Verba Gerakan Agentif dalam Bahasa Batak Toba Kajian Semantik

(1)

LAMPIRAN 1: LEKSIKON VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

No. Data Bahasa Indonesia Terjemahan dalam bahasa Batak Toba

1. Pergi Laho

2. Datang Ro

3. Berangkat Borhat

4. Berlari Marlojong, marikat

5. Berjalan Mardalan

6. Terjun Manimbung

7. Pindah Meret, pidda

8. Berenang Marlange

9. Melompat Mangakat

10. Mendaki Manakkohi

11. Memanjat Manjangkit 12. Menyelam Marhonong 13. Merantau Mangaratto

14. Melintas Mamolus


(2)

No. Data Bahasa Indonesia Terjemahan dalam bahasa Batak Toba

16. Singgah Maradi

17. Melewati Manalpui 18. Melangkah Mangalangka

19. Mencebur Marukkor

20. Pulang Mulak

21. Berbelok Marlegot 22. Menyebrang Manaripari 23 Menjelajah Mangadangi


(3)

LAMPIRAN 2: DAFTAR KLAUSA

No. Data Bahasa Indonesia Terjemahan dalam Bahasa Batak Toba

1. Pindah kamu dari sini! Meret ho sian ni! 2. Tamu kami datang. Ro tutur nami.

3. Kami pulang dari ladang. Mulak hami sian balian. 4. Mamak pergi ke pasar. Laho inong tu pasar. 5. Ayo berangkat ke sekolah. Beta borhat tu sikola.

6. Beli dulu sabun lari kamu! Tuhor jo sabun marlojong ho! 7. Kami memanjat pohon mobe. Manjangkit hau ni mobe hami.

8. Kami berenang di sungai Marlange hami di sunge. 9. Dia sudah pergi merantau ke Medan. Nunga laho mangaratto ibana

tu Medan.

10. Kita mengungsi ke balige. Mangungsi ma hita tu Balige. 11. Kamu melompat dari sini. Mangangkat ma ho siani.

12. Kami hanya melintas tadi. Holan mamolus do hami nangkin.

13. Kita singgah disini. Maradi ma hita di son. 14. Kita berjalan saja ke Balige. Mardalan ma hita tu Balige. 15. Kami mau pergi menjelajah ke Porsea. Naeng laho mangadangi hami

tu Porsea.


(4)

17. Kami datang ke rumah opung Donna sekarang.

Ro hami sonari to jabuni opung Donna.

No. Data Bahasa Indonesia Data Terjemahan Bahasa Batak Toba

18. Dia sudah pulang. Nunga mulak be ibana. 19. Mereka sudah pergi ke kampung. Nunga laho halaki tu huta. 20. Kami berangkat ke kampung paman kami. Borhat do hami tu huta ni

tulang nami.

21. Dia berlari mengejar anjing itu. Marlojong ibana mangadu biangi.

22. Kami terjun ke danau Toba. Nanimbung hami tu tao Toba. 23. Kami mendaki gunung Sinabung. Manakkok tu dolok Sinabung

hami.

24 Tigor memanjat pohon mangga. Manjangkit hau mangga si Tigor.

25. Kami mendaki gunung kalau mau pergi ke rumahmu.

Manakkok dolok hami molo naeng laho tu jabumu.

26. Dia terjun ke sungai. Manimbung ibana to sunge. 27. Kami berenang di danau Toba. Marlange do hami di tao

Toba. 28. Kami menyelam di laut untuk melihat

ikan.

Marhonong hami di laut tu mamereng dekke.

29. Kami melewati rumahmu. Manalpui jabumu hami.

30. Kami menyeberang sungai pergi keladang. Manaripari sunge hami tu balian.

31. Kami mengungsi dulu ke gunung. Mangungsi ma jo hami tu dolok.


(5)

33. Kami melintas dari Parapat. Mamolus do hami sian Parapat.

No. Data Bahasa Indonesia Data Terjemahan Bahasa Batak Toba

34. Kami melangkah tangga di danau. Mangalakkai tangga hami di tao.

35. Kami berjalan kaki ke danau Toba. Mardalan pat hami laho tu tao Toba.

36. Kami singgah di pinggir jalan ini. Maradi hami di lambung ni dalani.

37. Kami pergi menjelajah ke Sirongit Laho mangadangi hami tu Sirongit.

38. Berbelok-belok jalan di Parapat. Marlegot-legot dalan di Prapat.

39. Kami hanya menjelajah saja tadi. Halan na mangadangi do hami nangkin.

40. Kami hanya melewatinya saja tadi. Halan manalpui do hami nangkin.

41. Dia lari ketakutan karena pria itu. Marlojong ibana alani mabiar tu baoa i.

42. Kami akan pindah dari rumahmu Pidda ma hami sian jabumu. 43. Ayo kita pergi ke sungai. Beta hita marlange tu sunge. 44. Kami memanjat pohon semalam. Manjangki hau do hami

nabodari.

45. Kami akan pulang ke Laguboti. Mulak ma hami tu Laguboti. 46. Kami berbelok ke kiri. Marlegot tu kiri do hami.


(6)

LAMPIRAN 3 : PARAFRASE MAKNA VERBA POTONG

(1)laho ‛pergi’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) X menginginkan ini

(c) X bergerak seperti ini (2) borhat ‛berangkat’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat

(b) SEBELUM INI, X BERGERAK KE TEMPAT YANG SAMA (c) X menginginkan ini

(d) X bergerak seperti ini (3)marnaripari ‛menyeberang’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X memikirkan seperti ini:

(c) sesuatu yang ada disebelah sana (d) karena ini, aku harus beraba disana (e) X bergerak seperti ini

(4)mulak ‛pulang’

(a) Pada waktu itu, X bergerak dari suatu tempat

(b) sebelum ini, X bergerak DARI TEMPAT YANG SAMA (c) X mengingikan ini

(d) X bergerak seperti ini (5)ro ‛datang’

(a) Pada waktu itu, X bergerak dari suatu tempat (b) X mengingikan ini

(c) X bergerak seperti ini (6)marlange ‛berenang’

(a) pada waktu itu, ‛X bergerak di atas Y’

(b) X menggerakan kedua tangan dan kedua kakinya di tempat ini (c) X menginginkan ini

(d) X bergerak seperti ini (7)marhonong ‛menyelam’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke dalam Y

(b) selama beberapa waktu, X berada ditempat ini (c) X menginginkan ini


(7)

(8)marukkor ‛mencebur’

(a) pada waktu ini, X bergerak ke dalam Y

(b) X menggerakkan KEDUA KAKINYA KE BAWAH

(c) DALAM WAKTU YANG SINGKAT, X berada ditempat ini (d) X mengingikan ini

(e) X bergerak seperti ini (9)marlojong ‛berlari’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat

(b) X menggerakkan kedua kakinya dalam WAKTU YANG SINGKAT (c) X menginginkan ini

(d) X bergerak seperti ini (10)mardalan ‛berjalan’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) X menggerakkan kedua kakinya

(c) X menginginkan ini (d) X bergerak seperti ini (11)manimbung ‛terjun’

(a) pada waktu ini, X bergerak ke bawah Y (b) X menggerakkan KEDUA KAKINYA

(c) dalam waktu yang singkat, X berada ditempat ini (d) X mengingikan ini

(e) X bergerak seperti ini (12)mangaratto ‛merantau’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X menginginkan seperti ini:

(c) aku tidak dapat hidup di tempat ini

(d) karena itu, aku ingin melakukan sesuatu di tempat yang lain (e) X bergerak seperti ini

(13)mangadangi ‛menjelajah’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X menginginkan seperti ini:

(c) aku MERASA ADA SESUATU DI TEMPAT INI (d) karena itu, aku ingin MENGETAHUI TEMPAT INI (e) X bergerak seperti ini

(14)marlegot ‛berbelok’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke SAMPING (b) X bergerak dalam waktu yang singkat (c) X mengingikan ini


(8)

(15)mamolus ‛melintas’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke depan Y (b) X bergerak dalam waktu yang singkat (c) X mengingikan ini

(d) X bergerak seperti ini (16)mangangkat ‛melompat’

(a) pada waktu itu, ‛X bergerak di atas Y’ (b) X menggerakan kedua kakinya KE DEPAN (c) X bergerak dalam WAKTU YANG SINGKAT (d) X menginginkan ini

(e) X bergerak seperti ini (17)manjangkit ‛memanjat’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke atas (b) X bergerak selama beberapa waktu

(c) X menggerakkan kedua TANGAN dan kakinya di tempat ini (pohon) (d) X menginginkan ini

(e) X bergerak seperti ini (18)manakkok ‛mendaki’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke atas (b) X bergerak selama beberapa waktu

(c) X menggerakkan kedua kakinya di tempat ini (gunung) (d) X menginginkan ini

(e) X bergerak seperti ini (19)pidda ‛pindah’

(a) X bergerak dari A ke B

(b) X bergerak selama beberapa waktu (c) sebelum X ini di tempat A

(d) setelah X ini di tempat B (20)mangungsi ‛mengungsi’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X memikirkan seperti ini:

(c) sesuatu yang buruk terjadi ditempat ini

(d) karena ini, aku merasakan sesuatu yang buruk (e) X bergerak seperti ini

(21)maradi ‛singgah’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) X di tempat ini, SELAMA BEBERAPA WAKTU (d) X mengingikan ini


(9)

LAMPIRAN 4: DATA INFORMAN

1. Nama : Mida Tambunan

Umur : 55 Tahun Pekerjaan : Petani Pendidikan : SMP

Alamat : Gonting Desa Lumban Pea Timur

2. Nama : Seibulon Tambunan

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Petani Pendidikan : SLTA

Alamat : Tambunan Desa Lumban Pea Timur

3. Nama : Elfriska Hutajulu

Umur : 37 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Beratha, N.L. Suciati. 2000. ‛‛Struktur dan Peran Semantis Verba Ujaran Bahasa

Bali”. Linguistika, Vol. III (15): 242-256. Denpasar. Frawley, W.1992. Linguistic Semantics. New Jersy : Lawrence.

Giovani. 2014. ‛‛Verba POTONG Dalam Bahasa Batak Toba”. (Skripsi) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Goddard, C. 1998. Semantic Analysis. Oxford: Oxford University Press.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyadi. 1998. Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia. (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Mulyadi. 2000. ‛‛Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia”. Linguistika, Vol. 13 (43) : 40-51 .

Mulyadi. 2009. ‛‛Kategori dan Peran Semantis Verba dalam Bahasa Indonesia”. Logat, Vol.1 (1): 56-65.

Mulyadi. 2012. ‛‛Verba Emosi Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Asahan: Kajian Semantik Lintas Bahasa”. Program Doktor Linguistik Universitas Udayana.

Mulyadi. 2014. ‛‛Verba Mirip Takut dalam Bahasa Melayu Asahan”.

Mulyadi dan Siregar. 2006. ‛‛ Aplikasi Teori Metabahasa Makna Alami dalam Kajian Makna”. Logat, Vol. 2 (2): 69-75.

Subiyanto, Agus. 2008. ‛‛ Verba Gerakan Bukan Agentif Bahasa Jawa: Tinjauan Metabahasa Semantik Alami”. Linguistika, Vol. 32 (3): 265-289. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Warneck, J. 2012. Kamus Bahasa Batak Toba-Indonesia. Penerjemah P.Leo, OFMCap. Medan: Bina Media. Terjemahan dari Toba Bataks-Nederlands Woordenboek.


(11)

Wierzbicka, A. 1996. Semantics: Primes and Universal. Oxford: Oxford University Press


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Perkembangan bahasa Batak Toba dipengaruhi oleh jumlah penutur bahasa Batak Toba. Penutur bahasa ini sekitar lima juta orang (Badan Statistik Kabupaten Toba Samosir 2013). Secara geografis penutur bahasa Batak Toba tinggal di Kab.Tapanuli Utara, Kab. Samosir, Kab. Humbang Hasundutan, dan Kab. Toba Samosir yang berada di bagian tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara, yakni di punggung Bukit Barisan yang terletak di antara 10 20’ – 20 4’ LU dan 98010’ – 90035’BT.

Berdasarkan keempat kabupaten tersebut, penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Pea Timur Kec. Balige, Kab. Toba Samosir. Desa Lumban Pea Timur berbatasan dengan Desa Lumban Pea, Desa Lumban Gaol dan Desa Baruara. Perlu diketahui Desa Lumban Pea Timur belum termasuk desa yang maju. Desa ini memang sudah menggunakan listrik, tetapi belum menggunakan air bersih (PAM). Desa Lumban Pea Timur didiami oleh suku Batak Toba. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan penduduknya adalah bahasa Batak Toba. Kemungkinan terjadi interferensi dari bahasa lain kecil. Atas pertimbangan inilah Desa Lumban Pea Timur dipilih sebagai lokasi penelitian.


(13)

Perjalanan dari ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan ke Desa Lumban Pea Timur dapat ditempuh dengan transportasi darat, seperti angkutan umum, mobil, sepeda motor, dan kendaraan roda tiga. Waktu tempuh dari ibu kota kabupaten ke Desa Lumban Pea Timur adalah 60 menit dan dari ibukota kecamatan ke Desa Lumban Pea Timur adalah 30 menit.

Letak Desa Lumban Pea Timur dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian (Sumber: http://www.tobasakab.go.id)


(14)

Penduduk Desa Lumban Pea Timur berjumlah 680 orang, dan terdiri atas 328 perempuan, dan 352 laki-laki. Pekerjaan Desa Lumban Pea Timur dapat dilihat dalam tabel berikut (Badan Pusat Statistik, 2013).

3.2 Sumber Data

Data penelitian ini ada dua yaitu, data lisan dan data tulis. Data lisan diperoleh dari penutur bahasa Batak Toba berdasarkan syarat-syarat berikut:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita. 2. Berusia 25-65 tahun.

3. Orang tua, istri/suami informan yang dibesarkan di desa itu serta jarang/tidak pernah meninggalkan desanya.

4. Berstatus sosial menengah (tidak rendah/tidak tinggi dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.

5. Memiliki kebanggan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya 6. Sehat jasmani dan rohani (Mahsun, 1995 : 106).

Berdasarkan persyaratan di atas informan penelitian ini berjumlah tiga orang, terdiri atas satu perempuan dan dua laki-laki. Dari ketiga informan itu satu orang menjadi informan kunci, serperti tampak pada gambar 3.3.


(15)

Gambar 3.3 Informan kunci

Wawancara dilakukan pada malam hari sekitar pukul 18.00-20.00 WIB dan pada hari Sabtu dan Minggu. Biasanya wawancara dilakukan di rumah informan.Pada saat penelitian, tidak ada hambatan karena peneliti adalah bagian dari masyarakat sehingga dengan mudah berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

Data tulis diperoleh dari Kamus Batak Toba Indonesia (Warneck, 2012). Pemilihan sumber itu didasarkan syarat kebahasaannya sesuai dengan kaidah. Data intuitif juga digunakan sebagai data pelengkap. Tujuannya untuk melengkapi data yang sudah ada dan data intuisi juga digunakan untuk menguji keberterimaan yang disediakan oleh narasumber.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1993: 133-137). Data lisan dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap, yaitu peneliti terlibat langsung dalam dialog dengan narasumber. Pada


(16)

topik pembicaraan peneliti berusaha memunculkan calon data sambil merekam pembicaraan (Sudaryanto, 1993: 133).

Pada teknik simak bebas libat cakap, peneliti tidak terlibat dalam dialog. Peneliti berperan sebagai pemerhati yang menyimak pembicaraan orang-orang yang sedang berdialog. Teknik simak bebas libat cakap juga efektif digunakan untuk menjaring data tulis. Di sini pencatatan berperan penting untuk menjaring data. Teknik simak bebas libat cakap didukung dengan teknik rekam dan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133-135).

Data verba gerakan agentif yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan ciri semantis yaitu arah, cara dan jalur. Tahapan-tahapan pengelompokan data ialah sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data yang termasuk verba gerakan agentif.

2. Mengelompokkan data yang termasuk verba gerakan agentif berdasarkan ciri semantis arah, cara dan jalur.

3. Data yang memiliki ciri semantis yang sama dikelompokkan pada komponen semantis yang sama.

Verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba dikelompokkan berdasarkan ciri semantis. Misalnya, pengelompokan laho ‛pergi’, borhat ‛berangkat’, dan mardalan ‛berjalan’ diilustrasikan pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Pengelompokan Data No Verba

Ciri Semantis

Arah Cara Jalur

1 Laho ‛pergi’ + + +

2 mardalan ‛berjalan’ + + +


(17)

3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis data yang merupakan langkah terpenting untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih yang didukung dengan metode padan terutama dalam menentukan makna verba (Sudaryanto, 1993: 13-31).

Dalam metode padan, alat penentunya adalah di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode pada digunakan untuk menganalisis dan membandingkan makna.

Verba gerakan agentif yang memiliki ciri yang sama dikelompokkan pada komponen semantis yang sama dengan menggunakan teknik hubung banding sama. Contoh: laho ‛pergi’, mangalaka ‛melangkah’, dan mardalan ‛berjalan’. Dari ciri-ciri itu dirumuskan komponen ‛ Pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat’.

Alat penentu dalam metode agih adalah unsur bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Metode agih berperan penting dalam mengidentifikasi butir-butir leksikal yang secara intuitif tergolong verba gerakan agentif untuk menetapkan kategorisasi verba gerakan agentif. Butir-butir leksikal yang termasuk verba gerakan agentif dikumpulkan dan verba gerakan agentif tersebut dikelompokkan berdasarkan ciri semantisnya.

Teknik analisis yang digunakan ialah teknik ganti untuk menguji verba gerakan agentif di dalam kalimat dan teknik parafrase untuk menetapkan kategorisasi makna . Misalnya, untuk mengetahui makna marlojong ‛berlari’


(18)

dibandingkan dengan kata-kata lain dalam satu ranah semantis misalnya, mamolus ‛melintas’, seperti pada contoh di bawah ini.

(9) Mamolus/marlojong do hami di jolomu Melintas/berlari T 1Jmk Prep depanmu

‛Kami melintas/berlari di depanmu.’

(10) Marlojong/?mamolus hami mangadu ibana Berlari/?melintas 1Jmk AKT kejar 3Tg

‛Kami berlari/?melintas mengejar dia.’

Pada contoh (9) verba marlojong ‛melintas’ dan mamolus ‛melintas’ berterima sedangkan pada contoh (10) verba mamolus ‛melintas’ tidak berterima. Pada contoh (9) verba marlojong ‛melintas’ dan mamolus ‛melintas’ berterima karena kedua verba tersebut pada contoh diatas sama-sama sedang melewati sesuatu. Pada contoh (10) verba mamolus ‛melintas’ tidak berterima karena dalam bahasa Batak Toba verba tersebut tidak digunakan untuk mengejar sesuatu.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil penelitian data disajikan dengan dua metode informal dan formal (Sudaryanto, 1993: 145). Metode informal adalah perumusan hasil analisis dengan kata-kata biasa, sedangkan penyajian metode formal diwujudkan melalui penggunaan tanda-tanda atau lambang-lambang. Tanda yang dimaksud di antaranya: tanda tambah (+), tanda kurang (-), tanda kurung biasa (( )), tanda bintang (*) dan tanda Tanya (?), tanda kurung kurawal ({}), tanda kurung siku ([ ]). Untuk menyampaikan hasil kajian dalam penilitian ini akan dimanfaatkan


(19)

kedua metode tersebut. Penggunaan tanda-tanda itu disebut teknik dasar, memperjelas contoh-contoh data.


(20)

BAB IV

VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

4.1 Pengantar

Bab ini membahas tentang hasil penelitian kategorisasi dan deskripsi makna Verba Gerakan Agentif dalam bahasa Batak Toba. Verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba dikelompokkan berdasarkan ciri semantisnya. Berdasarkan ciri semantisnya verba gerakan agentif terdiri dari satu kategorisasi, yaitu verba yang melakukan tindakan ( ‛pada waktu itu, X bergerak’). Makna yang dijelaskan pada bagian ini mengacu pada kategorisasi perbedaan makna yang satu dengan makna yang lain ditandai dengan huruf kapital.

4.2 Kategorisasi Verba Gerakan Agentif dalam bahasa Batak Toba

Kategorisasi verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba didasari oleh kesamaan pada komponen semantisnya. Tipe verba ini memiliki ciri yang sama pada satu ranah semantis. Melalui perangkat makna pada komponen semantis, informasi tentang sebuah verba dapat diungkapkan dengan jelas. Kategorisasi verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba ditentukan oleh pemetaan elemen semantis ke dalam berbagai komponen semantis sesuai dengan komponen semantis yang terbentuk elemen-elemennya. Di samping itu, berbagai komponen pada dasarnya adalah bagian dari suatu susunan semantis. Susunan semantis utama merangkum semua komponen semantis. Kategorisasi verba gerakan agentif berdasarkan komponen semantis dapat dilihat pada ilusturasi di bawah ini.


(21)

a. Pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat b. Pada waktu itu, X bergerak dari suatu tempat c. Pada waktu itu, X bergerak di atas Y

d. Pada waktu itu, X bergerak di depan Y e. Pada waktu itu, X bergerak ke atas f. Pada waktu itu, X bergerak ke samping

Komponen semantis di atas merupakan properti umum pada semua verba gerakan itu dalam bahasa Batak Toba. Kategorisasi verba gerakan itu dibatasi oleh komponen semantis di atas. Komponen semantis tersebut menjadi acuan dalam penetapan kategorisasi verba gerakan agentif .

4.2.1 ‛X bergerak ke suatu tempat ’

Kategori verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba yang mengacu pada komponen semantis ‛X bergerak ke suatu tempat ’ seperti laho ‛pergi’, borhat ‛berangkat’, mardalan ‛berjalan’, marlojong/marikat ‛berlari’, maradi ‛singgah’, mangaratto ‛merantau’, mangadangi ‛menjelajah’, mangungsi ‛mengungsi’ dan marnaripari ‛menyeberang’ . Verba gerakan agentif laho ‛pergi’ dan borhat ‛berangkat’ disebut satu kategori, karena kedua verba tersebut bergerak ke suatu tempat dalam melakukan tindakannya, seperti ilusturasi berikut.

(11) Nunga laho/borhat ibana tu kantor. Sudah pergi/berangkat 3Tg Prep kantor.


(22)

Pada contoh (11) terlihat jelas bahwa laho ‛pergi’ dan borhat ‛berangkat’ dibentuk oleh kombinasi arah dan tempat. Kemudian laho ‛pergi’ dan borhat ‛berangkat mempunyai arah gerakan yang sama (‛X bergerak ke suatu tempat ’). Laho ‛pergi’ dan borhat ‛berangkat’ gerakan yang terjadi ‛selama beberapa waktu’.

Selain verba laho ‛pergi’ dan borhat ‛berangkat, verba mardalan ‛berjalan’, marlojong dan marikat ‛berlari’ juga mengacu pada komponen semantis ‛X bergerak ke suatu tempat ’. Dalam bahasa Batak Toba verba marlojong dan marikat mempunyai makna yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu berlari. Verba ini bergerak ke suatu tempat dalam melakukan tindakannya. Ketiga verba ini mengungkapkan cara gerakan ketika bergerak, seperti ilusturasi berikut.

(12) Marlojong

Marikat ibana tu balian. berlari 3Tg Prep ladang Mardalan

Berjalan

‛Dia berlari ke ladang .’

Pada contoh (12) terlihat jelas bahwa verba mardalan ‛berjalan’, marlojong dan marikat ‛berlari’ dibentuk oleh kombinasi arah dan tempat. Kemudian verba mardalan ‛berjalan’, marlojong dan marikat ‛berlari’ mempunyai arah gerakan yang sama (‛X bergerak ke suatu tempat ’). Verba mardalan ‛berjalan’, marlojong dan marikat ‛berlari’ mengungkapkan cara gerakan.


(23)

4.2.2 ‛X bergerak dari suatu tempat ’

Komponen semantis ‛X bergerak dari suatu tempat ’ pada verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba seperti mulak ‛pulang’ dan ro ‛datang’. Dengan batasan komponen semantis diatas, verba gerakan agentif tersebut termasuk dalam satu kategori. Verba gerakan agentif tersebut bergerak dari suatu tempat ketika melakukan gerakan, seperti ilusturasi berikut.

(13) a. Nunga ro / mulak hami sian Medan. Sudah datang / datang 1Jmk Prep Medan

‛Kami sudah datang dari Medan.’

Pada contoh (13) verba ro ‛datang’ dan mulak ‛pulang’ menjalaskan bahwa gerakan yang dilakukan dapat terlihat secara spesifik. Verba ro ‛datang’, dan mulak ‛pulang’ mempunyai arah gerakan yang sama (‛X bergerak dari suatu tempat ’). Contoh diatas melakukan entitas berpindah secara sengaja dari suatu tempat. Mulak ‛pulang’ biasanya terjadi ketika seseroang meninggalkan tempat sebelumnya.

4.2.3 ‛X bergerak di atas sesuatu (Y) ’

Verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba yang termasuk dalam kategori mengacu pada komponen semantis ‛X bergerak di atas sesuatu (Y)’ seperti marhonong ‛menyelam’, marlange ‛berenang’, manimbung ‛terjun’, marukkor ‛mencebur’ dan mengangkat ‛melompat’. Verba marhonong ‛menyelam’, marlange ‛berenang’ yang terikat dalam satu komponen semantis


(24)

tersebut, termasuk dalam satu kategori. Verba ini begerak di atas suatu (air), seperti ilusturasi berikut.

(14) b. Marhonong/marlange ibana di tao Toba. Menyelam/berenang 3Tg Prep danau Toba

‛Dia berenang/menyelam di danau Toba.’

Pada contoh (14) verba gerakan marhonong ‛menyelam’, dan marlange ‛berenang’ menggunakan medium yang sama yaitu medium air. Kedua verba diatas mempunyai komponen ‛X bergerak di atas sesuatu (Y)’ menjalaskan bahwa kedua verba tersebut berada di atas sesuatu. Namun arah dari kedua verba tersebut berbeda marhonong ‛menyelam’ bergerak ke dalam sesuatu, sedangkan marlange ‛berenang’ adalah gerakan pada bidang datar.

Selain kedua verba diatas, verba mangankat ‛melompat’ juga mengacu pada komponen semantis ‛X bergerak di atas sesuatu (Y)’. Verba ini juga bergerak di atas sesuatu dalam melakukan tindakannya., seperti ilusturasi berikut.

(15) Mangakat Tigor tu boddar i. Melompat Tigor Prep rawa itu

‛Tigor melompat ke rawa itu.’

Pada contoh (15) verba mangankat ‛melompat’ mengungkapkan bahwa verba tersebut berada di atas suatu tempat. Yang mebedakan verba mangankat ‛melompat’ dengan verba marhonong ‛menyelam’, dan marlange ‛berenang’ adalah medium yang digunakan. Verba mangankat ‛melompat’ menggunakan


(25)

medium tanah sedangkan verba marhonong ‛menyelam’, dan marlange ‛berenang’ menggunakan medium air. Namun dari ketiga verba tersebut terdapat pada persamaan komponen semantisnya ‛X bergerak di atas sesuatu (Y) ’.

4.2.4 ‛X bergerak ke depan Y ’

Kategori verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba mengacu pada komponen semantis ‛X bergerak di depan Y ’ seperti manalpui ‛melewati’, dan mamolus ‛melintasi’ termasuk dalam satu komponen semantis yang sama. Dengan batasan komponen semantis diatas kedua verba gerakan agentif tersebut merupakan satu kategori. Verba gerakan agentif yang begerak di depan sesuatu dapat dibuktikan pada ilusturasi bawah ini.

(16) b. Mamolus/manalpui sian Parapat do hami. Melintas/melewati Prep Parapat 1Jmk ‛Kami melintas/melewati dari parapat.’

Pada contoh (16) verba gerakan agentif manalpui ‛melewati’, dan mamolus ‛melintasi’ menjalaskan bahwa kedua verba tersebut bergerak di depan sesuatu ‛X bergerak di depan Y ’. Verba gerakan manalpui ‛melewati’, dan mamolus ‛melintasi’ mempunyai ciri yang sama yaitu pungtual, bergerak dalam waktu yang singkat. Verba gerakan manalpui ‛melewati’, dan mamolus ‛melintasi’ tidak mengungkap cara gerakan.


(26)

4.2.5 ‛X bergerak ke atas’

Verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba yang mengacu pada komponen semantis ‛X bergerak ke atas’ seperti manjangkit ‛memanjat’ dan manakkok ‛mendaki’. Dengan batasan komponen semantis tersebut kedua verba gerakan agentif ini termasuk dalam satu kategori. Verba gerakan agentif yang begerak di depan sesuatu dalam melakukan tindakannya, seperti ilusturasi berikut.

(17) a. Manjangkit/manakkok hau ni mangga ibana. Memanjat/?mendaki pohon mangga 3Tg ‛Dia memanjat pohon mangga.’

(17) b. Manakkok/?manjangkit dolok Tolong hami. Mendaki/?memanjat gunung Tolong 1Jmk ‛Kami mendaki gunung Tolong.’

Pada contoh (17a) dan (17b) verba gerakan agentif manjangkit ‛memanjat’ dan manakkok ‛mendaki’ menjalaskan bahwa kedua verba tersebut bergerak ke atas ‛X bergerak ke atas’. Verba gerakan manjangkit ‛memanjat’ dan manakkok ‛mendaki’ menggunakan media yang berbeda. Verba gerakan manjangkit ‛memanjat’ menggunakan media pohon sedangkan verba gerakan manakkok ‛mendaki’ menggunakan media gunung.

4.2.6 ‛X bergerak ke samping ’

Kategori verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba mengacu pada komponen semantis ‛X bergerak ke samping ’ seperti marlegot ‛berbelok’. Verba gerakan agentif ini termasuk dalam satu kategori. Karena verba marlegot


(27)

‛berbelok’ begerak ke samping dalam melakukan tindakannya, seperti ilusturasi berikut.

(18) Marlegot tu kiri do Ibana. Berbelok Prep kiri 3Tg ‛Dia berbelok ke kiri.’

Pada contoh (18) verba gerakan agentif marlegot ‛ menjalaskan bahwa verba tersebut bergerak ke samping ‛X bergerak ke samping’. Verba gerakan marlegot ‛berbelok’ tidak mengungkapkan bagaimana cara gerakan. Verba gerakan marlegot ‛berbelok’ hanyan mengungkapkan arah gerakannya.

4.3 Deskripsi Makna Verba Gerakan dalam Bahasa Batak Toba

Makna verba ini menyatakan perpindahan entititas dari suatu tempat ke tempat lain. Makna yang dikaji dalam penelitian ini adalah makna denotasi. Makna yang dijelaskan pada bagian ini mengacu pada kategorisasi perbedaan makna yang satu dengan makna yang lain ditandai dengan huruf kapital. Kombinasi makna asali yang membentuk Verba Gerakan Agentif dalam Bahasa Batak Toba yaitu kombinasi makna asali MELAKUKAN dan TERJADI yang membentuk sintaksis makna universal ‛pada waktu itu, X bergerak’. Pada setiap anggota Verba Gerakan Agentif dalam Bahasa Batak Toba memiliki perbedaan komponen yang terkandung pada maknanya.


