I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam mendukung perekonomian Indonesia, terutama sebagai penyedia bahan pangan, sandang dan
papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas ekspor nonmigas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia
bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang sangat prospektif bagi Indonesia karena komoditasnya dinilai baik untuk mengisi kebutuhan pasar
domestik maupun internasional adalah hortikultura. Hortikultura memiliki potensi permintaan pasar yang besar dan nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari proyeksi Departemen Pertanian tentang ekspor komoditas hortikultura pada 2009 yaitu sebesar 411,51 juta dolar AS atau mengalami peningkatan 13,31
persen dari pencapaian tahun 2008
1
. Kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pemenuhan untuk
kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat. Hal ini didukung oleh fungsi utama tanaman hortikultura yang bukan
hanya sebagai bahan pangan tetapi juga terkait dengan kesehatan dan lingkungan. Fungsi ini dapat dibagi menjadi empat yaitu : 1 Fungsi Penyediaan Pangan,
terutama dalam hal penyediaan vitamin, mineral, serat, energi dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi; 2 Fungsi Ekonomi, pada umumnya komoditas
hortikultura mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sumber pendapatan tunai petani, perdagangan, perindustrian, dan lain-lain; 3 Fungsi Kesehatan, bahwa
buah, sayur dan terutama biofarmaka dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tidak menular; 4 Fungsi Sosial Budaya, sebagai
unsur keindahankenyamanan lingkungan, upacara-upacara, pariwisata dan lain- lain
2
. Disamping itu keragaman karakteristik lahan dan agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan untuk
pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis.
1
Ekspor Hortikultura
Diproyeksikan 411,52
juta Dolar
AS. 12
Maret 2009
www.hortikultura.deptan.go.id Diakses tanggal 14 Desember 2010
2
Pengembangan Komoditas
Hortikultura pada
Tahun 2008.
1 Februari
2008 www.hortikultura.deptan.go.id Diakses tanggal 14 Desember 2010
2 Kontribusi komoditas hortikultura secara nasional terhadap pembentukan
Produk Domestik Bruto PDB memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat, selama tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar 4,55 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Jika tahun 2007 kontribusinya terhadap PDB sebesar Rp 76,79 triliun, maka pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 80,29
triliun, atau peningkatannya sebesar 4,55 persen dalam waktu satu tahun
3
. Peranan PDB menjadi salah satu indikator ekonomi makro yang cukup
penting guna mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan komoditas hortikultura terhadap pendapatan nasional. Menurut penjelasan Dirjen
Hortikultura Achmad Dimyati 2010, peningkatan PDB sebesar itu tercapai karena terjadinya peningkatan produksi di berbagai sentra produksi dan kawasan
hortikultura, meningkatnya luas areal produksi dan areal panen, serta nilai ekonomi dan nilai tambah produk hortikultura yang cukup tinggi dibandingkan
komoditas lainnya, sehingga berpengaruh positif pada peningkatan PDB. Pada
Tabel 1
di bawah ini diperlihatkan PDB dari masing-masing kelompok komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman
hias.
Tabel 1.
Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008 No
Kelompok Komoditas
Nilai PDB Milyar Rp. 2004
2005 2006
2007 2008
1 Buah-buahan
30.765 31.694
35.448 42.362
42.660 2
Sayuran 20.749
22.630 24.694
25.587 27.423
3 Biofarmaka
722 2.806 3.762
4.105 4.118
4 Tanaman Hias
4.609 4.662
4.734 4.741
6.091 Total Hortikultura
56.844 61.792
68.639 76.795
80.292
Sumber : Deptan, 2009
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa masing-masing komoditas
hortikultura seperti buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias mengalami peningkatan dari tahun 2004-2008. Rata-rata nilai PDB hortikultura
3
Sinar Tani – Membangun Kemandirian Agribisnis. Kontribusi terhadap PDB. 21 Desember
2009. www.sinartani.com Diakses tanggal 14 Desember 2010
3 pada tahun 2004 sampai dengan 2008 sebesar 9.075. Dengan demikian,
subsektor hortikultura memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan sehingga dapat berkontribusi positif bagi kemajuan perekonomian Indonesia.
Salah satu komoditas hortikultura yang telah membuktikan kontribusinya terhadap PDB Indonesia adalah tanaman hias. Kecenderungan peningkatan nilai
PDB tanaman hias memiliki kolerasi positif dengan peningkatan PDB hortikultura dan mengindikasikan bahwa tanaman hias memiliki potensi untuk terus
dikembangkan. Hal tersebut terlihat dari perkembangan nilai PDB yang berasal dari tanaman hias dari tahun 2004 hingga 2008. Pada tahun 2004 nilai PDB
tanaman hias adalah sebesar Rp 4.609 milyar dan terus meningkat hingga mencapai Rp 6.091 milyar di tahun 2008.
