Analisis Perbandingan Nilai RPN dalam FMEA dengan Fuzzy RPN Analisis Perbandingan Tindakan Aktual dan Usulan

Sedangkan untuk jenis kegagalan yang memiliki nilai titik pusat centroid 477,83 memiliki peluang resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jenis kegagalan lainnya. Namun, kategori jenis kegagalan ini berada dalam kategori High tinggi. Perbedaan tindakan yang dilakukan untuk kedua jenis kategori tersebut yaitu dalam penanganan terhadap faktor penyebab terjadinya kegagalan. Misalnya untuk jenis kegagalan dengan kategori High-Very High, dalam proses pengeringannya juga memperhitungkan temperatur yang digunakan bukan dengan lamanya pengeringan di mesin. Sementara untuk jenis kegagalan dengan kategori High, misalkan dapat dilakukan dengan melakukan inspeksi bahan baku yang menjadi input produksi sebelum dilakukan proses di seluruh stasiun kerja. Sehingga pengendalian kualitas proses juga dilakukan selain pengendalian kualitas produk.

6.6. Analisis Perbandingan Nilai RPN dalam FMEA dengan Fuzzy RPN

dalam Fuzzy FMEA Perbandingan nilai antara nilai Risk Priority Number dalam FMEA melalui perkalian sederhana dengan nilai fuzzy Risk Priority Number dalam fuzzy FMEA dapat dilihat pada Tabel 6.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 6.3. Perbandingan Kategori Nilai RPN dengan Fuzzy RPN Fungsi Proses Jenis Kegagalan Proses Efek yang Ditimbulkan oleh Kegagalan Penyebab Kegagalan Pada Proses Kendali yang Dilakukan RPN Kategori Fuzzy RPN Kategori Produksi Daun Pintu Model Colonial 8P Kayu bahan baku patahretak Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik Proses penyambungan yang tidak optimal Operator memperhatikan temperatur yang digunakan 336 Moderate 782,34 High – Very High Penyangga kayu di mesin yang tidak stabil Memastikan penyangga mesin sudah dengan baik 196 Low – Moderate 712,36 High – Very High Penggunaan kayu diproduksi ulang Adanya debu di stasiun kerja Memperhatikan debu yang berada di mesin produksi 196 Low – Moderate 712,36 High – Very High Konstruksi pintu merenggang Pintu tidak layak untuk di-packing Sambungan ditekan terlalu keras Memastikan sambungan sudah tepat pada sambungannya 70 Very Low – Low 477,83 High Sifat alami bahan baku kayu Memperhatikan kondisi kayu saat penyortiran dan di gudang 70 Very Low – Low 477,83 High Universitas Sumatera Utara Untuk nilai RPN dalam FMEA berada dalam kategori menengah hingga kategori yang rendah. Sementara untuk nilai fuzzy RPN dalam fuzzy FMEA berada dalam kategori tinggi hingga kategori sangat tinggi. Sehingga dalam tindakan perbaikannya tidak sama karena diakibatkan perbedaan nilai kategori yang besar. Namun karena nilai RPN dan fuzzy RPN memiliki perbandingan yang sama, sehingga kedua metode tersebut menghasilkan urutan prioritas yang sama mulai dari nilai yang tertinggi hingga nilai yang terendah.

6.7. Analisis Perbandingan Tindakan Aktual dan Usulan

Pengendalian kualitas yang digunakan saat ini belum mampu untuk menurunkan resiko kegagalan. Terbukti dari hasil pengamatan yang dilakukan, masih ditemukan banyak kegagalan dan potensiresiko untuk terjadinya kegagalan. Hubungan kualitas mutu antar stasiun kerja kurang diperhatikan dengan baik oleh setiap operator. Sehingga komponen yang dibutuhkan oleh stasiun kerja berikutnya, berpeluang untuk terjadi kegagalan. Sehingga pada penelitian ini, tindakan pengendalian dilakukan dengan memperbandingkan tindakan dengan menggunakan FMEA actual dan dengan menggunakan Fuzzy FMEA yang dapat dilihat pada Tabel 6.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 6.4. Perbandingan Tindakan Aktual dan Usulan Faktor Aktual FMEA Usulan Fuzzy FMEA Manusia Memperhatikan keadaan temperatur mesin untuk pengeringan. Lebih memperhatikan kondisi kayu sebelum diproses di mesin pengeringan mesin agar didapat temperatur dan lamanya pengeringan yang tepat. Mesin dan peralatan Menggunakan mesin serta peralatan yang digunakan lebih cermat. Lebih memperhatikan penyangga kayu yang tepat yang digunakan seperti baut atau landasan yang datar. Lingkungan kerja Membersihkan lingkungan kerja dari scrap dan waste proses produksi. Penggunaan air gun agar scrap tidak tertinggal dan mengeras di mesin produksi. Metode Kerja Memindahkan komponen tidak dengan melakukan penumpukan. Komponen dipindahkan dengan kereta sorong atau sejenisnya dengan posisi vertikal. Material Bahan baku Penyortiran awal bahan baku saat memasuki gudang bahan baku. Penyortiran bahan baku di setiap stasiun kerja atau di setiap proses produksi. Universitas Sumatera Utara

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 6 jenis kegagalan proses produksi yang berpeluang terjadi selama proses produksi di lantai produksi dan dapat ditabulasikan ke dalam bentuk histogram yaitu sebagai berikut: a. Konstruksi pintu merenggang dengan frekuensi 48 kali kegagalan b. Kayu bahan baku patah ataupun retak dengan frekuensi 104 kali kegagalan c. Kesalahan pembentukan tidak membentuk pola dengan frekuensi 13 kali kegagalan d. Kesalahan pengeboran dengan frekuensi 8 kali kegagalan e. Kayu bahan baku membusuk dengan frekuensi 26 kali kegagalan f. Kesalahan perakitan dengan frekuensi 2 kali kegagalan 2. Dengan menggunakan aturan pareto 80-20 pada diagram pareto, diperoleh dua jenis kegagalan proses produksi dengan frekuensi kumulatif di bawah 80, yaitu: a. Kayu bahan baku patah ataupun retak b. Konstruksi pintu merenggang Universitas Sumatera Utara