Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH FIRM SIZE, EARNING PER SHARE DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KEBIJAKAN

DEVIDEN SEBAGAI MODERATING VARIABEL PADA

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

REVINA OCHA LESTARI 110503150

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 23 Maret 2015 Yang membuat pernyataan

Revina Ocha Lestari NIM : 110503150


(3)

ABSTRAK

PENGARUH FIRM SIZE, EARNING PER SHARE DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KEBIJAKAN DEVIDEN

SEBAGAI MODERATING VARIABEL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap return saham. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari firm size, earning per share dan book to market ratio sebagai variabel independen, return saham sebagai variabel dependen dan kebijakan deviden sebagai variabel moderating dengan total sampel per tahun sebanyak 19 perusahaan.

.

Hasil penelitian ini adalah variabel independen yang berpengaruh terhadap return saham yaitu earning per share secara parsial dan terdapat dua variabel independen yang tidak memiliki pengaruh terhadap return saham yaitu variabel firm size dan book to market ratio. Lalu hasil penelitian secara simultan tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap return saham pada ketiga variabel independen nya yaitu firm size, earning per share dan book to market ratio. Dan kebijakan deviden sebagai moderating variabel tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham.

Kata Kunci : firm size, earning per share, book to market ratio, return saham dan kebijakan deviden .


(4)

ABSTRACT

THE EFFECT OF FIRM SIZE, EARNING PER SHARE AND BOOK TO MARKET RATIO ON STOCK RETURN WITH DIVIDEND POLICY AS

MODERATING VARIABLE AT THE COAL MINING COMPANIES THAT LISTED IN

INDONESIAN STOCK EXCHANGE.

The purpose of this research is to know the effect of firm size, earning per share and book-to-market ratio on stock return with dividend policy as moderating variable at the coal mining companies that listed in Indonesian Stock Exchange period 2011 up to 2013. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the stock return. Data that used in this research is annual report from each company, publized through website www.idx.co.id

Analysis method that used in this research is quantitative method with multiple regression. Variables that used in this research are This result show that stock return which is proxied by firm size, earning per share and book-to-market ratio as independent variable, stock return as dependent variable and dividend policy as moderating variable consist of the 19 firms.

.

This research concludes that independent variable has influence toward stock return is earning per share in parcial and two independent variables haven’t influence toward stock return are firm size and book-to-market ratio. and in simultaneous the result is haven’t significantly influence to stock return on its three independent variables that firm size, earning per share and book-to-market ratio. And dividend policy as a moderating variable is not able to significantly moderate the effect of firm size, earning per share and book-to-market toward stock return.

Keywords: firm size, earning per share and book-to-market, stock returns and dividend policy


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh firm size, earning per share dan book to marketterhadap return saham pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi, Syaiful dan Nur Aprisah yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta semangat yang tulus hingga saat ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, Mec.Ac,Ak,CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, selaku Ketua Departemen dan bapak Drs.Hotmal Ja’far, M.M., Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S-1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Ibu Yeti Meliany Lubis, SE, Msi, Ak. selaku Penasehat Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.


(6)

4. Ibu Dra. Naleni Indra, M.M., Ak. yang juga selaku Dosen Pembimbing saya, Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak. selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Idhar Yahya, Mba, Ak. selaku Dosen Pembanding saya yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Yang sangat saya kasihi adik-adik saya Kori Bahana, Gilang Kurnia, Melati Mahardika Lestari dan Bunga Indah Lestari yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini. Teman-teman angkatan 2011 teristimewa Antassa, Fika, Debby, Widhy, Reno, Adrian, Tiasa, Fani, Doly, Ahmad, Eka dan Gordon yang tidak pernah letih memberikan kasih sayang, semangat dan bantuan sepanjang masa perkuliahan saya. Serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini dan saya sangat banggakan organisasi yang telah mengajarkan saya banyak hal yaitu Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMA) FE USU.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 23 Maret 2015 Penulis,

Revina Ocha Lestari NIM : 110503150


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... .. 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 12

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.3.1 Tujuan Penelitian.. ... 13

1.3.2 Manfaat Penelitian... ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .. 15

2.1Tinjauan Teoritis ... 15

2.1.1 Investasi ... 15

2.1.2 Return Saham ... 16

2.1.3 Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 18

2.1.4 Earning Per Share ... 20

2.1.5 Book to Market Ratio ... 22

2.1.6 Kebijakan Deviden ... 24


(8)

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27

2.3Kerangka Konseptual ... 32

2.4Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1Desain Penelitian ... 37

3.2Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3Populasi dan Sampel Penelitian... 37

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5Definisi Operasional dan Pengurukan Variabel ... 40

3.5.1 Variabel Dependen (Y) ... 40

3.5.2 Variabel Independen (X) ... ... 41

3.5.2.1 Firm Size ... ... 41

3.5.2.2 Earning Per Share ... 41

3.5.2.3 Book to Market Ratio ... 42

3.5.3 Variabel Moderating ... 42

3.6Metode Analisis Data ... 44

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

3.6.1.1 Uji Normalitas Data ... 44

3.6.1.2.Uji Multikolonearitas ... 45

3.6.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 45

3.6.1.4Uji Autokolerasi ... 46

3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47

3.6.2.1Pengujian Koefisien Determinasi... 48


(9)

3.6.2.2Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 48

3.6.2.3Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 49

3.6.2.4 MengujiRegresi dengan Variabel Moderating .... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1Gambaran Umum ... 52

4.2Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 52

4.2.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi ... 55

4.2.2.1 Uji Normalitas Data ... 55

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 57

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 58

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 59

4.2.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi ... 60

4.2.3.1 Uji Normalitas Data ... 60

4.2.3.2 Uji Mulikolinearitas ... 63

4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 64

4.2.3.4 Uji Autokorelasi ... 65

4.3Pengujian Hipotesis ... 66

4.3.1 Pengujian Koefisien Determinasi ... 66

4.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 67

4.3.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 67

4.3.3 Pengujian Regresi dengan Variabel Moderating ... 69

4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 70


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 73

5.3 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ...75


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu...29

3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ...39

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...43

4.1 Statistik Deskriptif ...53

4.2 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...57

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi ...57

4.4 Uji Durbin-Watson ...60

4.5 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test setelah Transformasi ...63

