, antara lain:
1. Perjanjian hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.
2. Pembatasan dari saham preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3. Tersedianya kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.
4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan control terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibat dividen yang
dibayarkan kecil. 5. Kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang berkembang selalu
membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.
6. Fluktuasi laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relative besar tanpa takut harus menurunkan
dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga.
Dividend Payout Ratio DPR merupakan rasio antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan
kebijakan dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. menurut Lubis dan Putra 2012:187
Devidend Payout Ratio dapat dirumuskan dengan :
Universitas Sumatera Utara
DPR
=
��� ���
x 100 Dimana :
DPR = Dividend Payout Ratio DPS = Dividend Per Share
EPS = Earning Per Share
kebijakan Menurut Sartono 2001:292, faktor-faktor yang mempengaruhi dividen ada lima, yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan. Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.
2. Likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan
memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula. 4. Keadaan pemegang saham
Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5. Stabilitas dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi.
Menurut Twaijry 2008:36 faktor penentu paling penting dalam strategi dividen adalah:
1. Pola dividen masa lalu. 2. Stabilitas pendapatan.
3. Laba saat ini dan masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Adapun pengaruh dari kebijaksanaan dividen, yaitu :
1. Pemegang saham lebih tertarik terhadap current dibandingkan future income
2. Akan menahan dividen yang beresiko tinggi dibandingkan capital gains 3. Adanya keuntungan dari pajak terhadap capital gain
4. Informasi mengenai dividend A signaling Kebijakan dividen termasuk bagian inti suatu keputusan
pembelanjaan perusahaan yang dikarenakan dari likuiditas perusahaan itu sendiri Lubis dan Putra, 2012:235. Sehingga semakin baik kebijakan
deviden yang dibuat oleh perusahaan dalam membagikan deviden kepada pemegang sahamnya, maka return yang diharapkan oleh para investor juga
dianggap semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Damayanti 2008:1 menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap stock return.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu