Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2007-2011)

(1)

PENGARUH JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO

MUDHARABAH, TINGKAT IMBALAN SBIS,

SUKU BUNGA SIMPANAN BERJANGKA 1 BULAN,

DAN INFLASI

TERHADAP JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH

(STUDI KASUS PT. BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2007-2011)

Oleh Suratman 108081000135

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

Data Pribadi

Nama lengkap : Suratman

Panggilan : Mamen

Tempat&tanggal lahir : Tangerang, 8 Mei 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Swadaya II No. 48 Kp. Utan, Pdk. Pucung, Pdk. Aren, Tangerang Selatan, Banten 15229

Telepon : 085694606819

Email : suratz_313@yahoo.com

Pendidikan Formal

2008 – 2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2004 – 2007 : SMK Yuppentek 6 Ciledug 2001 – 2004 : SMP Negeri 2 Pondok Aren 1995 – 2001 : SD Negeri 2 Pondok Pucung Pendidikan Informal

 Seminar-seminar Pengalaman Organisasi

1. Ketua Majelis Ta’lim Ribathul Musthofa 2011/2012

2. Koordinator Departemen Keagamaan BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011

3. Bendahara Pembangungan Pondok Pesantren Yatim Piatu (P4YP) Kampung Utan periode 2010-2011

4. Anggota Ikatan Remaja Masjid Sabilul Muttaqin (IRSA) 5. Anggota Pramuka SMK Yuppentek 6 Ciledug

6. Bendahara OSIS SMK Yuppentek 6 Ciledug 7. Anggota Pramuka SD Negeri 02 Pondok Pucung Pengalaman Bekerja

 Pengajar Private/Bimbingan Belajar Pribadi tahun 2013 sampai saat ini  Magang/KKN selama 1 bulan di UKM Aneka Kue Andika tahun 2011  Karyawan PT. Melawai Group tahun 2007-2008

 Magang selama 2 bulan di PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang tahun 2006


(7)

vi Keahlian

Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point) Olahraga : Sepak Bola, Futsal, Badminton


(8)

vii

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of the total profit sharing mudharabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates, and inflation against the total of mudharabah deposits at Syariah Mandiri Bank. The data for assessing this research are acquired monthly data from January 2007 to December 2011. This research used multiple linier regression method. Data processing in this research uses SPSS software 19.0 and Microsoft Excel 2010.

The results of the analysis indicated that partially, total of profit sharing mudhrabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates, and inflation are significant to total of mudharabah deposits. Simultaneously variables total of profit sharing mudhrabah deposits, rate of return for SBIS, 1 month time deposit rates, and inflation are significant to total of mudharabah deposits. This is proved by value of sig-F 0.000 which is smaller than 5% of significance. Predictive ability of the four variables of the financing is 68,8%, as indicated by the amount of the adjusted R-square, while the remaining amount of 31,2% influenced by other factors that are not included in the study variables.

Keywords: The Total of Profit Sharing Mudhrabah Deposits, Rate of Return for SBIS, 1 Month Time Deposit Rates, Inflation, The Total of Mudharabah Deposits, Multiple Linier Regression


(9)

viii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2007 sampai Desember 2011. Penelitian ini menggunakan metode analisis linier regresi berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2010.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial, jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Secara simultan variabel jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, suku bunga simpanan berjangka 1 bulan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-F 0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap jumlah deposito mudharabah adalah 68,8%. sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square, sedangkan sisanya 31,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam variabel penelitian ini.

Kata kunci : Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, Inflasi, Jumlah Deposito Mudharabah dan Analisis Regresi Linier Berganda


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya guna memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2007-2011)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.

Tentunya keberhasilan penyusunan skripsi ini tak lepas dari adanya orang-orang yang selalu siap membantu dan terus memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Sanin dan Ibunda tercinta Hj. Pesoh, terima kasih atas doa dan kasih sayang serta kesabarannya selama ini telah merawat dan mendidik anakmu tanpa lelah dan tanpa pamrih. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada Ibu dan Ayah tercinta. Aamiin.

2. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Pudek II FEB, dan Bapak Herni


(11)

x

Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan Bapak Dr. Suhendra, S.Ag., MM selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.

5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengajarkan ilmu, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Aamiin.

6. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska, Bu Umi, dan Pak Sofyan. 7. Kakak-kakakku tercinta Ibu Artinah, Ibu Halimah, Ibu Sopiah, Bapak Dodi, Bapak Aden dan Bapak Nizan yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya baik moril, materil maupun spiritual.

8. Untuk guru - guruku tercinta, Ust. Labiib, Habib Nabiel, Habib Hasan, Habib Mundzir, Mu’allim Ubaidillah, terimakasih atas do’a dan motivasinya.

9. Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan saya, terima kasih atas do’a, semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

10.Sahabat-sahabatku Rezza Yolanda, Azizah Utami, Nur Fauziyah, Qonitia Lutfiah, Inggrit, Dian Dewati, Anggun, Trin, Levy, Vita, Kiki, Hera, Iza, Permana Sukma, Hasan Arrafi, Ali Fasihi, Nur Padilah, Arief Rahman Hakim, Hendi Setiawan, Hafidz Setia Kurniawan, Nurdin Rohendy, Arya, Bojes, Noe, Ade, Rivai, Helmi, Ervan, Rizky Boz, Maul, Habibi, Saddad, Ismy, Ajenk, Neneng, Imro yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, serta selalu ada dalam keadaan susah dan senang. Semoga persahabatan kita selalu dirahmati Allah SWT. Aamiin.


(12)

xi

11.Teman-temanku Manajemen D angkatan 2008, terima kasih atas dukungannya, maaf tidak disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa bangga dan rasa persahabatan diantara kita semua.

12.Teman-teman Manajemen Perbankan A angkatan 2008, semoga kita bisa menjadi ahli perbankan yang handal dan tangguh, terlebih penting lagi semoga ilmu kita bisa bermanfaat untuk diri kita dan orang lain.

13.Teman-teman Manajemen angkatan 2008.

14.Teman-teman Anggota BEM, baik BEM Fakultas maupun BEM Jurusan, terima kasih atas kerjasama dan persahabatannya.

15.Teman-teman angkatan 2006 dan 2007 yaitu Ka Reksa, Ka Muiz, Ka Sofwan, Ka Gita, dan kakak-kakak yang lainnya yang tidak disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa terimakasih dan hormat saya.

16.Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga bantuan yang telah diberikan baik berupa moril maupun materil menjadi amal ibadah yang selalu berlipat ganda pahalanya. Aamiin yaa robbal’alamiin.

Jakarta, Mei 2013 Penulis


(13)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1. Tujuan Penelitian ... 14

2. Manfaat Penelitian ... 15

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 17

1. Pengertian Bank Secara Umum ... 17

2. Pengertian Perbankan Syariah ... 18

3. Tujuan Bank Syariah ... 20

4. Fungsi dan Peran Bank Syariah ... 21

5. Keunggulan Perbankan Syariah ... 22

6. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 23

7. Deposito Mudharabah ... 24

a. Pengertian ... 24

b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah ... 26

c. Macam-macam Deposito Mudharabah ... 28

8. Implementasi Prinsip Mudharabah pada Produk Deposito ... 29

9. Bagi Hasil (Profit Sharing) ... 31

a. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil ... 33

b. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah... 35

c. Perhitungan Bagi Hasil Deposito ... 36

10. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)... 37

a. Pengertian dan Karakteristik SBIS ... 37

b. Ketentuan dan Mekanisme Penerbitan SBIS ... 39

c. Pihak – Pihak dalam Lelang SBIS... 40

d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS ... 40

e. Sanksi ... 40


(14)

xiii

11. Suku Bunga ... 42

12. Inflasi ... 44

a. Teori Inflasi Konvensional ... 44

b. Teori Inflasi Islam ... 49

B. Keterkaitan antar Variabel ... 50

C. Penelitian Sebelumnya ... 52

D. Kerangka Berpikir... 56

E. Hipotesis ... 58

BAB. III. METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 60

B. Metode Penentuan Sampel ... 60

C. Metode Pengumpulan Data ... 61

D. Metode Analisis Data... 62

E. Operasional Variabel Penelitian ... 71

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 74

1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ... 76

2. Produk-produk Bank Syariah Mandiri ... 77

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 85

1. Analisis Deskriptif ... 85

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 87

a. Uji Normalitas Data ... 88

b. Uji Multikolinearitas ... 90

c. Uji Heteroskedatisitas ... 91

d. Uji Autokorelasi ... 93

3. Koefisien Determinasi (R Square) ... 94

4. Pengujian Hipotesis ... 94

a. Uji F (Uji Simultan)... 94

b. Uji t (Uji Parsial) ... 95

BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 105

B. Implikasi ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Profit Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Triwulan 2011 ... 3

1.2 Perkembangan Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil Deposito ... 5

1.3 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ... 7

2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank konvensional ... 23

2.2 Perhitungan Bagi Hasil ... 36

2.3 Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga ... 42

2.4 Penelitian Sebelumnya ... 52

4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 85

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 90

4.3 Hasil Uji Multikoliniearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF ... 91

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Bresch Pagan Godfrey ... 92

4.5 Hasil Uji Durbin Watson (DW) ... 94

4.6 Koefisien Determinasi (R Square) ... 95

4.7 Hasil Uji F ... 96


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Grafik Perkembangan Inflasi ... 10

