Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton
TBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat ditekan hanya 24 tonjam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yang
akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan maksimal ± 60 dari seluruh tandan buah segar yang di- olah.
2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP dianggap
mewakili PKS pada umumnya oleh Bank Dunia 2006 diketahui bahwa kualitas limbah cair inlet yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air
penerima limbah adalah seperti yang disajikan pada Tabel 3.3. berikut.
Tabel 3.3. Kualitas Limbah Cair inlet Pabrik Kelapa Sawit PKS No.
PARAMETER LINGKUNGAN
SAT. LIMBAH CAIR
BAKU MUTU MENLH
KISARAN RATA-RATA
1. BOD
mgl 8.200
– 35.000 21.280
250 2.
COD mgl
15.103 - 65.100 34.720
500 3.
TSS mgl
1.330 - 50.700 31.170
300 4.
Nitrogen Total mgl
12 - 126 41
20 5.
Minyak dan Lemak mgl
190 - 14.720 3.075
30 6.
PH -
3,3 - 4,6 4.0
6 - 9
Sumber: Dirjen Pertanian 2006
3.2.2. Pengenalan Limbah Cair Hasil Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah limbah cair atau yang lebih dikenal dengan POME palm oil mill effluent. POME ialah air buangan yang
dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air
Universitas Sumatera Utara
hidrosiklon, dan sludge separator. Setiap ton TBS yang diolah akan terbentuk sekitar 0,6 hingga 1 m3 POME. POME kaya akan karbon organik dengan nilai
COD lebih 40 gL dan kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan 0,5 gL sebagai nitrogen ammonia dan total nitrogen. Sumber POME berasal dari unit pengolahan
yang berbeda, terdiri dari: 1.
60 dari total POME berasal dari stasiun klarifikasi 2.
36 dari total POME berasal dari stasiun rebusan 3.
4 dari total POME berasal stasiun inti.
3.2.3. Teknologi Pengolahan POME
Secara konvensional pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dilakukan dengan sistem kolam yang terdiri dari kolam anaerobik dan aerobik
dengan total waktu retensi sekitar 90-120 hari Wulfert et al., 2000. Keuntungan dari cara ini antara lain adalah:
1. Sederhana
2. Biaya investasi untuk peralatan rendah
3. Kebutuhan energi rendah
Teknologi sistem kolam merupakan penanganan limbah cair pabrik kelapa sawit LCPKS yang dianggap paling mudah dan murah bagi pabrik kelapa sawit
karena limbah diolah dengan menggunakan prinsip instalasi penanganan air limbah IPAL yang bersifat
end of pipe
PPKS, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Recovery Tank Kolam akhir
Kolam Aerobik
Sungai Deoiling Tank
Kolam pendinginan
Penetralan Kolam Fakultatif
Kolam Anaerobik kedua
Kolam anaerobik pertama
Seedling Pond S
umber: PPKS 2000
Gambar 3.3. Teknologi Penanganan Limbah Cair Sistem Kolam
Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, sistem kolam mempunyai beberapa kerugian antara lain :
1. Kebutuhan areal untuk kolam cukup luas, yaitu sekitar 5 ha untuk pabrik
kelapa sawit PKS dengan kapasitas 30 ton TBSjam. 2.
Perlu biaya pemeliharaan untuk pembuangan dan penanganan lumpur dari kolam. Untuk PKS yang menggunakan separator 2 fase, praktis semua lumpur
sludge yang berasal dari buah mengalir ke kolam. Padatan tersuspensi dari lumpur ini tidak akansedikit didegradasi sehingga konsentrasinya akan
semakin meningkat dan akan mengendap di dasar kolam akan semakin menurun sehingga waktu retensi limbah akan turun dan kapasitas
perombakkan kolam juga turun.
Universitas Sumatera Utara
3. Hilangnya nutrisi. Semua nutrisi yang berasal dari limbah N, P, K, Mg, Ca
akan hilang pada waktu limbah dibuang ke sungai. 4.