4.6 Hasil Pengujian Multikolinearitas Setelah Transformasi ...64

4.7 Durbin-Watson Setelah Transformasi ...66

4.8 Uji Koefisien Determinasi ... 66

4.9 Hasil Uji F ... 67

5.0 Hasil Uji t ...67

5.1 Hasil Uji Residual ...69


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian...32

4.1 Normal P-Plot Sebelum Transformasi ...55

4.2 Grafik Histogram Sebelum Transformasi ...56

4.3 Diagram Scatterplot Sebelum Transformasi ... 59

4.4 Grafik Histogram Setelah Transformasi ...61

4.5 Normal Plot Setelah Transformasi ...62

4.6 Diagram Scatterplot Setelah Transformasi ...65


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

A Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Pertambangan Batubara Periode

2011-2013... 78

B Data Firm Size ...79

C Data Earning Per Share ...80

D Data Book To Market Ratio ...81

E Data Dividend Payout Ratio ...82

F Data Return Saham ...83

G Hasil Pengolahan Data ... 84


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Return merupakan alasan mengapa investor menginvestasikan uangnya. Investasi atau penanaman sejumlah sumber daya yang dilakukan oleh investor bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian investasi. Hasil atau keuntungan yang diperoleh dari investasi disebut return. Emamgholipour (2013:1) menyatakan bahwa tujuan utama dari investor untuk berinvestasi di perusahaan adalah untuk peningkatan kekayaan yang ingin dicapai melalui return saham. Ada beberapa bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat, salah satunya adalah investasi dalam bentuk penyertaan modal atau biasa dikenal dengan investasi saham. Saham merupakan instrument yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham juga merupakan tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Harga saham sebagai proksi dari return saham mudah berfluktuasi sejalan dengan pasang surut kegiatannya. Hal ini mencerminkan bahwa investasi saham di pasar modal berisiko tinggi namun menjanjikan keuntungan yang relatif besar. Kelaziman yang sering dijumpai adalah bahwa semakin besar return yang diharapkan (expected), semakin besar pula peluang resiko yang terjadi. Return dibedakan menjadi dua, yaitu realized return atau return realisasi (return yang terjadi atau return sesungguhnya) dan expected return (return yang diharapkan oleh investor). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan


(15)

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi (realized return) ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Pada dasarnya, return terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dalam investasi saham capital gain (loss) dapat terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Jika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga saham periode lalu maka investor dapat dikatakan memperoleh keuntungan modal (capital gain), sebaliknya jika harga saham sekarang lebih rendah dari harga saham periode lalu maka investor mengalami kerugian modal (capital loss).

Terdapat beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi return saham seperti profitabilitas dan likuiditas. Kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan tercermin dalam profitabilitas. Sedangkan likuiditas menunjukkan kemampuan pendanaan operasional perusahaan serta pelunasan kewajiban jangka pendeknya. Akan tetapi profitabilitas dan likuiditas merupakan penilaian kinerja perusahaan yang dilakukan hanya berdasarkan analisis rasio keuangannya. Oleh karena itu, diluar rasio keuangan tersebut terdapat beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap return saham.Salah satunya adalah faktor ukuran perusahaan. Faktor ini merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan return saham. Perusahaan yang ukurannya lebih besar dapat menghasilkan earning yang lebih


(16)

besar sehingga mendapatkan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan demikian investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan besar dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal lebih mudah dimasuki oleh perusahaan yang besar sehingga dengan kesempatan ini perusahaan akan lebih optimal dalam menghasilkan output guna memaksimalkan laba yang akan diperoleh untuk membayar dividen yang semakin besar kepada pemegang saham. Fama dan French (1992:11) membagi perusahaan berdasarkan ukurannya (firm size) yaitu besar (big) dan kecil (small) serta berdasarkan perbandingan nilai buku terhadap nilai pasar perusahaan (book to market rasio) yaitu tinggi (high) dan rendah (low). Investor sering menggunakan firm size sebagai indikator apakah mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya, hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan. Firm Size atau Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Sehingga, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan dikaitkan dengan return saham. Hal ini tidak mengherankan karena komponen utama return saham adalah harga saham, dan harga saham seringkali digunakan sebagai indikator nilai perusahaan. Sehingga, semakin besar perusahaan maka semakin besar pula nilai perusahaan tersebut. Penelitian Drew et.al (2003:24) adalah salah satu contohnya dan mereka berhasil membuktikan bahwa hubungan antara ukuran perusahaan dan return saham secara statistic signifikan.


(17)

Salah satu pendekatan penilaian harga saham menggunakan analisis rasio, dimana pendekatan yang diambil untuk menaksir harga saham dengan menggunakan analisis fundamental yaitu pendekatan price earning ratio (PER) dan earning per share (EPS). Price Earning Ratio (PER) adalah cara mengukur seberapa besar investor menilai laba yang dihasilkan perusahaan. PER dapat menjadi indikator pertumbuhan laba dan mengindikasikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang. Namun, pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham lebih tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek perusahaan di masa depan. Informasi tentang EPS menjadi kebutuhan yang sangat mendasar dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian dan risiko yang mungkin terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Tujuan utama investor melakukan investasi saham adalah mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar. EPS dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan perusahaan, apabila EPS yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan EPS yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan manfaat sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik sedangkan ketika


(18)

laba menurun maka harga saham ikut turun juga, hal itu juga akan diikuti perubahan return sahamnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham.

