Pandangan Hizbut Tahrir terhadap Rukyat Lokal Khususnya Rukyat yang di
Sabda Rasulullah ini tidak dikhususkan untuk penduduk suatu daerah tertentu tanpa menyertakan daerah yang lain. Bahkan sabda Rasulullah ini khitab seruan yang tertuju
kepada siapun diantara kaum Muslimin dimanapun berada yang telah menerima seruan itu. Kemudian Asy-Syaukani lebih lanjut: Dengan demikian seorang alim itu tentu tidak akan
ragu- ragu lagi bahwa dalil syara‟ yang ada menunjukkan bahwa penduduk suatu negeri
beramal dengan khabar ynag sampai mereka satu sama lain. Berarti mereka beramal dengan kesaksian di antara mereka satu sama lain dalam seluruh hukum-
hukum syara‟ itu. Beliau menutup penjelasannya sebagai berikut: pendapat yang layak dijadikan pegangan
adalah apabila penduduk suatu negeri telah melihat bulan, maka rukyat itu pula berlaku untuk seluruh negeri-negeri yang lain.
94
2. Oleh karena itu apa yang dikisahkan oleh Kuraib, tidaklah terkategori sebagai sebuah
hadits, melainkan tetap sebagaimana adanya, yaitu pendapat ijtihad Ibnu Abbas. Dengan demikian riwayat tersebut bukanlah merupakan dalil syar‟i dan tidk bisa digunakan sebagai
dalil, dan juga tidak dapat digunakan untuk men-takhsis keumuman yang tersebut di dalam hadits, sehingga hadits-hadits tersebut tentang rukyatul hilal tetaplah merupakan dalil
yang bersifat umum, sebagaimana kaidah ushul: “Sebuah dalil akan tetap berada pada keumumannya bila tidak ditemui adanya dalil yang mengkhususkannya
”.
95
Kemudian Hizbut Tahrir menyimpulkan bahwa: 3.
Kalau konsisten pada pandangan madzhab Syafi‟i, seharusnya penetepan awal Ramadhan yang jatuh pada tanggal 11 Agustus 20101 Syawal 1431 Makasar itu berbeda dengan
Jakarta, karena jarak Makasar dengan Jakarta bisa menghabiskan waktu lebih kurang sekitar dua hari. Namun itu tidak terjadi.
4. Perbedaan yang seharusnya terjadi karena jarak yang berpedoman pada madzhab Syafi‟i,
tapi dalam penetapan bulan Ramadhan ini tidak terjadi. Jadi bisa disimpulkan bahwa
94
Nasyrah Hizbut Tahrir, Kesatuan Awal dan Akhir Ramadhan Merupakan Kewajiban Syar‟iy Bagi Seluruh
Kaum Muslim, 1999, hal.6
95
Nasyrah Hizbut Tahrir, Kesatuan Awal dan Akhir Ramadhan Merupakan Kewajiban Syar‟iy Bagi Seluruh
Kaum Muslim, hal.7
perbedaan itu terjadi bukan karena berpedoman pada madzhab Syafi‟i, tapi perbedaan itu
terjadi karena Nation State, yaitu Nasionalisme.
96
Hizbut Tahrir memandang bahwa yang menyebabkan ketidakkonsistenan pemerintah dalam menetapkan awal bulan Ramadhan sebagaimana yang dijelaskan diatas adalah
disebabkan oleh Nation State. Karena dalam penetapan awal bulan Ramadhan tidak memandang adanya perbedaan Negara. Demikian hal ini didasarkan pada hadits berikut:
ي ي ف ي ص ي ٌي
ء ا
ض ي ي ي ح يف ح ق ش ف
ا ا
ي ق ق ح ش ق ق
ا يف
غ صي ف
“Datang seorang Badui ke Rasulullah SAW seraya berkata: Sesungguhnya aku telah melihat hilal. Hasan, perawi hadits menjelaskan bahwa hilal yang dimaksud orang Badui itu
adalah hilal Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah?” Dia berkata, “Benar.” Beliau meneruskan pertanyaannya seraya
berkata, “Apakah kau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Dia berkata, “Ya benar.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Bilal umumkan kepada orang-orang untuk
berpuasa besok.” HR Abu Daud and al-Tirmidzi, disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban.
Dengan demikian, hadits-hadits tersebut mengandung pengertian bahwa terlihatnya hilal
Ramadhan atau hilal Syawal oleh seorang Muslim dimanapun ia berada, mewajibkan kepada seluruh Muslimin di seluruh dunia untuk berpuasa atau berbuka, tanpa terkecuali. Tidak ada
perbedaan antara negeri Demikian juga bahwa HTI adalah sebuah partai yang ingin melanjutkan kehidupan Islam
sebagaimana yang telah dijelaskan di pembahasan awal bahwa HTI telah tersebar hampir diseluruh penjuru dunia, lalu negara manakah yang menjadi patokan Hizbut Tahrir dalam
menetapkan awal bulan Ramadhan?
96
Wawancara Pribadi dengan Iffah Rahmah, Jakarta Selatan, 21 Agustus 2010.