2.1 Mudharabah pada Penghimpunan Dana ... 31

2.2 Skema SBIS ... 41

2.3 Kerangka Pemikiran ... 57

4.1 Histogram ... 89

4.2 Grafik P-P Plot ... 89


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2007-2011 ... 113

2 Tabel Deskriptif Statistik ... 115

3 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien... 116

4 Hasil Uji Normalitas ... 117

5 Hasil Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi ... 118


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara-negara seperti Indonesia, peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil, menengah, dan besar, tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Bank di Indonesia menggunakan dual system banking, yakni sistem konvensional dan syariah. Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan/operasional. Salah satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah penerapan bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Prinsip ini tidak berlaku di perbankan konvensional yang menerapkan sistem bunga. (Husni, 2009:1)

Secara umum bank syariah dapat didefinisikan sebagai bank dengan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan, maupun dalam produk lainnya. Produk-produk bank syariah mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan Produk-produk bank konvensional karena adanya pelarangan riba, gharar, dan maysir. Oleh


(19)

2 karena itu, produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah harus menghindari unsur-unsur yang dilarang tersebut. (Ascarya, 2008:2)

Melihat dari fungsi utama yang dijalankan perbankan syariah, semakin lama perbankan syariah semakin berkembang. Perkembangan perbankan syariah didorong oleh dua alasan utama yaitu (Rodoni & Hamid, 2008:17): 1. Adanya kehendak sebagian masyarakat untuk melaksanakan transaksi

perbankan atau kegiatan ekonomi secara umum yang sejalan dengan nilai dan prinsip syariah, khususnya bebas riba.

2. Adanya keunggulan sistem operasional dan produk perbankan syariah, antara lain: mengutamakan pentingnya masalah moralitas, keadilan dan transparansi dalam kegiatan operasional perbankan syariah.

Salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang mempunyai peran penting dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Pada hari senin tanggal 1 November 1999 atau bertepatan dengan 25 Rajab 1420 H merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Lahirnya Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (persero) tbk.

Bank Syari’ah Mandiri merupakan bank komersial Syari’ah yang kedua

setelah Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1998 pasar bank syariah mulai diramaikan dengan hadirnya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) anak perusahaan Bank Mandiri, bank BUMN terbesar di Indonesia. Bank Syariah


(20)

3 Mandiri adalah salah satu lembaga perbankan syariah di Indonesia yang terus berkembang. Berdasarkan Laporan Laba/Rugi secara triwulan tahun 2011, profit (laba) PT Bank Syariah Mandiri terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Tabel 1.1

Profit Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Triwulan 2011 (dalam Jutaan Rupiah)

Nama Bank Triwulan 1 - 4 Tahun 2011

Maret Juni September Desember PT Bank Muamalat Indonesia 69.430 141.253 197.239 274.331 PT Bank Syariah Mandiri 134.893 270.001 409.120 548.834 PT Bank Syariah Mega 18.710 39.448 53.393 78.034

PT Bank BRI Syariah 4.007 7.417 23.316 60.265

PT Bank Syariah Bukopin 3.311 7.010 11.033 15.105 Sumber: Bank Indonesia

Pada tahun 2011, sebagaimana perbankan konvensional, kinerja perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang positif. Meskipun di tengah kondisi keuangan global yang belum membaik, perkembangan perbankan syariah kurang terpengaruh oleh kondisi global tersebut. Hal ini terjadi karena eksposur perbankan syariah sangat kecil penempatannya di financial market baik domestik maupun global. Sesuai amanat UU No.21 tahun 2008, perbankan syariah menjalankan fungsi utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Selain itu, perbankan syariah juga melakukan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Fungsi sosial lainnya adalah dalam bentuk


(21)

4 penghimpunan dana wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf. Pencapaian positif perbankan syariah dapat dilihat dari peningkatan yang tinggi dalam penghimpunan dana yang sebagian besar digunakan untuk pembiayaan. Ekspansi pembiayaan tetap dilakukan dengan memperhatikan prudential banking sebagaimana arah kebijakan Bank Indonesia dan tetap memperhatikan syariah compliance sebagaimana yang digariskan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Dengan demikian, rasio pembiayaan bermasalah cukup terkendali, selain tetap berpegang teguh dalam koridor kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Kondisi permodalan perbankan syariah juga tetap dapat terjaga antara lain didukung oleh profitabilitas usaha yang cukup tinggi. (Laporan Pengawasan Perbankan 2011: 19)