(28)

4.3.1 ‛X bergerak ke suatu tempat ’

Laho ‛pergi’ merupakan gerakan yang menjauhi titik acuan. Verba gerakan laho ‛pergi’ berpadanan pada verba gerakan borhat ‛berangkat’. Verba gerakan borhat ‛berangkat’ mempunyai sifat temporer atau suatu gerakan yang dilakukan berulang-ulang sedangkan verba laho ‛pergi’ bergerak berdasarkan intuisi.

(19a) Nunga laho/?borhat ibana tu balian. Sudah pergi/?berangkat 3Tg Prep ladan.

‛Dia sudah pergi/?berangkat ke kantor .’

(19b) Hami laho/borhat tu sikola. Sudah pergi/berangkat Prep sikola.

‛Dia sudah pergi/berangkat ke kantor .’

Pada contoh (19) dan (19b) dengan jelas diungkapakan bahwa verba borhat ‛berangkat’ mengkhususkan tempat gerakan sedangkan verba laho ‛pergi’ kemana saja. Kedua verba ini tidak mengungkapkan cara gerakannya. Makna verba gerakan laho ‛pergi’ berpadanan dengan verba gerakan borhat ‛berangkat’ dapat di parafrase seperti ilustrasi ini.

laho ‛pergi’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) X menginginkan ini

(c) X bergerak seperti ini Borhat ‛berangkat’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat

(b) SEBELUM INI, X BERGERAK KE TEMPAT YANG SAMA (c) X menginginkan ini


(29)

Mardalan ‛berjalan’ verba yang menggunakan cara yaitu ‛menggerakkan kedua kaki’ sama halnya juga dengan verba marlojong ‛berlari’ dan verba marlojong ‛berlari’ dan mardalan ‛berjalan’menggunakan jalur yang sama . Perbedaan dari kedua verba itu terdapat pada kecepatan gerakan. Gerakan kedua verba tersebut dapat kita lihat pada contoh (19) dan (20).

(20a) Mardalan Berjalan

Marlojong hami laho tu Balige Berlari 1Jmk AKT.pergi Prep Balige Marikat

‛Kami berjalan pergi ke balige.’

(20b) ?Mardalan Berjalan

Marlojong hami mangadu panako i. Berlari 1Jmk AKT.kejar pencuri itu

Marikat

‛Kami berlari mengejar pencuri itu.’

Pada contoh (20a) dan (20b) sangat jelas diilustrasikan bahwa verba marlojong ‛berlari’ dan mardalan ‛berjalan’ memiliki perbedaan pada kecepatan waktu saat bergerak. Verba marlojong ‛berlari’ menggunakan waktu yang singkat pada saat bergerak sedangkan mardalan ‛berjalan’ meggunakan selama beberpa waktu. Dalam MSA kecepatan gerakan dapat disearisasikan subkomponen ‛dalam waktu yang singkat’.


(30)

marlojong ‛berlari’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat

(b) X menggerakkan kedua kakinya dalam WAKTU YANG SINGKAT (c) X menginginkan ini

(d) X bergerak seperti ini marikat ‛berlari’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat

(b) X menggerakkan kedua kakinya dalam WAKTU YANG SINGKAT (c) X menginginkan ini

(d) X bergerak seperti ini

mardalan ‛berjalan’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) X menggerakkan kedua kakinya

(c) X menginginkan ini (d) X bergerak seperti ini

Verba marlojong ‛berlari’ dan mardalan ‛berjalan’ menggunakan cara yang sama, tetapi verba marlojong ‛berlari’ dan mardalan ‛berjalan’ memiliki kecepatan yang waktu yang berbeda. Kedua verba tersebut memiliki komponen yang sama yaitu ‛ X bergerak ke suatu tempat ’.

Maradi ‛singgah’ merupakan peristiwa yang terjadi setelah gerakan. Maradi ‛singgah’ tidak memuat cara gerakan. Verba ini terjadi selama beberapa waktu, Untuk membuktikan bahwa maradi ‛singgah’merupakan gerakan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perhatikan contoh dibawah ini

(21) Maradi ma hita satokin di Siantar. Singgah 1Jmk sebentar Prep Siantar ‛Kita singgah sebentar di Siantar.


(31)

Maradi ‛singgah’ melekat pada adverbia temporal satokin ‛sebentar’. Maradi ‛singgah’ terjadi selama beberapa waktu. Verba ini sama halnya juga dengan ‛berhenti sebentar’ disuatu tempat. Makna verba gerakan Maradi ‛singgah’ dapat di parafrase seperti ilustrasi berikut ini.

maradi ‛singgah’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) X di tempat ini, SELAMA BEBERAPA WAKTU (c) X mengingikan ini

(d) X bergerak seperti ini

Mangadangi ‛menjelajah’ pada dasarnya dibentuk oleh komponen inti ‛X melakukan sesuatu selama beberapa waktu’. Verba Gerakan Agentif mangaratto ‛merantau’ terjadi karena seseorang tidak dapat hidup ditempatnya sekarang dan menginginkan kehidupan yang lebih baik di tempat lain. Perhatikan contoh dibawah ini

(22) Mangadangi/mangaratto ibana tu Jakarta. Menjelajah/merantau 3Tg Prep Jakarta.

‛Dia menjelajah/merantau ke kantor .’

Pada contoh (22) verba mangadangi ‛menjelajah’ dan mangaratto ‛merantau’ mengukapkan bahwa kedua verba ini ingin megacu pada sesuatu yang lebih baik berada ditempat lain. Komponen yang di rumuskankan untuk menjelaskan makna ini yaitu ‛aku tidak dapat hidup di tempat ini’ dan ‛aku ingin melakukan sesuatu ditempat lain’ sedangkan mangadangi ‛menjelajah’ bertujuan untuk mengetahui sesuatu di tempat yang dikujunginya. Komponen yang digunakan untuk mejelaskan makna yaitu ‛ada sesuatu ditempat ini’ dan ‛aku


(32)

ingin mengetahui tempat ini’. Kedua verba tersebut dapat di parafrase seperti ilustrasi ini.

mangaratto ‛merantau’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X menginginkan seperti ini:

(c) aku tidak dapat hidup di tempat ini

(d) karena itu, aku ingin melakukan sesuatu di tempat yang lain (e) X bergerak seperti ini

mangadangi ‛menjelajah’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X menginginkan seperti ini:

(c) aku MERASA ADA SESUATU DI TEMPAT INI (d) karena itu, aku ingin MENGETAHUI TEMPAT INI (e) X bergerak seperti ini

Kedua parafrase diatas tidak mengukapkan cara gerakan secara jelas.Verba Gerakan Agentif mangadangi ‛menjelajah’ dan mangaratto ‛merantau’ melibatkan elemen BEREPIKIR dan PERASAAN. Parafrase diatas juga mengungkan bahwa kedua verba tersebut memupnyai kesamaan komponen yaitu ‛X bergerak ke suatu tempat’.

Mangungsi ‛mengungsi’ terjadi biasanya pada saat adanya peristiwa yang buruk (bencana). Ketika menghadapi peristiwa yang buruk, setiap orang pasti merasa takut dan khawatir jika peristiwa tersebut mengenai dirinya. Orang tersebut akan berpindah ke tempat lain yang dirasanya lebih aman bagi dirinya, perhatikan contoh (13).

(23) Mangungsi hami tu gunung. Mengungsi 1Jmk Prep gunung.


(33)

Verba mangungsi ‛mengungsi’ pada contoh (23) menjelaskan bahwa sesuatu yang buruk (bencana) sedang terjadi. Oleh karena dia harus berpindah ketempat lain dolok ‛gunung’ yang dirasanya lebih aman bagi dirinya. Dari penjelasan ini kemudian membentuk komponen ‛sesuatu yang buruk terjadi ditempat ini’. Untuk lebih memperjelas makna verba tersebut, perhatikan ilustrasi ini.

mangungsi ‛mengungsi’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X memikirkan seperti ini:

(c) sesuatu YANG BURUK TERJADI PADAKU

(d) karena ini, AKU MERASAKAN SESUATU YANG BURUK (e) X bergerak seperti ini

Manaripari ‛menyeberang’ terjadi biasanya pada saat seseorang ini melewati keramaian jalan raya yang kemudian membentuk komponen ‛sesuatu yang ada disebelah sana’. Ketika menghadapi peristiwa setiap orang pasti ingin melewatinya untuk mencapai tempat tujuannya. Verba ini bergerak ke suatu tempat untuk melewati sesuatu, seperti ilustrasi berikut ini.

(24) Manaripari sunge hami tu jabu ni tulang. Menyeberang sungai 1Jmk Prep rumah paman.

‛Kami menyeberang sungai ke rumah paman.’

Pada contoh diatas, verba tersebut tidak mengukapakan cara gerakan. Namun verba tersebut menjelaskan verba ini bergerak ke suatu tempat. Kemudian verba ini akan berpindah ke tempat lain yang dirasanya sebagai tempat tujuannya. Untuk lebih memperjelas makna verba tersebut, perhatikan ilustrasi ini.


(34)

Marnaripari ‛menyeberang’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke suatu tempat (b) karena X memikirkan seperti ini:

(c) sesuatu YANG ADA DI SEBERANG SANA (d) karena ini, AKU HARUS BERADA DISANA (f) X bergerak seperti ini

Pada parafrase diatas verba gerakan agentif marnaripari ‛menyeberang’ mempunyai arah dan tujuan. Hal itu diungkapkan dengan jelas pada parafrase di atas. Namun pada parafrase di atas tidak mengungkapkan cara gerakan ketika peristiwa itu terjadi.

4.3.2 ‛X bergerak dari suatu tempat ’

Mulak ‛pulang’ mempunyai arah tujuan yang khusus. Verba mulak ‛pulang’ dan ro ‛datang’ mempunyai komponen yang sama untuk menjelaskan maknanya yaitu ‛X bergerak dari suatu tampat’. Untuk lebih memperjelas makna kedua verba tersebut, perhatikan ilustrasi dibawah ini.

mulak ‛pulang’

(a) Pada waktu itu, X bergerak dari suatu tempat

(b) sebelum ini, X bergerak DARI TEMPAT YANG SAMA (c) X mengingikan ini

(d) X bergerak seperti ini

ro ‛datang’

(a) Pada waktu itu, X bergerak dari suatu tempat (b) X mengingikan ini

(c) X bergerak seperti ini


(35)

Pada parafrase diatas verba gerakan agentif mulak ‛pulang’ mempunyai arah dan tujuan yang permanen. Hal itu berbeda pada verba gerakan agentif ro ‛datang’ dan sahat ‛sampai’ yang mempunyai arah dan tujuan yang umum. Kedua verba ini tidak menjelaskan secara spesifik cara gerakannya.