Keputusan investor untuk berinvestasi dilandasi oleh trade-off antara return yang diharapkan dan risiko yang dihadapinya. Setiap investor pada umumnya mengharapkan return yang sebesar-besarnya. Namun hal ini tidak selalu dapat dicapai karena adanya kendala-kendala yang dihadapi investor. Kendala utama yang dihadapi investor adalah risiko. Menurut Jiang dan Lee (2009:6), rasio keuangan dan pendapatan dapat digunakan untuk memprediksi return saham baik jangka panjang maupun jangka pendek. Investor aktif perlu memperhatikan rasio keuangan karena risiko pasar yang terjadi setiap waktu. Risiko pasar ini adalah perubahan yang terjadi setiap waktu pada pasar modal. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengantisipasi risiko pasar seperti risiko sistematis menggunakan Beta (β) pasar. Beta (β) pasar yaitu beta dari suatu sekuritas terhadap pergerakan pasar. Beta pasar mengukur respon dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Risiko sistematis berpotensi untuk mempengaruhi kinerja pasar modal, kinerja perusahaan, dan nilai perusahaan. Namun rasio keuangan paling populer yang berkaitan untuk mengantisipasi risiko pasar antara lain Book to Market Ratio (BtM). BtM adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham yang


(19)

beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban, sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Analisis Book to Market Ratio diperlukan bagi investor karena nilainya yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Ketika suatu perusahaan dinilai undervalue maka dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam kondisi kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan keuntungan bagi para investor yang telah menanamkan modalnya. BtM merupakan cerminan apresiasi atau penilaian investor terhadap nilai perusahaan melalui harga saham. Menurut Pontiff dan Schall (1998:142), dalam penelitiannya Book to Market Ratio mampu memperkirakan pengaruh antara nilai buku dengan stock return, serta menentukan apakah investor akan mendapatkan capital gain (keuntungan) atau capital loss (kerugian) atas investasi saham yang telah dipilihnya. Menurut Ang (1997:67), book to market ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Perusahaan dengan BtM tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan. Secara teoritis rasio BtM memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio BtM suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio BtM rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi, Fama dan French (1992:10) menyatakan nilai book to market ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja buruk dan cenderung mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau mempunyai prospek yang


(20)

kurang baik. Mereka berkesimpulan bahwa BtM mempunyai hubungan negatif terhadap return, artinya semakin besar nilai BtM maka semakin kecil return saham suatu perusahaan.

Dividen merupakan pembagian laba bersih badan usaha kepada pemegang saham yang diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Badan usaha tidak diharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Dalam menetapkan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, badan usaha menetapkan kebijakan berupa dividen payout ratio yang merupakan penetapan persentase laba bersih yang dibagikan. Dividen yang diberikan oleh badan usaha dapat berupa dividen kas dan dividen saham. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka return saham perusahaan akan dianggap semakin tinggi dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan semakin baik. Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang mempersoalkan sebaiknya kapan (artinya, dalam


(21)

keadaaan seperti apa) dan berapa bagian dari laba perusahaan yang dicapai dalam suatu periode, yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan yang ditahan didalam perusahaan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan, karena seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah.

Peneliti beranggapan bahwa kebijakan dividen menarik untuk digunakan sebagai variabel moderasi antara firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dalam penelitian ini, karena peneliti ingin melihat apakah kebijakan dividen akan memperkuat atau memperlemah variabel independent terhadap return saham. Diharapkan semakin baik kebijakan perusahaan dalam membagikan dividen kepada pemegang saham, maka return saham akan dianggap semakin tinggi dengan demikian dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengidentifikasi sejauh mana hubungan kebijakan dividen dapat mempengaruhi return saham.

Perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang baik apabila perusahaan memperhatikan stakeholder atau pemegang saham. Fenomena yang terjadi dilapangan masih sedikit perusahaan yang memikirkan cara untuk meningkatkan nilai pemegang saham. Sebuah artikel berjudul “Low Adoption of Shareholder Value Concepts Here” dalam majalah di Singapura bernama The Business Times tanggal terbit 14 Februari 2002 menjelaskan bahwa

salah satu perusahaan global di Singapura melakukan survei terhadap 82 perusahaan Singapura untuk menguji pemahaman dan implementasi nilai


(22)

pemegang saham. 90% mengatakan tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai pemegang saham namun hanya 44% yang mengambil langkah mencapai tujuan tersebut.

Dari artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa masih sedikit perusahaan yang memperhatikan nilai pemegang sahamnya melalui nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin baik pula penilaian investor terhadap perusahaan tersebut begitu pula terhadap return sahamnya. Semakin baik nilai perusahaan makan semakin tinggi pula return yang diharapkan oleh para investor dan hal itu yang menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi di suatu perusahaan.

Di Indonesia investor dapat melakukan investasi saham dengan cara membeli saham-saham perusahaan (emiten) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikelompokkan berdasarkan sektor usaha yang dilakukan, salah satunya adalah sektor pertambangan batubara. Sektor pertambangan batubara merupakan kelompok emiten yang cukup diandalkan Indonesia karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Perusahaan yang berada pada sektor pertambangan juga merupakan emiten yang berbeda dengan industri lainnya. Karena industri ini memerlukan biaya investasi yang sangat besar dan berjangka panjang. Dengan biaya investasi yang sangat besar tentunya investor mengharapkan return yang besar pula dan hal itu yang dapat menarik investor untuk berinvestasi di perusahaan pertambangan, selain itu berinvestasi di bidang pertambangan merupakan investasi jangka panjang seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia dikenal dengan sumber daya alam yang melimpah. Jumlah


(23)

perusahaan pertambangan batubara di Indonesia yang berjumlah 23 perusahaan dimaksud agar penelitian ini lebih fokus untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013.

Dalam penelitian lain, Fama dan French (1995:45) menyatakan bahwa firm size dan book to market ratio memiliki sensitivitas terhadap faktor risiko yang juga merupakan faktor penentu pada variasi stock return dan membantu menjelaskan cross sections of average return. Bukti-bukti pada penelitian mereka menunjukkan bahwa firm size dan book to market ratio berhubungan dengan keuntungan yang diperoleh. Penelitian yang dilakukan oleh Martani, Mulyono dan Khairurizka (2009:1) dalam penelitian “The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the interim report to the stock return” mengatakan bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003-2006.