Berdasarkan perkembangan pada setiap jenis produknya, produk deposito merupakan produk yang stabil mengalami peningkatan sepanjang tahun 2011. Deposito merupakan produk yang tingkat pertumbuhannya sangat tinggi yaitu sekitar 61,06% dari posisi tahun lalu Rp 39,23 triliun menjadi Rp 62,02 triliun. Dari sisi preferensi masyarakat terhadap produk-produk perbankan syariah, masyarakat masih cenderung memilih produk yang memberikan imbal hasil yang tinggi. Imbal hasil deposito berfluktuasi antara 7,24% sampai dengan 9,11% (equivalent rate), sedangkan imbal hasil tabungan sekitar 2,91% dan giro sekitar 1,47% (equivalent rate). Dengan demikian wajarlah apabila produk simpanan berjangka (deposito) lebih diminati dibandingkan produk tabungan. Lebih lanjut, produk deposito yang paling diminati masyarakat adalah deposito 1 (satu) bulan (Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012).


(22)

5 Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS) dengan aset terbesar. Pada bulan November 2011, posisi aset BSM sebesar Rp 45,17 triliun, dengan perolehan dana pihak ketiga (DPK) Rp 40,26 triliun dengan total deposito sebesar Rp 23,022 triliun (57% dari total DPK) dan pembiayaan Rp 36,06 triliun (Sumber: http://www.syariahmandiri.co.id, 2012). Berikut adalah penghimpunan dana khususnya simpanan berjangka (deposito mudharabah) dan tingkat bagi hasil deposito hak pihak ketiga (nasabah) pada Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan yang pesat selama 3 tahun terakhir ini (lihat Tabel 1.2).

Tabel 1.2

Perkembangan Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan Rupiah)

TOTAL Des-2009 Des-2010 Des-2011

Deposito Mudharabah 9,583,761 15,110,402 23,524,711

Bagi Hasil Deposito 629,271 848,727 1,367,853

Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BSM pada Bank Indonesia, data diolah Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib).

Pada bank syariah tidak berorientasi pada keuntungan bunga namun berorientasi pada konsep bagi hasil. Bagi hasil atau profit loss sharing adalah prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana porsi bagi hasil ditentukan pada saat akad kerja sama. Jika usaha mendapatkan


(23)

6 keuntungan, porsi bagi hasil adalah sesuai kesepakatan namun jika terjadi kerugian maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Dasar yang gunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa laba bersih usaha setelah dikurangi dengan biaya operasional (Suseno, 2003:46).

Dalam memelihara keseimbangan moneter di Indonesia, bank Islam juga dapat ikut berperan dengan melakukan investasi dalam pasar uang syariah dengan menggunakan instrumen pasar uang syariah yang diatur oleh otoritas meneter (Bank Indonesia) berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), sama halnya pada bank konvensional dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai instrumen pasar uang (Emilianshah dan Hermana, 2005:E136). Disamping itu, SBIS juga berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk membantu dalam investasi bank Islam apabila terjadi kelebihan dana (Overlikuiditas).

Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Dalam PBI baru tersebut, SBIS didefinisikan sebagai surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI). SBIS menggunakan akad jualah. Dengan akad tersebut, maka bank syariah yang menempatkan dana pada SBIS berhak mendapatkan upah (ujrah) atas jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia. PBI menyebutkan, SBIS dapat diagunkan kepada BI, tapi tidak bisa


(24)

7 diperdagangkan di pasar sekunder. Mekanisme penerbitan SBI Syariah menggunakan sistem lelang. Peserta yang diperbolehkan ikut hanya bank umum syariah (BUS) atau unit usaha syariah (UUS) dengan rasio minimal pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (Financing to Deposit Ratio/FDR) yang ditetapkan BI, kemudian bank mendapat keuntungan berupa bonus SBIS atau tingkat imbalan dari hasil lelang tersebut (www.bi.go.id, 2008)

Tabel 1.3

Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode : Januari 2010 – Desember 2011

Sumber: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, data diolah

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperuntukkan untuk penitipan dana jangka pendek bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas. (Husni, 2009:13). Berdasarkan tabel 1.3 diatas terlihat bahwa Setifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mengalami perubahan setiap bulannya. Pada bulan Desember 2010 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 6,26%, bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2010 sebesar 5,24%, maka Sertifikat Bank Indonesia Syariah mengalami peningkatan sebesar 1,22%.