Peningkatan kontribusi tanaman hias ini antara lain dikarenakan adanya peningkatan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia, baik yang berasal dari
bunga potong, daun potong, bunga pot dan taman, maupun bunga tabur. Tabel 2
memperlihatkan produksi tanaman hias di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008.
Tabel 2.
Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008
Komoditi Produksi Unit
2004 2005
2006 2007
2008 Bunga
Potong 158.522.843
173.240.364 166.645.684 179.374.218 205.564.659 Daun
Potong 1.082.596
1.131.621 905.039
2.041.962 12.018.794
Bunga Pot dan
Taman 530.325
751.505 986.340
1.171.768 11.159.352
Bunga Tabur
29.313.103 22.552.537
24.795.996 15.775.751
20.388.119 Total
189.448.867 197.676.027 193.333.059 198.363.699 249.130.924
Sumber: Data BPS, diolah melalui Ditjen Hortikultura 2008
Secara umum, produksi tanaman hias tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2004 hingga 2008. Peningkatan jumlah produksi terbesar terjadi pada tahun
2008. Jumlah produksi bunga potong meningkat dari 179.374.218 unit menjadi 205.564.659 unit, yaitu meningkat sebesar 14,6 persen. Sama halnya dengan
bunga potong, jumlah produksi daun potong pun meningkat dari 2.041.962 unit menjadi 12.018.794 unit dengan peningkatan sebesar 488,6 persen. Peningkatan
4 yang sangat besar terjadi pada tanaman bunga pot dan taman yang meningkat dari
1.171.768 unit pada tahun 2007 menjadi 11.159.352 unit atau setara dengan 852,4 persen. Bunga tabur pun turut mengalami peningkatan di tahun 2008 dari
15.775.751 unit menjadi 20.388.119 unit atau sebesar 25,6 persen. Grafik pergerakan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2004 hingga 2008
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.
Grafik Pergerakan Jumlah Produksi Tanaman Hias
Sumber: Data BPS, diolah melalui Ditjen Hortikultura 2008
Berbagai komoditi tanaman hias tersebut diproduksi di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Jawa Barat. Dari 22 wilayah kabupaten dan kota
di Propinsi Jawa Barat terdapat beberapa daerah sentra produksi tanaman hias, yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kabupaten dan Kota Bogor, Cianjur,
Depok dan Sukabumi. Kegiatan usaha tanaman hias dilakukan di berbagai daerah dengan melibatkan keluarga kecil maupun pengusaha.
Tanaman hias banyak dimanfaatkan untuk menyemarakkan berbagai acara, seperti selamatan kelahiran, perkawinan, dan kematian. Bahkan di beberapa
daerah, tanaman hias digunakan untuk acara keagamaan. Seiring dengan masuknya pengaruh peradaban barat, penggunaan tanaman hias semakin
meningkat. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah. Bahkan pemanfaatan
tanaman hias telah berkembang menjadi sarana komunikasi personal untuk menyatakan rasa duka maupun suka kepada teman dan kerabat karib.
Dengan semakin berkembangnya fungsi tanaman hias ini, berbagai karya inovasi dilakukan dengan merangkaikan tanaman hias dengan produk pertanian
yang lain sehingga lebih menarik dan kreatif. Hal ini juga bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian yang lain sehingga memunculkan
100.000.000 200.000.000
300.000.000
2004 2005
2006 2007
2008 Bunga Potong
Daun Potong Bunga Pot dan Taman
Bunga Tabur
5 rangkaian tanaman hias kreatif dengan berbagai macam karya inovasi. Dengan
demikian produk-produk yang dihasilkan dapat menambah kontribusi dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Ekonomi kreatif adalah kumpulan aktivitas ekonomi berbasis pengetahuan knowledge based economic activities yang secara intensif menggunakan
kreativitas dan inovasi sebagai primary input-nya untuk menghasilkan berbagai produk dan jasa yang menghasilkan nilai tambah Rajasa 2008. Ekonomi kreatif
memiliki berbagai sektor yang disebut industri kreatif. Industri kreatif adalah industri-industri yang berbasis kreativitas, keterampilan dan talenta yang memiliki
potensi peningkatan kesejahteraan serta penciptaan tenaga kerja dengan cara menciptakan dan mengeksploitasi Hak Kekayaan Intelektual HKI.