Penelitian pada objek lain juga dilakukan oleh Emamgholipour, Pouraghanjan, Tabari, Haghparast, dan Shirsavar (2013:3) yang melakukan penelitian terhadap Tehran Stock Exchange periode 2006 – 2010 untuk menguji return saham, dalam hubungannya dengan earning per share (EPS), Price to Earnings Ratio (P/E) dan ratio of market value to book value (M/B). Dari hasil penelitian tersebut, mereka menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara earning per share (EPS), Price to Earnings Ratio (P/E) dan ratio of market value to book value (M/B) terhadap stock return pada Tehran Stock Exchange.


(24)

Berbeda dengan Lestari (2012:25) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Price Earning Ratio dan Earning Per Share terhadap Retun Saham (Studi pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di BEI)” yang menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dan bernilai negatif.

Arlian (2009:5) dalam penelitian “Pengaruh Profitabilitas, leverage dan Book to Market Ratio pada Return Saham pada Perusahaan Property di BEI” menemukan hubungan negatif antara book to market ratio dan return saham yang ditandai dengan peningkatan market capitalization, dan menegaskan bahwa adanya peran informasional volume penjualan saham dan penerapannya dalam analisis teknis. Berbeda dengan Margaretha dan Damayanti (2008:6) dalam penelitian “ Pengaruh Price Earning Ratio, dividend yield dan Book to Market Ratio terhadap Stock Return di BEI” yang menemukan bahwa book market to ratio memiliki hubungan signifikan terhadap return saham.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini peneliti menggunakan kebijakan dividen sebagai variable moderating untuk melihat pengaruh kebijakan dividen terhadap hubungan antara variabel independen dengan return saham. Untuk penelitian tentang kebijakan dividen sebagai variabel moderator di Indonesia hasil temuan Sinaga (2013:7) menunjukan bahwa kebijakan dividentidak mampu secara signifikan memoderasi current ratio, debt to equity, return on assets, size, cash flow to debt, cash flow terhadap return sahampada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Berbeda dengan peneliti yang menggunakan firm size, EPS, dan book to market ratio sebagai variabel independent pada penelitian ini. Perusahaan yang


(25)

digunakan oleh peneliti juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI dan tahun penelitian menggunakan periode terbaru yaitu 2011-2013.

Dengan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu (research gap) serta perbedaan realita dan teori (fenomena gap), maka perlu diadakan penelitian mengenai hubungan antara Ukuran Perusahaan (firm size), earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas terlihat bahwa terdapat reseach gap dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan. Terjadi ketidak konsistenan hasil mengenai hubungan antara firm size, earning per share dan book to market ratio dan return saham dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel. Dari uraian latar belakang juga terlihat bahwa adanya fenomena gap tentang masih sedikitnya perusahaan yang memperhatikan nilai pemegang sahamnya melalui nilai perusahaan yang tercermin dalam Firm Size, EPS, dan Book to market Ratio. Berdasarkan masalah penelitian tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian (research gap) sebagai berikut :

1. Apakah Firm Size, Earning Per Share dan Book To Market Ratio berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Return saham ?


(26)

2. Apakah Kebijakan Dividen mempengaruhi Firm Size, Earning per Share dan Book To Market Ratio terhadap Return saham ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sebagaimana uraian dari rumusan masalah yang telah dikemukaan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Menguji dan menganalisis hubungan antara ukuran perusahaan (firm size), earning per share dan book to market ratio secara parsial maupun simultan terhadap return saham pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013.

2. Menguji dan menganalisis hubungan antara firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi investor

Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam menerapkan strategi di pasar modal khususnya saham.

2. Bagi emiten


(27)

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dalam pasar modal untuk memaksimalkan capitalization market dan kebijakan harga saham. 3. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini dapat menambah temuan dalam penelitian serupa yang nantinya dapat dikaji ulang sehingga tercapainya kesempurnaan baik teori dan hasil penelitian sebelumnya.


(28)

i BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi

Pengertian investasi di dalam akuntansi meliputi semua penanaman dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak ada hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. Berdasarkan tujuan investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Investasi jangka pendek 2. Investasi jangka panjang.

Investasi jangka pendek tujuannya untuk menghindari terjadinya kas yang menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk : 1. Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin bahan atau

pasar yang diperlukan.

2. Untuk memperoleh bagian laba (dividen). 3. Untuk mendapatkan capital gain.

4. Untuk membentuk dana tertentu.

Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "investasi" diantaranya adalah :

1. Pengertian investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK (2008:138) adalah

suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi


(29)

(seperti: bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

2. Menurut Lubis dan Putra (2012:55)Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

3. Menurut Husnan (1996:123) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.”

2.1.2 Return Saham

Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, Ang (1997:78).motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada tingkat risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Investor tentunya tidak akan melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang. Return merupakan tingkat keuntungan dari suatu investasi (Jogiyanto, 2003:97). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengukuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode


(30)

yang tertentu. Sumber-sumber dari return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu :

1. Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.

2. Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga dari suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) para investor. Dengan kata lain capital gain (loss) adalah selisih harga beli dan harga jual.

Menurut Jogiyanto (2003:105) menjelaskan return saham dinyatakan sebagai berikut ini. :

Return Saham = ��–(��−1)

��−1 x 100% Keterangan :

Pt = Harga saham pada periode sekarang (tahun t) Pt-1 = Harga saham pada periode sebelumnya (tahun t-1)

Menurut Jogiyanto (2003: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).

1. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang.


(31)

2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko.

Menurut Ang (1997:58), menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

2.1.3 Ukuran Perusahaan (firm size)

Ukuran Perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset merupakan salah satu ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini.

Menurut Ganerse dan Suarjaya (2012:56) yaitu “Besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aktiva”. Menurut Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, menjelaskan bahwa


(32)

perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan sebanyak Rp 1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan ke dalam kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp 1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dapat dikelompokkan kedalam industri menengah dan besar.

Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No.11/PM/1997, yang menyatakan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari 100 milyar rupiah”.