Tahun 2010 SBIS (%) Tahun 2011 SBIS (%)

Januari 6,08 Januari 6,45

Februari 6,70 Februari 6,41

Maret 6,72 Maret 6,27

April 7,17 April 6,20

Mei 7,36 Mei 6,30

Juni 7,36 Juni 6,26

Juli 7,27 Juli 6,63

Agustus 6,77 Agustus 6,63

September 6,28 September 6,64

Oktober 5,77 Oktober 6,37

November 5,22 November 6,42


(25)

8 Kondisi yang tejadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang disebabkan oleh inflasi, perbankan syariah terbebas dari negative spread, karena perbankan islam tidak berbasis pada bunga uang. Konsep islam menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia lesu, maka yield yang diterima oleh perbankan islam menurun, dan pada gilirannya return yang dibagi hasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya, pada saat perekonomian booming, maka return yang dibagi hasilkan akan booming pula. Dengan kata lain, kinerja perbankan islam ditentukan oleh kinerja sektor riil, dan bukan sebaliknya. Dalam pandangan islam, uang hanyalah sebagai alat tukar dan bukan merupakan barang dan komoditas. Islam tidak mengenal time value of money, tetapi islam mengenal economic value of time. Jadi dengan kata lain , yang berharga menurut pandangan islam adalah waktu itu sendiri (Arifin, 2001:56).

Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam pada jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah (Sudarsono, 2003:10-11).


(26)

9 Konsep mengenai bunga sangat berlawanan dengan konsep yang ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau di depositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan di bagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi (profit and loss sharing), jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha tersebut.

Di tengah terus menurunnya suku bunga bank konvensional, margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode krisis moneter, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional (Banowo dan Hermana, 2005:134).

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. (Boediono, 2001:161). Dibidang moneter, laju inflasi yang tinggi tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat. Dapat ditambahkan, laju inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan menggangu kegiatan operasional perbankan seperti pembuatan


(27)

10 anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan mempengaruhi keadaan keuangan bank-bank. (Pohan, 2008:54)

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi (Putong dan Andjaswati, 2010 : 142).

Grafik 1.1

Berdasarkan grafik1.1 diatas, Tahun 2010 laju inflasi meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.Sepanjang tahun 2010 terjadi inflasi kecuali pada bulan Maret yang mengalami deflasi sebesar 0,14 % (mtm). sampai akhir tahun 2010 tercatat laju inflasi kumulatif mencapai 6,96 persen (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2009 yang hanya 2,78%. Namun, inflasi


(28)

11 tahun 2010 tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 11,06 %. Hingga triwulan I tahun 2011, perkembangan harga-harga secara umum cukup terkendali. Sampai dengan Maret 2011, laju inflasi tahunan tercatat sebesar 6,65 % (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi akhir triwulan IV 2010 sebesar 6,96 %. Selama triwulan I tahun 2011, inflasi pada Januari 2011 masih relatif tinggi sebagai dampak lanjutan dari masih tingginya harga beberapa komoditas utama dunia sehingga mendorong kenaikan harga komoditas sejenis di dalam negeri. Namun, sejak Februari 2011, harga komoditas beras dan bumbu-bumbuan domestik mulai mengalami penurunan sehingga mendorong penurunan inflasi kelompok bahan pangan, yang selanjutnya turut mendorong penurunan inflasi komponen volatile foods. Musim panen yang terjadi di beberapa daerah sentra produksi telah menekan harga beras dan komoditas bahan pangan nasional lainnya. Penurunan harga beras ini memberikan kontribusi terjadinya deflasi pada Maret 2011 sebesar 0,32 % (mtm), terbesar dalam 10 tahun terakhir. Laju inflasi kumulatif sampai dengan triwulan I tahun 2011 menjadi 0,70 % (ytd), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,99 % (ytd).

Berdasarkan kelompok pengeluarannya hingga triwulan I tahun 2011 (yoy), menurunnya indeks harga kelompok pengeluaran untuk bahan pangan merupakan pendorong utama terjadinya deflasi pada Maret 2011. Penurunan laju inflasi kumulatif tersebut disebabkan oleh penurunan harga beberapa komoditas bahan pangan utama yaitu beras dan bumbu-bumbuan. Penurunan


(29)

12 harga beras diperkirakan masih akan berlangsung hingga triwulan II tahun 2011 seiring masih berlangsungnya panen raya di beberapa sentra beras nasional. Sebaliknya, lima kelompok pengeluaran lainnya menunjukkan tren peningkatan, dengan kelompok sandang menyumbang kenaikan tertinggi sebesar 7,71 %, yang didorong oleh peningkatan harga emas di pasar internasional dan domestik. Kenaikan inflasi lain didorong oleh inflasi pada kelompok pengeluaran untuk pendidikan sebesar 3,84 % dan kesehatan sebesar 3,17 %.