4.3.3 ‛X bergerak di atas sesuatu (Y) ’

Marlange ‛berenang’ pada dasarnya dibentuk oleh komponen inti ‛X bergerak diatas sesuatu (Y)’. Verba marlange ‛berenang’ mengunakan cara, arah dan memiliki medium. Marlange ‛berenang’ adalah sebuah kata umum, atau kata sehari-hari yang berpadanan dengan verba marhonong ‛menyelam’ marukkor ‛mencebur’ akan tetapi, verba Marlange ‛berenang’ mempunyai makna yang lebih luas dari marhonong ‛menyelam’ dan marukkor ‛mencebur’. Marlange ‛berenang’, marhonong ‛menyelam’ marukkor ‛mencebur’ medium yang sama yaitu medium air, gerakan ketiga verba tersebut dapat kita lihat pada contoh di bawah ini.

(25) Marukkor Mecebur

Marhonong hami di laut. Menyelam 1Jmk Prep laut

Marlange berenang


(36)

Sesuai tingkat kesepadanan makna verba marlange ‛berenang’, marhonong ‛menyelam’ dan marukkor ‛mencebur’ terletak pada ranah semantis yang sama, isi skenario ketiga verba ini memiliki perbedaan pada kombinasi antar komponen dalam mendeskripsikan makna setiap verba, tampak pada ilusturasi berikut.

marlange ‛berenang’

(a) pada waktu itu, ‛X bergerak di atas Y’

(b) X menggerakan kedua tangan dan kedua kakinya di tempat ini (c) X menginginkan ini

(d) X bergerak seperti ini

marhonong ‛menyelam’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke DALAM Y (b) selama beberapa waktu, X berada ditempat ini (c) X menginginkan ini

(d) X bergerak seperti ini marukkor ‛mencebur’

(a) pada waktu ini, X bergerak ke DALAM Y

(b) X menggerakkan KEDUA KAKINYA KE BAWAH

(c) DALAM WAKTU YANG SINGKAT, X berada ditempat ini (d) X mengingikan ini

(e) X bergerak seperti ini

Marlange ‛berenang’, marhonong ‛menyelam’ dan marukkor ‛mencebur’ mengunakan medium yang sama, namun medium bukanlah satu-satunya ciri yang membentuk makna ketiganya. Dalam marhonong ‛menyelam’ dan marukkor ‛mencebur’ merupakan kombinasi jalur dan arah yang kemudian menghasilkan komponen ‛ X bergerak ke dalam air, Y’ sedangkan Marlange ‛berenang’ adalah gerakan pada bidang datar, dan komponen berenang ‛X bergerak diatas sesuatu (Y)’. Selanjutnya marukkor ‛mencebur’ dan marlange ‛berenang’ memuat cara gerakan, namun ciri ini tidak terungkap pada Marhonong ‛menyelam’. Orang


(37)

yang Marhonong ‛menyelam’ pasti berada di dalam air selama beberapa waktu tertentu (‛ selama beberapa waktu, X berada di tempat ini’) dan orang yang Marukkor ‛mencebur’ pasti berada di dalam air dalam waktu yang singkat (‛ dalam waktu yang singkat, X berada di tempat ini’).

Manimbung ‛terjun’ mempunyai arah gerakan yang sama dengan Marhonong ‛menyelam’, karna medium terjun adalah udara. Kedua verba tersebut ialah pungtual, menggunakan waktu yang singkat. Komponen yang tepat adalah ‛ X bergerak ke bawah Y’ dapat dilihat pada contoh dibawah ini.

(26) Ibana Manimbung tu sunge 3Tg Terjun Prep sungai ‛Dia Terjun ke sungai.’

Pada contoh (26) jelas menyatakan verba gerakan manimbung ‛terjun’ menjelaskan bahwa tempat gerakan terjadi merupakan property yang penting dalam makna Manimbung ‛terjun’. Pada umumnya Manimbung ‛terjun’ merupakan gerakan dari daratan yang tinggi kemudian ke daratan yang rendah dalam waktu yang singkat.

manimbung ‛terjun’

(a) pada waktu ini, X bergerak ke BAWAH Y (b) X menggerakkan KEDUA KAKINYA

(c) dalam waktu yang singkat, X berada ditempat ini (d) X mengingikan ini

(e) X bergerak seperti ini

Manimbung ‛terjun’ mempunyai arah gerakan yang berwalanan dengan verba Marukkor ‛mencebur’. Komponen yang tepat untuk verba Manimbung


(38)

‛terjun’ adala ‛X bergerak ke bawah Y’ dan bukan ‛X bergerak ke dalam Y’. Verba Manimbung ‛terjun’ juga memuat cara gerakan.

Mangangkat ‛melompat pada dasarnya dibentuk oleh komponen inti ‛X melakukan sesuatu selama beberapa waktu’. Verba mangangkat ‛melompat’ mempunyai ciri cara yaitu dengan mengunakan kedua kakinya untuk melewati sesuatu. Ketika gerakan itu terjadi, orang tersebut harus berada diatas sesuatu untuk menghindari sesuatu seperti parit. Perhatikan contoh (27).

(27) Mengangkat ibana sian hundulanna. Melompat 3Tg Prep kursinya ‛Dia melompat dari kursinya.’

Lebih spesifik komponen semantis dalam verba mangangkat ‛melompat’ yaitu ‛X bergerak di atas Y’ dan mengunakan waktu yang singkat dalam bergerak atau pungtual. Verba tersebut dapat di parafrase seperti ilustrasi ini.

mangangkat ‛melompat’

(a) pada waktu itu, ‛X bergerak di atas Y’ (b) X menggerakan kedua kakinya KE DEPAN (c) X bergerak dalam WAKTU YANG SINGKAT (d) X menginginkan ini

(e) X bergerak seperti ini

4.3.4 ‛X bergerak ke depan Y ’

Mamolus ‛melintas’ pada dasarnya dibentuk oleh komponen inti ‛X melakukan sesuatu dalam waktu yang singkat’. Verba Gerakan Agentif dalam


(39)

Bahasa Batak Toba mengunakan cara, arah dan memiliki jalur. Mamolus ‛melintas’ memiliki property pungtual sama seperti marlojong ‛lari’.

(28) Mamolus do hami di parapat Melintas 1Jmk Prep parapat ‛Kami hanya melintas di parapat .’

Pada contoh (25) verba gerakan mamolus ‛melintas’ tidak menejelaskan bagaimana cara gerakan itu terjadi. Verba gerakan mamolus ‛melintas’begerak di depan sesuatu. Makna verba gerakan Mamolus ‛melintas’ dapat di parafrase seperti ilustrasi dibawah ini

Mamolus ‛melintas’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke depan Y (b) X bergerak dalam waktu yang singkat (c) X mengingikan ini

(d) X bergerak seperti ini

Verba mamolus ‛melintas’ bergerak dalam waktu yang singkat. Verba itu bergerak ke arah depan. Namun, verba mamolus ‛melintas’ tidak mengungkapkan cara gerakannya.

4.3.5 ‛X bergerak ke atas ’

Manjangkit ‛memanjat’ pada dasarnya dibentuk oleh komponen inti ‛X melakukan sesuatu pada waktu tertentu’. Verba Gerakan Agentif dalam Bahasa Batak Toba menggunakn cara, arah dan memiliki jalur. Manjangkit ‛memanjat’


(40)

adalah sebuah kata yang berpadanan dengan verba manakkok ‛mendaki’, perilaku kedua verba tersebut dapat kita lihat pada contoh.

(29a) Manjangkit / ?Manakkok hau ni jambu ibana Memanjat / ?Mendaki pohon jambu 3Tg

‛Dia memanjat pohon jambu .’

(29b) Laho ?manjangkit / manakkok dolok hami AKT.pergi ?memanjat/mendaki gunung 1Jmk ‛Kami pergi mendaki gunung.’

Pada contoh (29a) dan (29b) memperlihatkan perbedaan dalam karakterisasi tempat gerakan yang mempengaruhi ciri semantisnya. Dalam Manjangkit ‛memanjat’, orang menggerakkan kedua tangan dan kakinya sedangkan dalam manakkok ‛mendaki’, orang mengerakan kedua kakinya.

manjangkit ‛memanjat’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke atas (b) X bergerak selama beberapa waktu

(c) X menggerakkan kedua TANGAN dan kakinya di tempat ini (pohon) (d) X menginginkan ini

(e) X bergerak seperti ini manakkok ‛mendaki’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke atas (b) X bergerak selama beberapa waktu

(c) X menggerakkan kedua kakinya di tempat ini (gunung) (d) X menginginkan ini

(e) X bergerak seperti ini

Verba manjangkit ‛memanjat’ dan manakkok ‛mendaki’ menggunakan medium yang berbeda seperti pohon dan gunung, tetapi verba manjangkit


(41)

‛memanjat’ dan manakkok ‛mendaki’ memiliki komponen yang sama yaitu ‛ X bergerak ke atas’

4.3.6 ‛X bergerak ke samping ’

Verba marlegot ‛berbelok’ mempunyai persamaan dari kedua verba tersebut yaitu pada komponen ‛ X bergerak dalam waktu yang singkat’. yang membedakan dari kedua verba tersubut yaitu arah gerakan verba marlegot ‛berbelok’ yang menghasilkan komponen ‛ X bergerak ke samping ’. Makna verba gerakan Marlegot ‛berbelok’ dapat di parafrase seperti ilustrasi ini.

Marlegot ‛berbelok’

(a) pada waktu itu, X bergerak ke samping (b) X bergerak dalam waktu yang singkat (c) X mengingikan ini


(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Kategorisasi verba yang bermakna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba terdiri atas enam kategorisasi yang dicirikan oleh komponen semantic verba gerkan agentif dalam bahasa Batak Toba (‛pada waktu itu, ‛X bergerak ke suatu tempat’, ‛X bergerak dari suatu tempat’, ‛X bergerak di atas suatu (Y)’, ‛X bergerak ke depan Y’, ‛X bergerak ke atas’, dan ‛X bergerak ke samping’.