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah, maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural. Menurut Trisnadewi (2012 : 58) ukuran perusahaan juga dapat di hitung dengan :

Firm Size = log�total asset x 100%

Perusahaan yang ukurannya lebih besar cenderung menghasilkan laba yang lebih besar sehingga return yang diharapkan lebih tinggi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan demikian ukuran perusahaan yang besar mencerminkan prospek baik perusahaan dan menarik minat investor untuk berinvestasi. Apabila ukuran perusahaan semakin besar maka return yang diharapkan investor akan semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Ganerse dan Suarjaya (2012:1) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.


(33)

2.1.4 Earning Per Share

Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan (Lestari, 2012:78).

Earning Per Share (EPS) sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka Earning Per Share (EPS) paling sering digunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum (go public). Perhitungan Earning Per Share (EPS) mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga saham pasar dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Earning Per Share (EPS) merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Ukuran ini digunakan secara luas dan sering merupakan dasar untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fachruddin (2006:139) Earning Per Share (EPS) adalah “Rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham persaham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.


(34)

“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak” (Kasmir 2008:207).

Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.

Rumus yang digunakan untuk mengukur Earning Per Share (EPS) menurut Lubis dan Putra (2012:175) adalah sebagai berikut:

Earning Per Share = Laba bersih setelah pajak

jumlah saham yang beredarx 100%

Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan return, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividen sehingga return yang diharapkan juga kecil. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki EPS yang tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS yang rendah. Apabila EPSbesar maka perusahaan berhasil memuaskan pemegang saham melalui return sahamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast, dan Shirsavar (2013:1) mengatakan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap stock return.


(35)

2.1.5 Book To Market Ratio

Book to Market Ratio merupakan cerminan apresiasi atau penilaian investor terhadap nilai buku sebuah perusahaan melalui harga saham. Book to market ratio yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan. Book to market ratio adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban, sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Semakin tinggi book to market ratio, maka semakin baik pula penilaian investor terhadap nilai buku perusahaan.

Dengan demikian, book to market ratio menurut Arlian (2009 : 31) dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini:

����

��

������

�����

=

���� ���� ���������

������ ����� �� ������ x 100%

Margaretha dan Damayanti (2008) menjelaskan nilai buku terdiri dari : 1. Dana perusahaan yang diperoleh dari penerbitan semua saham

dikurangi dengan saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan.


(36)

2. Jumlah pendapatan perusahaan dikurangi dividen karena ini sudah dipisahkan.

Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain (Drew 2003:68) :

1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price.

2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue.

Menurut Pontiff dan Schall (1998:142), dalam penelitiannya market to book ratio mampu memperkirakan pengaruh antara nilai buku dengan stock return, serta menentukan apakah investor akan mendapatkan capital gain (keuntungan) atau capital loss (kerugian) atas investasi saham yang telah dipilihnya. Apabila book to market ratio memiliki rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut masih undervalue, suatu kondisi dimana perusahaan tersebut kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan return bagi para investor yang telah menanamkan modalnya. Demikian pula apabila rasio book to market ratio rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut overvalue sehingga mampu memberikan return bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.


(37)

2.1.6 Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2001: 281) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

Ada beberapa teori kebijakan dividen yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu, teori-teori tersebut adalah sebagai berikut (Lubis dan Putra, 2012:235) :

1. The dividend irrelevancce theory

Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak relevan, karena tidak ada pengaruh dividen terhadap harga saham maupun cost of capital. Nilai perusahaan ditentukan oleh basic earning power dan business risk perusahaan. Miller dan Modigliani (1961:235) mengatakan bahwa nilai perusahaan tergantung hanya pada income yang diperoleh dari assets yang dimilikinya dan bukan bagaimana income tersebut dibagi (didistribusikan) yaitu antara dividend dan retained earning. Jadi menurut Miller dan Modgliani, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

2. The bird in the hand theory

Menurut Keown (2000:611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor daripada


(38)

pendapatan modal. Sedangkan menurut Litner (1962:236) mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory.

3. The tax preference theory

Apabila dividen dikenakan pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan.

Menurut Lubis dan Putra (2012:158) faktor yang mempengaruhi dalam menetukan kebijakan dividen, antara lain:

1. Perjanjian hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.

2. Pembatasan dari saham preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.

3. Tersedianya kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.

4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan control terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibat dividen yang dibayarkan kecil.

5. Kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.

6. Fluktuasi laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relative besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga.

Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan kebijakan dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. menurut Lubis dan Putra (2012:187) Devidend Payout Ratio dapat dirumuskan dengan :


(39)

DPR

=

���

��� x 100%

Dimana :

DPR = Dividend Payout Ratio

DPS = Dividend Per Share

EPS = Earning Per Share

kebijakan Menurut Sartono (2001:292), faktor-faktor yang mempengaruhi dividen ada lima, yaitu:

1. Kebutuhan dana perusahaan.

Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.

2. Likuiditas perusahaan.

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

3. Kemampuan meminjam

Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula. 4. Keadaan pemegang saham

Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.

5. Stabilitas dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi.

Menurut Twaijry (2008:36) faktor penentu paling penting dalam strategi dividen adalah:

1. Pola dividen masa lalu. 2. Stabilitas pendapatan.

3. Laba saat ini dan masa yang akan datang.


(40)

Adapun pengaruh dari kebijaksanaan dividen, yaitu :

1. Pemegang saham lebih tertarik terhadap current dibandingkan future income

2. Akan menahan dividen yang beresiko tinggi dibandingkan capital gains 3. Adanya keuntungan dari pajak terhadap capital gain

4. Informasi mengenai dividend A (signaling)

Kebijakan dividen termasuk bagian inti suatu keputusan pembelanjaan perusahaan yang dikarenakan dari likuiditas perusahaan itu sendiri (Lubis dan Putra, 2012:235). Sehingga semakin baik kebijakan deviden yang dibuat oleh perusahaan dalam membagikan deviden kepada pemegang sahamnya, maka return yang diharapkan oleh para investor juga dianggap semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Damayanti (2008:1) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stock return.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast dan Shirsavar (2013:2) dalam penelitian berjudul “The Effects of Performance Evaluation Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran Stock Exchange” menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh secara positif terhadap return saham.