Untuk Syawal Saudi tidak memiliki penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan. Hizbut Tahrir dalam menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan tidak berdasarkan Negara tapi
hanya menggunakan rukyat hilal sesuai dengan perintah hadits yang disebutkan di atas. Berdasarkan hadits-hadits di atas bahwa Rasulullah tidak menanyakan asal seorang Badui. Ini
artinya bahwa apabila hilal itu sudah terlihat oleh seseorang maka itu sudah mewakili seluruh kaum Muslim di seluruh dunia. Bayangkan seandainya Khilafah masih ada, maka menjelang
awal ramadhan kemarin Khalifah dengan sangat serius mempersiapkan upaya pemantauan hilal bulan, sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah SAW. Khalifah akan mengerahkan
ulama, ahli falaq, pakar astronomi di berbagai kawasan negeri Khilafah mulai dari Maroko sampau Marauke. Teknologi pun dipersiapkan untuk membantu, siaran langsung dari
berbagai kawasan pemantauan dari seluruh dunia dilakukan seperti siaran langsung sepak bola di era Jahiliyah. Kemungkinan detik-detik terlihatnya hilal bisa disaksikan oleh kaum
muslimin di seluruh dunia.
97
Setelah hilal terlihat, Khalifah segera mengumumkan masuknya 1 Ramadhan. Atau bulan sya‟ban digenapkan 30 hari kalau belum terlihat. Siaran langsung pidato Kholifah
dipancarkan secara langsung televisi ataupun radio Departemen I‟lami informasi negara dari pusat kota negara Khilafah yang akan disaksikan dan didengarkan via satelit oleh hampir 1,5
milyar umat Islam negara Khilafah berbagai penjuru dunia . Dengan kecanggihan sains dan teknologi ini tidak ada kendala untuk menyampaikan pesan penting ini dengan cepat dan
akurat di seluruh dunia. Umat Islam menyambutnya dengan riang gembira, merekapun shaum pada hari yang sama:
1 Ramadhan yang sama. Meskipun terjadi perbedaan pendapat tentang bagaimana menentukan awal dan akhir ramadhan, tapi perintah Imam yang wajib ditaati telah melebur
97
Wawancara Pribadi dengan Iffah Rahmah
semua itu: “amrul Imam yarfa‟ul khilaf” perintah ImamKhalifah menghilangkan perbedaan. Semuanya taat kepada perintah Khalifah , ketaatan yang diperintahkan Allah SWT dan
RasulNya. Lain halnya dengan bulan Dzulhijjah. Hizbut Tahrir berpandangan bahwa dalil
penentuannya adalah penentuan hari „Arafah yaitu jatuhnya tanggal 10 Dzulhijjah. Penetapan tanggal 10 Dzuhijjah ini adalah Khadimul Haramain Arab Saudi. Khadimul Haramain adalah
yang menentukan Ma‟lumun Minaddin Biddarurah untuk menentukan dua hari „Arafah.
Karena Khadimul Haramain ini merupakan penguasa Makkah dan Madinah sebelum runtuhnya Daulah Islam.
98
Dijelaskan juga dalam Hadits Husain bin Al Harits Al Jadaliy r.a.
طخ ي آ ,
ق ث :
ي آ
ي ه ي
, ش ف
ش ,
ش .
“Sesungguhnya Amir Makkah Al Harth bin Hathib berkhutbah”, selanjutnya berkata, “Rasulullah SAW mengamanatkan kepada kami untuk bermanasik karena ru‟yat. Namun
apabila kami tidak melihatnya tetapi ada seorang ynag melihat bulan dengan diperkuat oleh seorang saksi yang adil maka kami bermanasik dengan berdasarkan kesaksian
keduanya
”. HR. Abu Daud Hadits Husain bin Al Harits Al Jadaliy r.a ini secara jelas menunjukkan bahwa penetapan
hari Arafah dan hari Haji –ketika masih ada Daulah- diserahkan kepada Wali Makkah. Karena
Rasulullah SAW memerintahkan untuk melakukan menasik Haji didasarkan pada ru‟yat yang ditetapkan oleh Wali Makkah. Dengan fakta ini jelas bahwa Rasulullah SAW, tidak
menjelaskan pelaksaan manasik Haji, berupa wukuf di Arafah, thawaf ifadhah, mabit di
98
Wawancara Pribadi dengan Iffah Rahmah
Muzdalifah, melempar jumrah, dan semacamnya didasarkan pada ru‟yat penduduk Makkah, Najed dan sebagainya, tetapi didasarkan pada ru‟yat penduduk Makkah saja.
99
Sedangkan yang saat ini, -dengan tidak adanya Daulah Islamiyyah- wewenang tersebut tetap didasarkan pada orang yang memerintahkan wilayah Hijjaz dari kalangan kaum
Muslimin. Bahkan sekalipun pemerintahannya tidak syar‟iyyah tidak didasarkan pada
legalitas syara‟. Hukumnya tetap wajib bagi seluruh umat Islam di dunia untuk berhari raya pada hari Nahr
–ketika jama‟ah Haji menyembelih hewan korban mereka- yaitu tanggal 10 Dzulhijjah, dan bukan pada awal tasyriq tanggal 11 Dzulhijjah.
100
Dalam Negara Khilafah, Khilafah bisa saja tidak berpatokan pada Negara tertentu, misalnya sekarang seperti Arab Saudi. Dan hingga hari ini Arab Saudi menggunakan rukyat.
Hizbut Tahrir hingga sekarang dalam menetapkan tanggal 10 Dzulhijjah masih mengikuti Arab Saudi. Jadi pada dasarnya Hizbut Tahrir baik dalam menentukan awal dan akhir
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah adalah sama-sama menggunakan rukyat.