Beberapa penelitian tentang deposito mudharabah yang dipengaruhi oleh variabel lain seperti variabel makro ekonomi dan lainnya memberi indikasi bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi fungsi intermediasi bank yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pembangunan suatu negara dan profitabilitas bank.

Beberapa penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Ani dan Wasilah (2010) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (deposito mudharabah 1 bulan) Bank Muammalat Indonesia. Menyimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga deposito berjangka 1 bulan, tingkat bagi hasil, inflasi dan ukuran bank berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah, sedangkan FDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Husni (2009) yang melakukan penelitian faktor – faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia (periode : Januari 2007 – Desember


(30)

13 2007) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara SWBI terhadap DPK, dan terdapat pengaruh negatif antara bagi hasil terhadap DPK.

Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.

Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling dominan terhadap Bank Syariah Mandiri, diharapkan dengan hasil yang didapat dari penenelitian ini manajemen Bank Syariah Mandiri mampu menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH, TINGKAT IMBALAN SBIS, SUKU BUNGA SIMPANAN BERJANGKA 1 BULAN DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH DEPOSITO

MUDHARABAH (STUDI KASUS PT. BANK SYARIAH MANDIRI


(31)

14 B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?

2. Bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?

3. Bagaimana pengaruh tingkat imbalan SBIS secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?

4. Bagaimana pengaruh suku bunga simpanan berjangka 1 bulan secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?

5. Bagaimana pengaruh inflasi secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri ?

C. Tujuan & Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan


(32)

15 dan inflasi secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.

b. Untuk menganalisis pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.

c. Untuk menganalisis pengaruh tingkat imbalan SBIS secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. d. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga simpanan berjangka 1 bulan

secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.

e. Untuk menganalisis pengaruh inflasi secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang bagaimana pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah di bank syariah pada umumnya dan khususnya Bank Syariah Mandiri (BSM).

b. Bagi Perbankan Syariah

Pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi


(33)

16 terhadap salah satu produk perbankan syariah yaitu deposito mudharabah menjadi topik yang dibahas lebih lanjut. Kajian pengaruh jumlah bagi hasil deposito mudharabah, tingkat imbalan SBIS, jumlah suku bunga simpanan berjangka 1 bulan dan inflasi terhadap salah satu produk perbankan syariah ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah serta sebagai bahan awal kajian dalam menentukan metode kebijakan sistem syariah.

c. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan bidang manajemen perbankan. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut (bagi yang berminat) di masa yang akan datang.

d. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan.

e. Bagi Nasabah

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank terutama terkait dengan produk deposito mudharabah. Sehingga dapat di jadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk deposito mudharabah.


(34)

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Bank Secara Umum

Menurut Mishkin (2007:8) Bank sebagai lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Bank merupakan perantara keuangan (financial intermediaries), Bank menimbulkan interaksi antara orang yang membutuhkan pinjaman untuk membiayai kebutuhan hidupnya, orang yang memiliki kelebihan dana dan berusaha menjaga keuangannya dalam bentuk tabungan dan deposito lainnya di bank.

Pengertian bank menurut Rodoni (2006:21) adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada yang ditentukan.

Pengertian menurut UU. 7 Tahun 1992, tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU NO. 10 Tahun 1998 adalah:

a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

b. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang Perbankan).


(35)

18

c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan hal itu (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang Perbankan).

Ditinjau dari segi imbalan atau jasa penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi:

a. Bank Konvensional

Bank konvensional adalah bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu.

b. Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Rodoni dan Hamid, 2008:14).

2. Pengertian Perbankan Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW (Muhammad, 2005:1).


(36)

19

Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Rodoni, 2008:14).

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang tata cara beroperasinya dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dana, memberikan dan mengenakan imbalan didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islami atau prinsip syariah, yakni mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits atau dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasian disesuaikan dengan prinsip syariah Islam (Mufraini, 2008:17).

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba, serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.


(37)

20

3. Tujuan Bank Syariah

Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut : (Sudarsono, 2008:43)

1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.

2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.

3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.

4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah didalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah seperti: program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program


(38)

21

pengembangan usaha bersama.

5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.

4. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukuan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organizing for Islamic Financial Institution), yaitu sebagai berikut : (Sudarsono 2008:43)

1) Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu-lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana mestinya.

4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.


(39)

22

Pada dasarnya tiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila dalam pelaksanaan fungsi perbankan tersebut dilarang menurut syariah. Praktek perbankan konvensional yang dikenal saat ini, fungsinya menggunakan sistem bunga dan dapat digolongkan sebagai transaksi riba.