Acheampong, Agalega, Shibu (2014:1) dalam penelitian berjudul “Effect of

Financial Leverage and Market Size on Stock Returns on the Ghana Stock Exchange :


(41)

Evidence from Selected Stocks in the Manufacturing Sector” menunjukkan bahwa Stock

Return berpengaruh positif terhadap market size di Ghana Stock Exchange.

Dwi Martani, Mulyono, Rahfiani Khairurizka (2009:1) dalam penelitian berjudul

“The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the

interim report to the stock return” menunjukkan bahwa firm size berpengaruh terhadap

return saham.

Margaretha dan Damayanti (2008:2) menguji Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan Book to Market Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya adalah book to market ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham

Ganerse dan Suarjaya (2012:3) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Retun Saham Perusahaan F&B ( food and beverages)” menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif terhadap return saham

Sinaga (2013:2) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa kebijakan deviden tidak mampu secara signifikan memoderasi hubungan rasio keuangan (current ratio, debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow) dengan return saham.

Ikhtisar dari tinjauan penelitian terdahulu di atas tercantum pada Tabel 2.1 bermanfaat bagi peneliti untuk membangun kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.


(42)

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu

NO Penulis danTahun

Judul Penelitian Analisis Penelitian dan Variabel

Hasil Penelitian

1 Milad

Emamgholipour, Abbasali Pouraghajan, Naser Ail Yadollahzadeh Tabari, Milad Haghparast, Ali Akbar Alizadeh Shirsavar (2013)

The Effects of Performance Evaluation Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran Stock Exchange” Variabel Independen: Earning Per Share (EPS), Price to Earnings Ratio (P/E), Ratio of Market Value to Book Value (M/B) Variable Dependen: Stock Return Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda Stock Return berpengaruh positif terhadap Earning Per Share (EPS) dan memiliki

pengaruh negatif terhadap Price to Earning Ratio (P/E) dan Ratio of Market Value to Book Value (M/B) di Tehran Stock Exchange

2. Prince Acheampong,

Evans Agalega,

Albert Kwabena Shibu

(2014)

“Effect of Financial Leverage and Market Size on Stock Returns on the Ghana Stock Exchange : Evidence from Selected Stocks in the Manufacturing Sector” Variabel Independen: Financial leverage, market size Variable Dependen: Stock Return Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda

Stock Return

berpengaruh negatif signifikan terhadap financial leverage dan memiliki pengaruh positif terhadap

size pada perusahaan manufaktur di

Ghana Stock Exchange

3. Dwi Martani, Mulyono,

Rahfiani Khairurizka

(2009)

“The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the interim report to the stock return”

Variabel Independen:

profitability, liquidity, leverage, market ratio, firm size, and cash flow from operating activities

Variable Dependen:

Stock Return

Profitabilitas, market ratio dan firm size

berpengaruh terhadap return saham


(43)

NO Penulis dan Tahun

Judul Penelitian Analisis Penelitian

dan Variabel

Hasil Penelitian

4. Farah Margaretha dan Irma

Damayanti (2008)

“Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan Book to Market Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia”

Variabel Independen :

Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan

Book to Market Ratio

Variabel dependen Stock Return Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan Book to Market Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap Stock Return

5. I Made Brian Ganerse, Anak Agung Gede Suarjaya (2012)

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Retun Saham

Perusahaan F&B ( food and beverages)Variabel independen : Profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan Variabel dependen Return Saham Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Return Saham, Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Return Saham, dan Ukuran berpengaruh positif terhadap Return Saham 6. Annisa Nauli

Sinaga (2013) “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Variabel Independen : current ratio, debt to equity ratio, return on assets, size, cash flow to debt, cash flow

Variabel Dependen Return saham

Hipotesis pertama menunjukksn bahwa current ratio, debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow

berpengaruh terhadap return


(44)

NO Penulis dan Tahun

Judul Penelitian Analisis Penelitian

dan Variabel Hasil Penelitian VariabeModerating Kebijakan deviden Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda

saham melalui uji faktor. Variabel current ratio, debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow berpengaruh secara simultan terhadap return saham sedangkan secara parsial hanya variabel current ratio berpengaruh terhadap return saham. Pada hasil penelitian untuk hipotesis kedua, kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi hubungan rasio keuangan (current ratio, debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow) dengan return saham.


(45)

Return Saham ( Y ) 2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan antara firm size, earning per share, book to market ratio, kebijakan deviden dan return saham, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Moderating Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Dalam penelitian ini, return saham menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Alasan peneliti untuk menjadikan return saham sebagai dependen karena investasi atau penanaman sejumlah sumber daya yang dilakukan oleh investor bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian berupa hasil atau keuntungan yang diperoleh dari investasi yang disebut return.

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

Firm Size ( X1) Earning Per Share (X2) Book to Market Ratio (X3)

Kebijakan Deviden (Z)

H1

H3

H2 H4

H5


(46)

a. Pengaruh Firm Size terhadap Return Saham

Ukuran Perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset merupakan salah satu ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Faktor ini merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan return. Perusahaan yang lebih besar dapat menghasilkan earning yang lebih besar sehingga menghasilkan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Maka

H1: Firm Size Berpengaruh terhadap Return Saham b. Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham

Tujuan utama investor melakukan investasi saham adalah mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar. Earning Per Share (EPS) dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan perusahaan, apabila Earning Per Share (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka pengembalian atas investasi (return) yang diharapkan juga tinggi hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham sedangkan Earning Per Share (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan manfaat sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.

H2 : EPS berpengaruh terhadap Return Saham c. Pengaruh Book to Market Ratio terhadap Return Saham

Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang


(47)

dimilikinya. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Analisis book to market ratio diperlukan bagi investor karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Ketika suatu perusahaan dinilai undervalue maka dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam kondisi kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan keuntungan (return) bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.