Emisi gas metana ke udara bebas. Hampir semua bahan organik terlarut dan sebagian bahan organik tersuspensi didegradasi secara anaerobik menjadi gas
metana dan karbondioksida. Emisi gas metana ke udara bebas dapat menyebabkan efek rumah kaca yang besarnya 20 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan karbon dioksida. Jumlah gas metan yang diproduksi kolam limbah anaerobik sekitar 10 m3 setiap ton TBS diolah.
Dengan memperhatikan kerugian pada penggunaan sistem kolam, maka perlu dikembangkan konsep alternatif pengolahan POME secara terpadu yaitu
Zero Waste Concept
. Pada tahap pertama, lumpurpadatan tersupsensi dipisahkan dengan dekanter
atau
dissolved air floatation
dengan tujuan : 1.
Mengurangi kandungan COD, BOD, nitrogen dan pasir 2.
Mengurangi masalah pada proses pengolahan berikutnya seperti foaming, sedimentasi dan penyumbatan pipa outlet reaktor karena adanya lumpur.
Setelah lumpur dipisahkan, limbah cair yang kandungan utamanya adalah padatan terlarut di pompakan ke reaktor anaerobik, dimana akan terjadi :
1. Perombakan bahan organik menjadi biogas
2. Proses perombakan terjadi dalam waktu yang singkat dengan kinerja yang
tinggi 3.
Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dan disimpan menggunakan reaktor
Universitas Sumatera Utara
Apabila energi menjadi faktor yang penting, fraksi lumpur dapat diolah secara anaerobik dalam reaktor anaerobik berpengaduk untuk produksi biogas.
Lumpur yang sudah diolah dapat digunakan sebagai pupuk bersama dengan limbah cair untuk memanfaatkan nutrisinya. Lumpur juga dapat dikeringkan
dengan drum drier untuk dijadikan pakan ternak. Pemanfaatan lain dari lumpur adalah untuk produksi kompos bersama-sama dengan tandan kosong sawit.
Lumpur dicampur dengan TKS yang telah dirajang dan dibiarkan beberapa minggu sampai menjadi kompos. Dengan cara ini akan terjadi penguapan air pada
lumpur. Tumpukan kompos ini harus dibalik secara periodik agar proses penguapan maksimal.
Abu Pupuk Mineral
Nutrisi TBS
Energi Pengolahan
Pembakaran Pengomposan
Fermentasi Penanaman
Biogas Nutrisi
Serat, cangkang Tandan kosong
Limbah Cair
Kompos Air
Sumber: PPKS 2014
Gambar 3.4.
Zero Waste Concept
Limbah materi dari produksi kelapa sawit seperti itu diproduksi dalam jumlah besar dengan sedikit utilisasi. Secara umum tandan buah segar mengandung 21
kelapa sawit, 6-7 palm kernel, 14-15 serat, 6-7 cangkang dan 23 kosong tandan buah Husain et al , 2002 . Menurut Fao, produksi minyak sawit dunia
Universitas Sumatera Utara
adalah 45 juta ton pada 2009 Fao, 2013. Dunia memperkirakan produksi sawit dari cangkangnya adalah 10 juta ton per tahun.
Saat ini, kelapa sawit menggunakan cangkang dengan batu bara sebagai pembangkit listrik tenaga panas untuk menghasilkan listrik dan panas. Penguatan
tak beraspal dari permukaan jalan di kebun ini juga sangat umum untuk utilisasi minyak sawit mentah Shell Mekhilef , et al., 2010. Hal kecil lain yang menarik
yaitu menggunakan minyak sawit dari utilisasi cangkang sebagai langkah nyata untuk mengurangi berat. Hasil studi mengindikasikan bahwa beton dibuat dengan
campuran itu akan 19 lebih ringan daripada campuran normal Shafigh Reel, et al., 2013.
3.2.4. Pengolahan Limbah Cair Sebagai Sumber Energi