Hasil kajian ini juga menunjukkan bahwa verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh dua makna asali yaitu MELAKUKAN dan TERJADI yang berpolisemi membentuk sintaksis makna universal ‛ pada waktu itu, X bergerak’.

5.2 Saran

Kajian ini terbatas karena hanya membahas kategori dan makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba saja. Aspek semantis lain yang belum diselidiki adalah peran semantis verba gerakan agentif dalam Bahasa Batak Toba juga penting dilakukan untuk mengungkapkan peran semantis argumen verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba.


(43)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba gerakan agentif, komponen semantis, kategorisasi semantis, dan makna.

Konsep verba pada penelitian ini mengacu kepada pendapat Frawley (1992: 140-144) yang menyatakan bahwa verba mengacu pada peristiwa yang mengimplikasikan perubahan waktu. Dengan demikian, ada keterkaitan peristiwa dengan perubahan dan temporalitas.

Verba gerakan mewujudkan elemen bergerak, perpindahan dan melakukan (Mulyadi 1998: 121). Verba gerakan agentif adalah suatu peristiwa yang mempunyai keinginan untuk menghubungkan gerak translasi dari satu tempat ke tempat yang lain (Goddard 1998: 203). Sebagai verba gerakan agentif ‘pergi’ laho atau ‘datang’ ro terbatas pada gerakan translasi.

Verba gerakan mempunyai ciri semantis dinamis, pungtual dan perfertif (Mulyadi 1998: 60-62). Ciri dinamis mengukapkan bahwa temporal verba gerakan dapat diperluas. Ciri pungtual bermakna bahwa peristiwa berlangsung dengan waktu yang sangat singkat, seperti berlari, memukul, melewati dan menampar. Ciri perfektif menjelaskan bahwa PELAKU sudah selasai dan PENDERITA dipengaruhi sepenuhnya, seperti merobek, membunuh dan memanjat.


(44)

Komponen semantis adalah perangkat makna yang dimiliki oleh sebuah butir leksikon. (Mulyadi, 2000: 40) lebih lanjut dikatakan bahwa komponen semantis mencakup kombinasi dari perangkat makna seperti ‛seseorang’,

‛sesuatu’, ‛mengatakan’, ‛melakukan’, ‛terjadi’, ‛ini’, dan ‛baik’.

Kategorisasi adalah pengelompokan butir leksikal berdasarkan kesamaan komponen semantisnya (Mulyadi, 2010: 169). Misalnya, ‛kom ponen pada waktu itu, X bergerak’ memuat anggota verba mardalan ‛berjalan’, marlojong ‛berlari’, dan mangalangka ‛melangkah’ yang terdapat dalam satu ranah semantis yang sama.

Selanjutnya, makna sebuah kata adalah konfigurasi dari makna asali untuk setiap kata (Wierzbicka, 1996: 170 ). Konfigurasi yang dimaksud adalah kombinasi antara satu makna asali dengan makna asali yang lain yang membentuk sintaksis makna universal. Makna verba gerakan agentif yang dikaji dalam penelitian ini adalah makna denotasi.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Ada dua alasan penelitian teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Pertama, teori MSA dapat menetapkan kategorisasi verba dan mengeksplikasi semua makna leksikal, gramatikal, ilokusi, dan pragmatik, termasuk aspek tata bahasa dan tipologi universal melalui seperangkat elemen sederhana. Sebagai bagian dari kategori leksikal, verba gerakan agentif dapat dieksplikasi dengan teori MSA. Kedua, parafrase makna yang dihasilkan mudah dipahami oleh banyak orang,


(45)

khususnya penuturjati bahasa yang dibicarakan sebab parafrasenya dibingkai dalam sebuah metabahasa yang bersumber dari bahasa alamiah (Mulyadi, 2012: 34).

Asumsi dasar teori MSA berhubungan dengan Prinsip Semiotik. Prinsip tersebut menyatakan bahwa makna tidak dapat dideskripsikan tanpa perangkat makna asali. Artinya, makna sebuah kata adalah konfigurasi dari makna asali. Dengan pernyataan ini, analisis makna sekompleks apa pun dapat dijelaskan tanpa harus berputar-putar (Wierzbicka, 1996: 10). Terkait dengan hal itu, MSA tidak terlepas dari sejumlah konsep teoretis penting seperti makna asali (semantic primitive/semantic prime), polisemi takkomposisi (non-compositional polysemy), dan sintaksis makna universal (universal syntax).

Untuk itu, digunakan perangkat makna asali sebagai elemen akhir dalam analisis makna. Makan asali adalah sebuah perangkat makna tetap (Goddard, 1998: 2) yang diwarisi manusia sejak lahir. Dalam perspektif ini, makna sebuah kata merupakan konfigurasi dari makna asali, tidak ditentukan oleh makna yang lain dalam leksikon.

Berdasarkan hasil penelitian Wierzbicka (1996) ditemukan makna asali dari sejumlah bahasa di dunia, seperti bahasa Cina, Jepang, Aceh, Inggris, dan bahasa Aborigin di Australia. Pada tahun 1972, dia baru menemukan 14 makna asali, kemudian pada tahun 1980 menjadi 15 makna asali. Terakhir, Wierzbicka (1996) dan Goddard (2006) mengusulkan 63 makna asali seperti tertera pada tabel 2.2 :


(46)

Tabel 2.2Perangkat Makna Asali Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

KOMPONEN ELEMEN MAKNA ASALI

Substantif I AKU, YOU KAMU, SOME ONE

SESEORANG PEOPLE/PERSON,

ORANG , SOMETHING/THING

SESUATU/HAL,BODY TUBUH

Substantif Relasional KIND JENIS, PART BAGIAN

Pewatas THIS INI, THE SAME SAMA,

OTHER/ELSE LAIN

Penjumlah ONE SATU, TWO DUA, MUCH/MANY

BANYAK, SOME BEBERAPA, ALL

SEMUA

Evaluator GOOD BAIK, BAD BURUK

Deskriptor BIG BESAR, SMALL KECIL

Predikat Mental THINK PIKIR, KNOW TAHU, WANT

INGIN, FEEL RASA, SEE LIHAT,HEAR DENGAR

Ujaran SAY UJAR, WORDS KATA, TRUE

BENAR

Tindakan,peristiwa, gerakan, perkenaan DO LAKU, HAPPEN TERJADI, MOVE

GERAK, TOUCH SENTUH

Tempat, keberadaan, milik, dan Spesifikasi

BE (SOME WHERE), THERE IS/EXIST

ADA, HAVE PUNYA, BE

(SOMEONE/SOMETHING) ADALAH

(SESEORANG/SESUATU)

Hidup dan Mati LIVE HIDUP, DEAD MATI

Waktu WHEN/TIME BILA/WAKTU, NOW

SEKARANG, BEFORE SEBELUM,

AFTER SETELAH, A LONG TIME

LAMA, A SHORT TIME SINGKAT, FOR

SOME TIME SEBENTAR, MOMENT

SAAT

Ruang WHERE/PLACE (DI) MANA/TEMPAT,

HERE (DI) SINI, ABOVE (DI) ATAS,

BELOW (DI) BAWAH, FAR JAUH,

NEAR DEKAT, SIDE SISI, INSIDE (DI)

DALAM

Konsep logis NOT TIDAK, MAYBE MUNGKIN, CAN

DAPAT, BECAUSE KARENA,IF JIKA

Augmentor intensifier VERY SANGAT, MORE LEBIH

Kesamaan LIKE/AS SEPERTI


(47)

Selain makna asali, konsep dasar lain dalam teori MSA adalah polisemi nonkomposisi, yaitu bentuk leksikon tunggal untuk mengekspresikan dua makna asali yang berbeda. Di antara dua makna asali yang berbeda itu tidak terdapat hubungan komposisi (nonkomposisi) sebab masing-masing mempunyai kerangka

gramatikal yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, verba menonton

merupakan ekspresi dari makna asali MELIHAT dan MEMIKIRKAN (Mulyadi, 2000: 81).

Konsep dasar selanjutnya ialah sintaksis makna universal, sebagai

perluasan dari sistem makna asali (Goddard, 1998: 24). Dalam teori MSA, makna memiliki struktur yang sangat kompleks, terdiri atas komponen yang berstruktur seperti ‛aku menginginkan sesuatu’, ‛ini baik’, atau ‛kau melakukan sesuatu yang buruk’. Kalimat seperti ini disebut sintaksis makna universal. Jadi, sintaksis makna universal adalah kombinasi dari butir-butir leksikon makna asali yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan perangkat morfosintaksisnya (Mulyadi dan Rumnasari, 2006: 71).

Lebih jauh dasar sintaksis universal dapat disamakan dengan ‛klausa’, yang dibentuk oleh substantif dan predikat serta beberapa elemen tambahan sesuai dengan ciri predikatnya (Mulyadi dan Rumnasari, 2006: 71). Contoh pola sintaksis makna universal dapat ditunjukkan seperti di bawah ini:

(2) Aku memikirkan sesuatu yang baik. (3) Sesuatu yang buruk terjadi padamu.


(48)

Makna asali

Makna tentang aku.

(5) Aku tahu bahwa kamu orang baik. (6) Aku melihat sesuatu terjadi di sana. (7) Aku mendengar sesuatu yang baik.

Pola kombinasi yang berbeda dalam sintaksis makna universal mengimplikasikan gagasan valensi. Contohnya, elemen MELAKUKAN, selain memerlukan ‛‛subjek” dan ‛‛komplemen” wajib (seperti ‛ seseorang melakukan sesuatu’), juga memerlukan ‛‛ pasien” (seperti ‛seseorang melakukan sesuatu kepada seseorang’). Begitu pula, MENGATAKAN, di samping memerlukan ‛‛subjek” dan ‛‛komplemen” wajib (seperti ‛seseorang mengatakan sesuatu’), juga memerlukan ‛‛pesapa” (seperti ‛seseorang mengatakan sesuatu pada seseorang tentang sesuatu’) (Mulyadi dan Rumnasari, 2006: 71). Hubungan ketiga konsep dasar tersebut dapat diringkas dalam gambar di bawah ini:

Hubungan ketiga konsep dasar tersebut dapat diringkas dalam gambar di bawah ini:

Makna asali

Polisemi Sintaksis Makna Universal

Gambar 2.2


(49)

(Sumber: Mulyadi dan Rumnasari, 2006: 71)

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa gabungan dari dua makna asali dapat berkombinasi untuk membentuk polisemi. Polisemi merupakan kunci untuk mengetahui makna dan dasar pembentukan sintaksis makna universal. Melalui skenario pada sintaksis makna universal, persamaan dan perbedaan makna dapat diungkapkan dengan tuntas dan tidak berputar-putar, seperti pada contoh (8).