H3 : Book to Market Ratio berpengaruh terhadap Return Saham

d. Pengaruh Firm Size, Earning Per Share dan Book to Market Ratio secara simultan terhadap Return Saham

Firm Size, EPS dan Book to Market Ratio adalah penilaian yang digunakan oleh para investor untuk memutuskan apakah mereka akan berinvestasi di suatu perusahaan atau tidak. Dengan firm size yang nilainya tinggi, EPS yang tinggi, dan BtM yg memiliki rasio rendah menjadi penilaian yang baik bagi para investor sehingga dapat menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya karena return yang diharapkan juga akan dianggap semakin tinggi. Semakin baik nilai perusahaan maka semakin baik pula return yang akan diperoleh oleh para investor.

H4 : Firm Size, EPS dan Book to Market Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return saham


(48)

e. Pengaruh Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Dalam Memoderasi Hubungan Antara Variabel Independen Dengan Return Saham

Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Dividen yang diberikan oleh badan usaha dapat berupa dividen kas dan dividen saham. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka return saham perusahaan akan dianggap semakin tinggi dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan semakin baik. Maka semakin baik kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan dapat menentukan apakah return yang diharapkan oleh investor semakin besar.

H5 : Kebijakan Deviden mempengaruhi Firm Size, Earning Per Share dan Book to Market Ratio terhadap Return Saham

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Firm Size berpengaruh terhadap Return saham.

H2 : Earning Per Share berpengaruh terhadap Return saham. H3 : Book To Market Ratio berpengaruh terhadap Return saham.


(49)

H4 : Firm size, earning per share dan book to market ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return saham

H5 : Kebijakan deviden mempengaruhi Firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap Return saham


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif dengan hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antara variabel melalui pengujian hipotesis. Menurut Sugiyono (2004:263) penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel ataupun lebih. Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder merupakan data primer yang telah dikelola lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain. Data yang diperoleh adalah data time series yaitu data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dari beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, dan tahunan. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mendownload

melalui situs

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2004: 267), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu


(51)

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI sebanyak 23 perusahaan.

Menurut Sugiyono (2004:268), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan pertimbangan tertentu judgment sampling ( Jogiyanto,2003:9 ).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011, 2012 dan 2013.

2. Perusahaan yang tidak delisting dari Bursa Efek Indonesia dalam jangka waktu tiga tahun berturut-turut.

Berdasarkan kriteria tersebut, setelah melakukan purposive sampling diperoleh 19 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 3.1, maka perusahaan yang lolos uji adalah:


(52)

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Penelitian Sampel

Terdaftar di BEI Tidak Delisting tahun 2011-2013

1 ADRO Adari Energy Tbk.   1

2 ARII Atlas Resources Tbk.   2

3 ATPK ATPK Resources Tbk.   3

4 BORN Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk.

  4

5 BRAU Berau Coal Energy Tbk.   5

6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk.  - -

7 BUMI Bumi Resources Tbk.   6

8 BYAN Bayan Resources Tbk.   7

9 CPDW Indo Setu Bara Resources Tbk. 

-

-

10 DEWA Derma Henwa Tbk.   8

11 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.   9

12 GEMS Golden Energy Mines Tbk.   10

13 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk.   11

14 HRUM Harum Energy Tbk.   12

15 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.   13

16 KKGI Resources Alam Indonesia Tbk.   14

17 MBAP Mitrabara Adiperdana TBk. 

-

-

18 MYOH Samindo Resources Tbk.   15

19 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk.   16

20 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

  17

21 PTRO Petrosea Tbk.   18

22 SMMT Golden Eagle Energy Tbk.   19

23 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk. 

-

-

Sumber : Lampiran A

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi berupa laporan keuangan perusahaan pertambangan batubara yang


(53)

terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu, melalui sumber-sumber dokumen. Dari metode ini diharapkan akan diperoleh catatan mengenai data-data yang ada hubungannya dengan penelitian ini yaitu laporan keuangan.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, variabel dependen dan variabel moderating.

3.5.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhui oleh independen (Umar, 2007:50). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham, dimana variabel dependen disimbolkan dengan “Y”. Return saham adalah pengembalian hasil atau laba atas investasi modal. Untuk memperoleh hasil return saham maka digunakan rumus sebagai berikut :

Return Saham = ��–(��−1)

��−1 x 100% Dimana :

Pt = Harga saham periode sekarang

Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya


(54)

3.5.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2007:50). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah firm size, earning per share dan book to market ratio. Variabel independen disimbolkan dengan “ X1” ( firm size ), “X2” (earning per share), “X3” (book to market ratio).

3.5.2.1 Firm Size

Firm Size (Ukuran Perusahaan) merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan, dirumuskan dengan :

Firm Size = log�total asset x 100%

3.5.2.2 Earning Per Share

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. Rumus yang digunakan untuk mengukur Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut:

Earning Per Share = Laba bersih setelah pajak

jumlah saham yang beredar

x 100%


(55)

3.5.2.3 Book To Market Ratio

Book to market ratio merupakan perbandingan antara nilai buku saham suatu perusahaan dengan nilai pasarnya di pasar modal. Nilai pasar adalah nilai ekuitas yang dipandang oleh investor.

Dengan demikian, book to market ratio dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini:

�����������������= �����������������

������������������� � 100%

3.5.3 Variabel Moderating

Variabel moderating merupakan variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan deviden. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio antara antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan kebijakan dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. Devidend Payout Ratio dapat dirumuskan dengan :

DPR = ���

��� x 100%

Nilai DPR yang didapatkan dari hasil perhitungan menunjukkan distribusi net income perusahaan dan dividen yang dibayarkan. Kecenderungan pengaruh DPR sebagai variabel moderating akan tercermin lewat rasio yang ditunjukkan. Semakin besar nilai Dividend


(56)

Payout Ratio yang diperoleh, akan semakin kuat pengaruhnya terhadap return saham.

Ringkasan definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ditunjukkan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Firm Size (X1) Ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan

log� total asset x 100%

Rasio

Earning Per Share (X2)

perbandingan antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar

����������������ℎ�����

�����ℎ��ℎ������������� � 100%

Rasio

Book to Market

Ratio (X3) Perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham.

