BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Institusi Sosial
Lembaga kemasyakatan merupakan terjemaan langsung dari istilah social- institution. Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan
salah satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar manusia saat mereka menjalani kehidupan
bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup. soekanto, 199:2003 BKM Badan Kemakmuran Masjid merupakan salah satu wadah
kegiatan keagamaan yang telah melembaga di kalangan masyarakat khususnya masyakat muslim.
Agama merupakan suatu institusi yang penting yang mengatur kehidupan manusia . Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan poa-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut ”Agama” religius. Banyak dari
apa yang berjudul agama termasuk dalam superstruktur : Agama terdiri atas tipe- tipe simbol, citra, kepercayaan, dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk
manusia menginterpretasikan eksistensi mereka. Akan tetapi, karena agama juga mengandung komponen ritual, maka sebagian agama tergolong juga dalam
struktur sosial. Peranan utamanya ialah sebagai integrator kemasyarakatan. Agama
mengikat orang-orang menjadi satu dengan mempersatukkan mereka disekitar seperangkat kepercayaan, nilai, dan ritual bersama. Dengan demikian, agama
membantu memelihara masyarakat atau kelompok sebagai suatu komunitas moral. Ishomudhin, 2002 : 29,38 Untuk menerapkan fungsi-fungsi tersebut tak jarang
pemeluk agama membentuk suatu wadah formal atau semi formal bahkan tidak formal yang berbentuk suatu sistem tertentu.
2.2 Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim 1858-1917 dalam mengembangkan teori sosiologi. Durkheim dalam Lawang, 1994:181
menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu danatau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan
kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan
kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari
hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya,
solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian
tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri:
1. yang satu mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa
perantara. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari
masyarakat, karena individu tergantung dari bagian-bagian yang membentuk masyarakat tersebut,
2. solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang
berbeda dan khusus, yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanyalah satu saja.
Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu dibedakan,
3. dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga, yang akan
memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu merupakan bagian dari masyarakat yang tidak
terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya dalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern.
Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas
sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern.
Pandangan Durkheim mengenai masyarakat adalah sesuatu yang hidup, masyrakat berpikir dan bertingkah laku dihadapkan kepada gejal-gejal sosial atau
fakta-fakta sosial yang seolah-olah berada di luar individu. Fakta sosial yang berada di luar individu memiliki kekuatan untuk memaksa. Pada awalnya, fakta
sosial berasal dari pikiran atau tingkah laku individu, namun terdapat pula pikiran dan tingkah laku yang sama dari individu-individu yang lain, sehingga menjadi
tingkah laku dan pikiran masyarakat, yang pada akhirnya menjadi fakta sosial. Fakta sosial yang merupakan gejala umum ini sifatnya kolektif, disesbabkan oleh
sesuatu yang dipaksakan pada tiap-tiap individu.
2.3 Solidaritas Mekanik dan Organik
Sumber utama bagi analisa Durkheim mengenai tipe-tipe yang berbeda dalam solidaritas dan sumber-sumber struktur sosialnya. Tujuan keseluruhan dari
karya klasik ini adalah untuk menganalisa pengaruh atau fungsi kompleksitas dan spesialisasi pembagian kerja dalam struktur sosial dan perubahan-perubahan yang
diakibatkanya dalam bentuk pokok solidaritas sosialnya. Singkatnya pertumbuhan dalam pembagian kerja meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosial dari
solidaritas mekanik ke solidaritas organik.
Durkheim menggunakan istilah solidaritas mekanik dan organik untuk menganalisa masyarakat keseluruhannya. Solidaritas mekanik didasarkan pada
suatu ”kesadaran kolektif” bersama, yang menunjuk pada totalitas kepercayaan- kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga
msyarakat yang sama itu. Itu merupakan suatu solidaritas yang tergantung pada individu-individu yang meliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan
dan pola normatif yang sama pula. Karena itu individulaitas tidak berkembanag; individualitas itu terus-menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali
untuk konformitas.
Bagi Durkheim indikator yang paling jelas untuk solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang bersifat menekan itu.
Hukum-hukum ini mendefinisikan setiap perilaku sebagai suatu yang jahat yang mengancam atau melanggar kesadaran kolektif yang kuat. Sedangkan solidaritas
mekanik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi.
Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil bertambahnya dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan, yang memungkin kan dan
juga menggairahkan bertambahnya perbedan dikalangan individu. Munculnya perbedaan-perbedaan dikalangan individu merombak kesadaran kolektif itu, yang
pada giliranya menjadi kurang penting lagi sebagai dasar utnuk keteraturan sosial yang dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang bertambah
antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Seperti dikatakan Durkheim; ”itulah pembagian kerja yang terus
saja mengambil peran yang tadinya diisi oleh kesadaran kolektif”. dalam Lawang, 2000:183-184
BAB III METODOLOGI PENELITIAN