(8) Pindah

(a) X bergerak dari A ke B

(b) X bergerak selama beberapa waktu (c) sebelum ini, X di tempat A

(d) setelah ini, X di tempat B (Goddard 1998: 202)

2.3 Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini dijelaskan tentang tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini disusun berdasarkan kedekatan topik dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan. Berikut akan dijelaskan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Subiyanto (2008) mengkaji verba gerakan bukan agentif dalam bahasa Jawa. Ia membahas komponen semantis dan struktur semantis verba gerakan bukan agentif dalam bahasa Jawa. Dalam hal ini, teori MSA digunakan untuk menjelaskan komponen semantis dan struktur semantis. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode padan dan metode agih.

Berdasarkan hasil penelitiannya, komponen semantis verba gerakan bukan agentif bahasa Jawa memiliki ciri [+dinamis], [-kesengajaan], [+/- kepungtualan], [+/- telik], dan [- kinesis]. Di samping itu, verba gerakan bukan agentif dalam bahasa Jawa memiliki komponen semantis [kesengajaan], artinya tindakan yang


(50)

tidak dikontrol oleh agen seperti ambruk roboh’, kepleset ‛terpeleset’, dan keblowok terperosok’. Selanjutnya, struktur semantis verba gerakan bukan agentif bahasa Jawa ada dua, yaitu (1) berdasarkan arah gerakan, struktur semantisnya ialah BERGERAK dan MELAKUKAN dan (2) berdasarkan kualitas gerakan struktur semantisnya MELAKUKAN dan TERJADI.

Penelitian Subiyanto memberikan kontribusi pada komponen semantis, model parafrase dan ciri-ciri semantis verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba. Komponen semantis arah gerakan (mis. ‛X bergerak horizontal’ dan ‛X melakukan beberapa kali’). Komponen semantis yang diusulkannya diterapkan dan dikembangkan dalam penelitian ini untuk menganalisis komponen makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba.

Selanjutnya, Mulyadi (2000) dalam artikelnya yang berjudul ‛‛Struktur Semantis Verba dalam bahasa Indonesia”, membahas masalah klasifikasi verba bahasa Indonesia, formulasi struktur semantis verba bahasa Indonesia, dan persamaan dan perbedaan struktur semantis verba bahasa Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan metode padan dan metode agih. Teori yang digunakan adalah MSA (Metabahasa Semantik Alami).

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa verba bahasa Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu verba keadaan, proses, dan tindakan. Verba keadaan mempunyai kelas kognisi, pengetahuan, emosi, dan persepsi. Verba proses mempunyai kelas kejadian, proses badaniah, dan gerakan bukan agentif. Verba tindakan mempunyai kelas gerakan agentif, ujaran, dan perpindahan. Kemudian, struktur semantis verba bahasa Indonesia diformulasikan dari sejumlah polisemi


(51)

dan dari kombinasi makna asali ini terlihat persamaan dan perbedaan struktur semantisnya.

Cara kerja teori MSA dalam penelitian Mulyadi menjadi acuan untuk menerapkan teori MSA pada verba gerakan agentif bahasa Batak Toba. Pembagian verba berdasarkan property temporal memberi inspirasi dalam mengategorisasikan verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba.

Selanjutnya, Mulyadi (2014) dalam artikelnya yang berjudul ‛‛ Verba ‛‛Mirip Takut’’ dalam Bahasa Melayu Asahan” membahas masalah kategorisasi dan makna verba mirip takut. Data penelitian dijaring melalui penyimakan dan percakapan. Analisis data menggunakan metode padan dan metode agih dan hasil analisisnya disajikan secara formal dan informal. Penelitian ini menerapkan teori Metabahasa Semantik Alami.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa verba ”mirip takut” dalam bahasa Melayu Asahan dibentuk oleh komponen evaluatif ‘sesuatu yang buruk dapat/akan terjadi’ untuk mendeskripsikan peristiwa buruk hipotetis. Dari komponen utama ini dipetakan tiga komponen lain sebagai representasi dari sub-subkategorinya, yaitu (1) ‘aku tidak menginginkan ini’ (mis. cuak ‘takut’), (2) ‘aku tidak dapat melakukan apa pun’ (mis. galisah ‘gelisah’), dan (3) ‘aku tidak dapat berpikir sekarang’ (mis. tagomap ‘panik’). Makna verba “mirip takut” dikemas dalam skenario prototipe yang dicirikan oleh elemen peristiwa, pengetahuan, tindakan, dan temporal. Isi skenarionya bergantung pada butir-butir leksikal yang dibatasi.


(52)

Cara kerja teori MSA dalam penelitian Mulyadi menjadi acuan untuk menerapkan teori MSA pada verba gerakan agentif bahasa Batak Toba dan komponen sematis. Dari komponen utama ini dipetakan tiga komponen lain sebagai representasi dari sub-subkategorinya yang dikemas dalam skenario prototipe yang dicirikan oleh elemen peristiwa, pengetahuan, tindakan, dan temporal. Isi skenarionya bergantung pada butir-butir leksikal yang dibatasi.

Beratha (2000) dalam artikelnya yang berjudul “Struktur dan Peran Semantis Verba Ujaran dalam Bahasa Bali ” menguraikan semantik verba ujaran dengan menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Metode yang digunakan dalam analisis datanya adalah metode padan dan metode agih, sedangkan penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal dan formal.

Hasil kajian Beratha menunjukkan bahwa ada sejumlah verba tindakan yang bertipe ujaran dalam bahasa Bali seperti ngidih, nunas ‘meminta’, nunden, nikain ‘memerintah’, nombang ‘melarang’, majanji ‘berjanji’, ngajum ‘menyanjung’, nyadad ‘mengkritik’, nesek dan matakon ‘bertanya’. Struktur semantis verba tindakan tipe ujaran ini diformulasikan dalam komponen ‘X mengatakan sesuatu kepada Y’.

Penelitian Beratha memberi banyak masukan dari segi teori yang digunakan dan juga cara menganalisis verba ujaran. Dari segi teori dapat diketahui pola sintaksis yang digunakan dalam penelitian tersebut dan dari segi cara menganalisis verba ujaran tampak pada penggunaan parafrase yang bersumber


(53)

dari perangkat makna asali. Penelitian Beratha memberi kontribusi dalam penelitian verba gerakan agentif dalam Batak Toba.

Giovani (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Verba Potong dalam bahasa Batak Toba” membahas kategorisasi verba POTONG dan makna verba POTONG. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih yang didukung dengan metode padan terutama dalam menentukan makna verba. Peneliti menerapkan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA).

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa verba POTONG dalam bahasa Batak terdiri atas satu kategori, yaitu memotong dengan alat (‛X melakukan sesuatu dengan sesuatu’ ) dan satu subkategori (‛ sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama’). Selanjutnya verba bahasa Batak Toba dibentuk oleh makna asali yaitu MELAKUKAN dan TERJADI yang berpolisemi membentuk sintaksis makna universal ‛X melakukan sesuatu pada Y karena ini sesuatu terjadi pada Y’.

Cara kerja teori MSA dalam penelitian Giovani menjadi acuan untuk menerapkan teori MSA pada verba gerakan agentif bahasa Batak Toba. Pola sintaksis yang digunakan dalam penelitian tersebut dan dari segi cara menganalisis verba POTONG tampak pada penggunaan parafrase yang bersumber dari perangkat makna asali.


(54)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada semua bahasa. Hal itu juga terdapat pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia, termasuk bahasa Batak Toba. Verba gerakan dalam bahasa Batak Toba mengacu pada ro ‛datang’, mulak ‛pulang’, dan , dan mangalangka ‛melangkah’.

Verba gerakan melibatkan perpindahan entitas (Mulyadi, 1998: 122). Perpindahan entitas itu dibedakan atas ciri kesengajaan atau ketidaksengajaan. Verba yang gerakan ditandai dengan gagasan kesengajaan, seperti berlari, berseluncur, dan menyelam dinamai verba gerakan agentif, sedangkan verba gerakan yang ditandai dengan gagasan ketidaksengajaan, seperti jatuh, pingsan dan terpelanting disebut verba gerakan non agentif (pasientif) (Mulyadi 1998: 105,124).

Pada penelitian ini dikaji verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba. Tipe verba gerakan itu dapat dilihat pada verba seperti laho ‛pergi’, malojong ‛berlari’, dan mardalan ‛berjalan’. Semua anggota verba gerakan itu dapat ditempatkan ke dalam satu kategori semantis karena memiliki komponen semantis yang sama.

Fakta menunjukan bahwa anggota verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba mempunyai ciri sematis yang berbeda. Misalnya, verba laho ‛pergi’ dan borhat ‛berangkat’ meskipun dipahami sebagai dua kata yang bersinonim,


(55)

namun mengandung ciri semantis khusus. Borhat mengkhususkan tempat gerakan sedangkan laho ‛pergi’ bermakna sangat umum. Hal ini tampak pada contoh di bawah ini.

(1a) ?Borhat/ Laho ibana tu lapo. berangkat/pergi 3Tg prep kedai

‛Dia pergi ke Kedai’.

(1b) Borhat/Laho tu sikola hami. berangkat/pergi prep sekolah 1Jmk

‛Kami berangkat ke sekolah.’

Pada contoh (1a) terlihat bahwa verba laho ‛pergi’ dapat bergerak kemana saja sedangkan pada contoh (1b) verba borhat ‛berangkat’ justru mengkhususkan tempat gerakannya. Pada contoh (1b) verba borhat ‛berangkat’ dapat berterima sebab sekolah merupakan lebaga formal dan tempat menuntut ilmu. Verba laho ‛pergi’ bergerak berdasarkan intuisi sedangkan borhat ‛berangkat’ merupakan verba yang bersifat temporer.