���� ����� ��������

������ ����� �������� x 100%

Rasio Kebijakan Deviden (M) Kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan masa mendatang

DPR = ���

��� x 100%

Rasio

Return Saham (Y)

return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu.

��–(��−1)

��−1 x 100%

Rasio


(57)

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dalah metode analisis statistik dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 18.0. Model regresi berganda adalah teknik analisis yang menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan beberapa variasi independen (Sugiyono,2004:271). Model penelitian tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh firm size, earning per share, dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolonearitas, Uji Heterokeditas, dan Uji Autokolerasi sebelum melakukan pengujian hipotesis.

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Asumsi klasik adalah asumsi yang mendasari analisis regresi dengan tujuan mengukur asosiasi atau keterikatan antarvariabel bebas. Terdapat 4 (empat) pengujian terkait uji asumsi klasik yaitu uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokolerasi.

3.6.1.1.Uji Normalitas Data

Menurut Erlina (2007:103 ) “Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Pengujian ini diperlukan karena


(58)

untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distibusi normal.

Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk melakukan uji, penulis mendasarkan pada uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametik. Kolomogrov-Smirnov. Jika nilai Jika sig atau p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal.

3.6.1.2 Uji Multikolonearitas

Uji ini betujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen karena akan mengurangi keyakinan dalam pengujian signifikan.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolonearitas didalam model regresi ini dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonearitas adalah nilai VIF > 10. Apabila nilai VIF < 10 berarti tidak terjadi multikolonearitas (Ghozali, 2005:92 ).

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut (Ghozali 2005:139) Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari


(59)

residual satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dengan cara melihat grafik Scatterplot.

Dasar analisis heteroskedasitas adalah sebagai berikut:

• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titk menyebar diatas dan dibawah angka 0 pola sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. .

3.6.1.4 Uji Autokolerasi

Uji Autokolerasi bertujuan menguji apakah suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali (2005:111) dengan cara melihat besaran Durbin-Waston ( D-W ) sebagai berikut:

• Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

• Angka D-W diantara -2 sampai +2 berati tidak ada autokorelasi.


(60)

• Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.2.Pengujian Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan analisis regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan:

Y = Return Saham

Α = konstanta

X1 = Firm Size

X2 = Earning Per Share X3 = Book to Market Ratio

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi variabel bebas

e = error ( pengganggu )

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat statistic Statistical Package For The Social Science (SPSS). SPSS adalah salah satu program computer yang khusus dibuat untuk mengolah data dengan metode statistic tertentu (Ghozali, 2005:103). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji hasil analisis regresi linear berganda lewat Uji F dan Uji t.


(61)

3.6.2.1 Pengujian Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2005:97) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variable independen menjelaskan variable independennya. Nilai R2 adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu, maka variable-variabel indepedant memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R2 semakin kecil, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen semakin terbatas. Nilai R2 memiliki kelemahan yaitu nilai R2 akan meningkat setiap ada penambahan satu varibel independen meskipun varibel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.2.2.Uji Signifikan Simultan ( Uji- F )

Menurut Ghozali (2005:105) uji statistik F dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Jika Ho: bi = b2 = ... = bk = 0, artinya semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan atau tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dan Ha: b1 ≠ b2 ≠ ... ..

≠ b3 = 0, artinya semua variabel independen merupakan penjelas yang


(1)

One Sample Kolmogorov Smirnov Test sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 57

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.70162815E3

Most Extreme Differences Absolute .217

Positive .217

Negative -.177

Kolmogorov-Smirnov Z 1.640

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

One Sample Kolmogorov Smirnov Test setelah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 11

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 19.40802211 Most Extreme Differences Absolute .153

Positive .153

Negative -.087

Kolmogorov-Smirnov Z .506

Asymp. Sig. (2-tailed) .960

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant )

1046.071 482.047 2.170 .067

FST -292.076 140.016 -.759 -2.086 .075 .498 2.008

EPST 2.013 .744 1.181 2.705 .030 .346 2.894

BtMT -8.836 10.343 -.324 -.854 .421 .457 2.188 a. Dependent Variable: ReturnT


(3)

Diagram Scatterplot Sebelum Transformasi


(4)

Hasil Uji Durbin-Watson Sebelum Transformasi

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1 .523a .274 .233 2777.03691 2.153

a. Predictors: (Constant), BtM, FirmSize, EPS b. Dependent Variable: Return

Hasil Uji Durbin-Watson Setelah Transformasi

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

dimension0 1 .734

a .539 .341 23.19702 1.723

a. Predictors: (Constant), BtMT, FST, EPST b. Dependent Variable: ReturnT


(5)

Uji Koefisien Determinasi

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4397.329 3 1465.776 2.724 .124a

Residual 3766.713 7 538.102

Total 8164.042 10

a. Predictors: (Constant), BtMT, FST, EPST b. Dependent Variable: ReturnT

Hasil Uji t

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1046.071 482.047 2.170 .067

FST -292.076 140.016 -.759 -2.086 .075

EPST 2.013 .744 1.181 2.705 .030

BtMT -8.836 10.343 -.324 -.854 .421

a. Dependent Variable: ReturnT

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate dimension0 1 .734

a .539 .341 23.19702

a. Predictors: (Constant), BtMT, FST, EPST b. Dependent Variable: ReturnT


(6)

Hasil Uji Residual

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .173 .129 1.341 .213

ReturnT .005 .003 .503 1.745 .115


Dokumen yang terkait

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 137

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan ukuran perusahaan (FIRM SIZE) terhadap harga saham: studi pada perusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012

0 30 165

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

0 5 109

ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT (ROI), EARNING PER SHARE (EPS), dan DEVIDEN PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 86

PENGARUH FIRM SIZE, BOOK TO MARKET EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO, DAN DEBT EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM

1 3 82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi - Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar

0 0 22

KATA PENGANTAR - Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

Pengaruh price earning ratio, book to market ratio dan debt equity ratio terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 12

ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT (ROI), EARNING PER SHARE (EPS), dan DEVIDEN PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 23