Ekonomi kreatif memiliki sektor yang disebut industri kreatif. Terdapat 14 subsektor yang merupakan industri berbasis kreativitas yaitu periklanan,
arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, video, film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan
percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan.
Data Departemen Perdagangan RI 2007 menunjukkan bahwa walaupun industri kreatif hanya berada pada peringkat sembilan dalam hal rata-rata
persentase PDB terhadap total PDB nasional 2002-2006 namun industri kreatif memiliki tren yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan PDB
sektoral industri kreatif memiliki rata-rata sebesar 4,84 persen pada tahun 2002- 2006. Pertumbuhan PDB terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 7,28 persen.
Pada tahun tersebut pertumbuhan PDB indsutri kreatif lebih besar daripada rata- rata pertumbuhan PDB nasional tahun 2006 yang hanya mencapai 5,48 persen.
Rata-rata pertumbuhan PDB Sektoral Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 3.
6
Tabel 3.
Rata-rata Pertumbuhan PDB Sektoral Indonesia Tahun 2003-2006 No
Lapangan Usaha 2003
2004 2005
2006 Rata-
rata 1
Pengangkutan dan komunikasi
12,19 13,38
12,97 13,64
13,05 2
Bangunan 6,10
7,49 7,42
8,97 7,49
3 Perdagangan, hotel, dan
restoran 5,45
5,70 8,38
6,13 6,42
4 Keuangan, real estate
dan jasa perusahaan 4,79
7,31 6,73
5,72 6,14
5 Listrik, gas, dan air
bersih 4,87
5,30 6,30
5,87 5,58
6 Industri pengolahan
6,14 6,68
5,19 4,11
5,53
7 Jasa
kemasyarakatanPublic Services
4,18 5,32
5,40 6,47
5,34 8
Industri kreatif 4,93
5,73 1,41
7,28 4,84
9 Pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan
3,79 2,82
2,66 0,98
3,06 10
Pertambangan dan penggalian
-1,37 -4,48
3,11 2,21
0,13 Pertumbuhan Nilai PDB
Industri Kreatif 4,78
5,03 5,68
5,48 5,24
Sumber: Departemen Perdagangan RI 2007
Pengembangan industri kreatif secara tidak langsung juga akan merangsang perkembangan produk-produk pertanian sebagai salah satu sumber
bahan baku industri kreatif. Selain itu peran industri kreatif juga dapat dioptimalkan sebagai pengembangan ekonomi pedesaan. Melalui pengembangan
industri kreatif diharapkan perbaikan perekonomian tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi namun juga mengarah pada distribusi pendapatan di
kalangan masyarakat. Industri kreatif berbasis pertanian perlu dikembangkan karena Indonesia
memiliki sumberdaya terbarukan yang melimpah. Pertanian merupakan salah satu tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Sektor pertanian memegang
peran penting dalam perekonomian negara. Pada masa krisis ekonomi, hanya sektor pertanian yang mampu bertahan dan masih dapat tumbuh. Namun, di masa
yang akan datang, perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat terhadap pertanian akan berubah. Hal ini tampak dari berkurangnya minat generasi muda
7 untuk menekuni bidang pertanian. Untuk mencegah kejenuhan terhadap pertanian
diperlukan kreativitas untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, alternatif lapangan kerja, dan pendapatan rumah tangga Setiawan 2008.
Pertanian di masa yang akan datang dituntut untuk lebih kreatif dan ramah terhadap lingkungan dengan harga jual produk yang kompetitif. Langkah awal
pengembangan usaha industri kreatif berbasis pertanian adalah dengan membentuk mindset kreatif sejak dini. Salah satu cara pembentukan mindset
kreatif dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang merangsang kreativitas, salah satunya dengan menghadirkan produk rangkaian tanaman hias kreatif yang
dapat menambah nilai tambah pertanian. Dalam menjawab tantangan tersebut, maka didirikanlah Cresh Creative Shop yaitu sebuah toko khusus yang menjual
produk rangakaian tanaman hias kreatif. Cresh diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan pendekatan
minat anak-anak, remaja, dan dewasa terhadap pertanian, menjadi sarana memunculkan kreativitas terutama produk pertanian, serta mampu membentuk
mindset baru pertanian yang lebih baik. Pendirian Cresh difokuskan pada
pengembangan produk rangkaian tanaman hias kreatif dengan cara meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, khususnya tanaman hias dengan kreativitas
dan inovasi, baik tampilan fisik, kemasan, atribut, maupun promosinya.
1.2. Perumusan Masalah