Dalam kaitan ini, Mulyadi (1998: 3) menjelaskan, “Verba bahasa Indonesia pada umumnya dibatasi da ri makna yang kompleks, bukan dari makna yang sederhana. Akibatnya, verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba memiliki relasi semantis yang berputar-putar”. Hal itu terlihat pada Kamus Bahasa Batak Toba Indonesia (Warneck, 2012). Misalnya, kata laho ‛pergi’ berelasi dengan borhat ‛berangkat’, marlojong ‛berlari’, dan mardalan ‛berjalan’ (hlm. 284). Relasi semantisnya tampak pada ilustrasi berikut


(56)

laho marlojong

mardalan

borhat Gambar 1.1

Relasi Semantis Verba Gerakan Agentifdalam Bahasa Batak Toba

Pada gambar 1.1 diilustrasikan bahwa relasi semantis verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba dapat ditempatkan ke dalam satu kategorisasi, karena verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba memiliki ciri makna yang berhubungan.

Penelitian tentang semantik verba sudah pernah dilakukan oleh sejumlah ahli. Misalnya, Subiyanto (2008) mengkaji verba gerakan bukan agentif dalam bahasa Jawa. Mulyadi, yaitu struktur semantis verba bahasa Indonesia (2000), verba mirip takut dalam bahasa Melayu Asahan (2014), Suciati Beratha (2000) meneliti verba ujaran bahasa Bali dan Giovani (2014) meneliti verba POTONG dalam bahasa Batak Toba.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kajian semantik verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini diperlihatkan bahwa semantik verba gerakan agentif pada bahasa Batak Toba mencakup kategorisasi dan maknanya.


(57)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kategorisasi verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba ? 2. Bagaimanakah deskripsi makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola berbahasa tentang verba gerakan agentif sesuai dengan konsepsi dan persepsi penuturnya. Selanjutnya, tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kategorisasi semantik verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba dan (2) mendeskripsikan makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Secara Teoretis

(1) Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai kajian verba terutama verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba.

(2) Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam kajian linguistik terutama kajian semantik.


(58)

1.3.2.2 Secara Praktis

(1) Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti lain, yang ingin membahas verba gerakan agentif dalam bahasa-bahasa daerah, khususnya di sumatera utara.

(2) Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian dalam bidang semantik dalam bahasa Batak Toba.


(59)

VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

MIRANTI NAINGGOLAN (Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi dan makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan, data tulis dan data intuitif. Data yang dikumpulkan menggunakan metode simak dan metode cakap. Kemudian, data dianalisis menggunakan metode agih yang didukung dengan metode padan dan hasilnya disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori MSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba dikategorisasikan berdasarkan komponen semantis. Selanjutnya, makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba di bentuk oleh dua makna asali MELAKUKAN dan TERJADI yang berkombinasi membentuk sintaksis makan universal ‛pada waktu itu, X bergerak’.

Kata Kunci : verba gerakan agentif, kategorisasi, makna verba, komponen semantis dan sintaksis makna universal.


(60)

VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

KAJIAN SEMANTIK

SKRIPSI

OLEH:

MIRANTI NAINGGOLAN NIM 11O7O1O31

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(61)

PERNYATAAN

Dengan ini penilis menyatakan bahwa menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis selain yang disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya tulis ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kesarjanaan yang penulis peroleh.

Medan, Juni 2016 Penulis,


(62)

VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

MIRANTI NAINGGOLAN (Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi dan makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan, data tulis dan data intuitif. Data yang dikumpulkan menggunakan metode simak dan metode cakap. Kemudian, data dianalisis menggunakan metode agih yang didukung dengan metode padan dan hasilnya disajikan dengan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah teori MSA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba dikategorisasikan berdasarkan komponen semantis. Selanjutnya, makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba di bentuk oleh dua makna asali MELAKUKAN dan TERJADI yang berkombinasi membentuk sintaksis makan universal ‛pada waktu itu, X bergerak’.

Kata Kunci : verba gerakan agentif, kategorisasi, makna verba, komponen semantis dan sintaksis makna universal.


(63)

PRAKATA

Segala puji syukur dan rasa terima kasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Penulisan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan kegiatan akhir akademik pada program studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini adalah ‛‛VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA’’.

Selama penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang membantu baik berupa bimbingan, pengarahan, motivasi ataupun bantuan berupa materi secara langsung atau tidak langsung kepada Penulis. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(64)

4. Bapak Dr. Mulyadi, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi dorongan, arahan, dan dukungan moral kepada Penulis selama penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan yang positif, selama penulisan skrisi.

6. Pak Slamet yang telah memudahkan penulis untuk penyelesaian semua administrasi selama penulisan skripsi.

7. Ayahanda M. Nainggolan dan Ibunda N Tambunan, bapak yang sangat penulis sayangi selaku orangtua yang begitu sabar membesarkan dan telah memberikan semangat, moral, perhatian penuh dan materi kepada penulis.

8. Kakak-kakakku Lenny Marlina Nainggolan, Widyana Erin Nainggolan dan abangku Pahala Jerry Monang Nainggolan Karena telah memberikan motivasi dan doa kepada saya.

9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2011, Pipit, Jesika dan kepada teman yang lainnya yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi sampai selesai.

10.Nedya, Lili dan Cindy yang memberi semangat dan motivasi yang luar biasa kepada Penulis.

11.Teman-teman XII IPA 3 yang memberi semangat dan selalu mengingatkan Penulis dalam penyelesaian skripsi sampai selesai.


(65)

12.Semua pihak yang telah mendukung Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perkembangan ilmu linguistic di bidang semantik dimasa yang akan datang.

Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juni 2016 Penulis,


(66)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujan Penelitian... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA . 6 2.1 Konsep ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

2.3 Tinjauan Pustaka ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Sumber Data ... 19

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 20


(67)

3.5 Metode dan Hasil Penyajian Analisis Data ... 23

BAB IV VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA ... 25

4.1 Pengantar ... 25

4.2 Kategorisasi Verba Gerakan Agentif dalam bahasa Batak Toba ... 25

4.2.1 ‛X bergerak ke suatu tempat’ ... 26

4.2.2 ‛X bergerak dari suatu tempat’ ... 28

4.2.3 ‛X bergerak di atas sesuatu (Y)’ ... 28

4.2.4 ‛X bergerak ke depan Y’ ... 30

4.2.5 ‛X bergerak ke atas’ ... 31

4.2.6 ‛X bergerak ke samping’ ... 31

4.3 Deskripsi Makna Verba Gerakan Agentif dalam Bahasa Batak Toba... ... 32

4.3.1 ‛X bergerak ke suatu tempat’ ... 33

4.3.2 ‛X bergerak dari suatu tempat’ ... 39

4.3.3 ‛X bergerak di atas sesuatu (Y)’ ... 39

4.3.4 ‛X bergerak ke depan Y’ ... 43

4.3.5 ‛X bergerak ke atas’ ... 44

4.5.6 ‛X bergerak ke samping’ ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 47


(68)

LAMPIRAN

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

A. Daftar Lambang

? Tidak berterima

?? Anomali

Konstituen Alternatif

( ) Pengapit Nomor Data/ Kalimat ‛’ Makna/ Terjemahan

‛‛ ’’ Penegasan Bentuk/ Bermakna Khusus

B. Daftar Singkatan

MSA Metabahasa Semantik Alami

AKT Aktif

Jmk Jamak

Prep Preposisi

Tg Tunggal

Kac Kecamatan


(1)

PRAKATA

Segala puji syukur dan rasa terima kasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Penulisan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan kegiatan akhir akademik pada program studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini adalah ‛‛VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA’’.

Selama penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang membantu baik berupa bimbingan, pengarahan, motivasi ataupun bantuan berupa materi secara langsung atau tidak langsung kepada Penulis. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(2)

4. Bapak Dr. Mulyadi, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi dorongan, arahan, dan dukungan moral kepada Penulis selama penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan yang positif, selama penulisan skrisi.

6. Pak Slamet yang telah memudahkan penulis untuk penyelesaian semua administrasi selama penulisan skripsi.

7. Ayahanda M. Nainggolan dan Ibunda N Tambunan, bapak yang sangat penulis sayangi selaku orangtua yang begitu sabar membesarkan dan telah memberikan semangat, moral, perhatian penuh dan materi kepada penulis.

8. Kakak-kakakku Lenny Marlina Nainggolan, Widyana Erin Nainggolan dan abangku Pahala Jerry Monang Nainggolan Karena telah memberikan motivasi dan doa kepada saya.

9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2011, Pipit, Jesika dan kepada teman yang lainnya yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi sampai selesai.

10. Nedya, Lili dan Cindy yang memberi semangat dan motivasi yang luar biasa kepada Penulis.

11. Teman-teman XII IPA 3 yang memberi semangat dan selalu mengingatkan Penulis dalam penyelesaian skripsi sampai selesai.


(3)

12. Semua pihak yang telah mendukung Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perkembangan ilmu linguistic di bidang semantik dimasa yang akan datang.

Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juni 2016 Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujan Penelitian... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA . 6 2.1 Konsep ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

2.3 Tinjauan Pustaka ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Sumber Data ... 19

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 20


(5)

3.5 Metode dan Hasil Penyajian Analisis Data ... 23

BAB IV VERBA GERAKAN AGENTIF DALAM BAHASA BATAK TOBA ... 25

4.1 Pengantar ... 25

4.2 Kategorisasi Verba Gerakan Agentif dalam bahasa Batak Toba ... 25

4.2.1 ‛X bergerak ke suatu tempat’ ... 26

4.2.2 ‛X bergerak dari suatu tempat’ ... 28

4.2.3 ‛X bergerak di atas sesuatu (Y)’ ... 28

4.2.4 ‛X bergerak ke depan Y’ ... 30

4.2.5 ‛X bergerak ke atas’ ... 31

4.2.6 ‛X bergerak ke samping’ ... 31

4.3 Deskripsi Makna Verba Gerakan Agentif dalam Bahasa Batak Toba... ... 32

4.3.1 ‛X bergerak ke suatu tempat’ ... 33

4.3.2 ‛X bergerak dari suatu tempat’ ... 39

4.3.3 ‛X bergerak di atas sesuatu (Y)’ ... 39

4.3.4 ‛X bergerak ke depan Y’ ... 43

4.3.5 ‛X bergerak ke atas’ ... 44

4.5.6 ‛X bergerak ke samping’ ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 47


(6)

LAMPIRAN

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

A. Daftar Lambang

? Tidak berterima

?? Anomali

Konstituen Alternatif

( ) Pengapit Nomor Data/ Kalimat ‛’ Makna/ Terjemahan

‛‛ ’’ Penegasan Bentuk/ Bermakna Khusus

B. Daftar Singkatan

MSA Metabahasa Semantik Alami

AKT Aktif

Jmk Jamak

Prep Preposisi

Tg Tunggal

Kac Kecamatan