5. Keunggulan Perbankan Syariah

Keunggulan perbankan syariah adalah sebagai berikut :

1) Dengan adanya negosiasi antara pihak nasabah dengan pihak bank, tercapai suatu hal yang saling menguntungkan, maka dengan prinsip ini kedua belah pihak akan merasa saling diuntungkan.

2) Dengan menggunakan prinsip jual beli, apabila nasabah hendak menaikan usahanya tetapi kekurangan alat angkut untuk kegiatan produksinya, maka dapat mengajukan pembiayaan, sehingga dapat menerima alat angkut dengan resiko yang lebih rendah dari pada dengan pinjaman kredit ke bank konvensional.

3) Dapat mendorong para pengusaha kecil untuk dapat lebih mengembangkan usahanya dengan baik yaitu dengan adanya bantuan dari pihak bank syariah.

4) Resiko kerugian yang diterima baik nasabah maupun bank dengan menggunakan prinsip jual beli. Hal ini dikarenakan apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dibagi menurut perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.


(40)

23

5) Pihak bank akan mendapatkan banyak nasabah dengan menggunakan prinsip jual beli, karena menggunakan prinsip kreditur dan debitur sehingga bank yang dapat menentukan margin yang akan ditetapkan dan nasabah dapat dijadikan agen bank.

6. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Islam Bank Konvensional

1. Melakukan investasi-investasi yang halal.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

3. Profit dan falah oriented 4. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk hubungan kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

1. Investasi yang halal dan haram.

2. Memakai perangkat bunga. 3. Profit oriented.

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur-kreditur.

5. Tidak terdapat Dewan Pengawas Syariah. (Sumber: Antonio, 2001:34)


(41)

24

7. Deposito Mudharabah a. Pengertian

Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan hasilnya lebih tinggi dari pada tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk penghimpunan dana ini biasanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan dana, sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah satu sarana berinvestasi. (Nurianto, 2010:35)

Menurut UU No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan (Karim, 2004:277).

Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank (Siamat, 2005:284). Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga (rupiah dan valuta asing) yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antar penyimpan dengan bank yang bersangkutan (Rivai, 2007:417).


(42)

25

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya (Antonio, 2009:95). Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih di mana pihak pertama (shahib al-mâl) menyediakan seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek), sedangkan nasabah sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya (Rivai, 2007:471).

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan (Rodoni dan Hamid, 2008:27-28). Mudharabah merupakan salah satu bentuk dari perkongsian, yang mana salah satu pihak disebut pemilik modal (sahib al-mal) yang menyediakan sejumlah uang tertentu dan berperan pasif, sementara pihak lain disebut pengelola dana (rab al-mal atau mudarib) yaitu orang yang menjalankan usaha, ke pengurusan atau jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan (Hulwati, 2009:71).

Mudharabah adalah satu bentuk kontrak antara penyedia dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib). Pada saat proyek sudah selesai maka mudharib mengembalikan modal tersebut kepada


(43)

26

penyedia dana berikut porsi keuntungan yang telah disetujui sebelumnya. Bank syariah, dalam hubungannya dengan pengusaha, bertindak sebagai shahibul maal. Sedangkan dalam hubungannya dengan deposan, bank syariah bertindak sebagai mudharib (Edwin dkk, 2007:296).

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah (Burhanuddin, 2010:61).

Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito mudharabah adalah simpanan masyarakat yang disimpan kepada bank, dapat berupa rupiah ataupun valuta asing dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati antara nasabah dengan pihak bank dalam baik dengan prinsip syariah (bagi hasil) dengan akad mudharabah. Biasanya memiliki jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.

b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah

Adapun dasar hukum deposito dalam hukum positif dapat kita jumpai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. (Karim, 2004:303)

Secara Teknis mengenai deposito mudharabah ini dalam pasal 36 huruf a poin 3 PBI Nomor 6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang


(44)

27

melaksanakan kegiatan Usaha berdasarkan prinsip syariah. Pasal ini intinya menyebutkan bahwa wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya dalam melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi antara lain dalam bentuk deposito berjangka dalam bentuk mudharabah.

Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000 yang menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan. Salah satu produk perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik. (DSN MUI&BI, 2006:18-19)

Berdasarkan DSN MUI ini deposito yang dibenarkan secara syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudhrabah, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip


(45)

28

syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudhrabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan. c. Macam – Macam Deposito Mudharabah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana, terdapat 2 (dua) bentuk mudharabah, yakni (Karim, 2009:304) : 1) Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA) Dalam deposito Mudharabah Muthlaqah (URIA), pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini keberbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

Dalam menghitung bagi hasil deposito Mudharabah Muthlaqah (URIA), basis perhitungan adalah hari bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk


(46)

29

tanggal pembukaan deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang menjadi angka penyebut/angka pembagi adalah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).

2) Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account, RIA)

Berbeda halnya dengan Deposito Mudharabah Mutlaqah (URIA), dalam deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tetentu kepada Bank Syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

8. Implementasi Prinsip Mudharabah dalam Produk Deposito

Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan syariah menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan dari nasabah menggunakan instrument deposito yakni sebagai sarana investasi dalam memperoleh keuntungan (Anshori, 2007:95).

Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk deposito sebagai instrument penghimpunan dana dari masyarakat pada bank syariah telah diatur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia No.7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.


(47)

30

Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan sebagai berikut: a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai

pemilik dana.

b. Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal. c. Pembagian keuntungan dari penggolongan dan investasi dinyatakan

dalam bentuk nisbah.

d. Pada akad tabungan berdasarkan mudharabah, nasabah wajib menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleh bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening.

e. Nasabah tidak boleh menarik dana diluar kesepakatan.

f. Bank adalah mudharib menutup biaya operasional tabungan atau deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

g. Bank tidak boleh mengurangu bagiuan keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.

h. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-undangan yang berlaku.


(48)

31

Gambar 2.1

Mudharabah pada Penghimpunan Dana

Titip dana Pemanfaatan dana Bagi hasil Pemanfaat dana

Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga (Karim, 2004:277)

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagikan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut (Karim, 2004:278).

9. Bagi Hasil (Profit Sharing)

Bagi hasil adalah pendapatan dari pembiayaan investasi al-mudharabah dan al-musyarakah berupa bagi hasil usaha, dari pembiayaan pengadaan barang al-murabahah, al-baitsaman ajil, dan al-ijarah berupa mark up dan sewa, dari pemberian pinjaman berupa biaya administrasi,

NASABAH BANK DUNIA


(49)

32

dan dari penggunaan fasilitas berupa fee. (Perwataatmadja dan Antonio, 1999:43).

Akad berpola bagi hasil pada prinsipnya, merupakan suatu transaksi yang mengupayakan suatu nilai tambah (added value) dari suatu kerja sama antarpihak dalam memproduksi barang dan jasa (Ascarya, 2008:214).

Menurut Agustianto (2005:56), bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan nasabah. Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan atau pola:

(1) Revenue Sharing

Perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

Revenue Sharing mengandung kelemahan, karena apabila tingkat pendapatan bank sedemikian rendah maka bagian bank, setelah pendapatan didistribusikan oleh bank, tidak mampu mempunyai kebutuhan operasionalnya (yang lebih besar daripada pendapatan fee) sehingga merupakan kerugian bank dan membebani para pemegang saham sebagai penanggung kerugian (Arifin, 2009:70).

(2) Profit & Loss Sharing

Adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada seluruh pendapatan, baik hasil investasi dana maupun pendapatan fee atas


(50)

33

jasa-jasa yang diberikan bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional bank.

Pada saat akad terjadi, wajib disepakati sistem bagi hasil yang digunakan, apakah Revenue Sharing, Profit & Loss Sharing, atau Gross Profit. Jika tidak disepakati, akad itu menjadi gharar. Pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan (pemilik dana) dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang sangat kecil.

Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang diuntungkan sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik dana dan pengelola dana sehingga besarnya benefit yang diperlukan deposan sangat tergantung kepada kemampuan bank dalam menginvestasikan dana-dana yang diamanahkan kepadanya (Wiroso, 2005:88).

a. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil

Menurut Antonio (2001:139) ada dua faktor yang mempengaruhi bagi hasil, yaitu:


(51)

34

1. Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung (direct factor) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut:

a) Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode ini:

1) Rata-rata saldo minimum bulanan 2) Rata-rata saldo harian

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

c) Nisbah (Profit Sharing Ratio)

1) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

2) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda. 3) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu

bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.


(52)

35

4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. 2. Faktor Tidak Langsung

a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang akan diterima dikurangi biaya-biaya.

2) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.

b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

b. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah

Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini tidak dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Yaya dkk, 2009:370).

Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil bank syariah dan yang di praktekkan selama ini adalah pendapatan


(53)

36

dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit (Yaya dkk, 2009:371). Prinsip perhitungan bagi hasil dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Perhitungan Bagi Hasil

Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

Penjualan Xx

Harga Pokok Penjualan (xx)

Laba Kotor Xx Gross Profit Sharing

Beban (xx)

Laba/Rugi bersih Xx Profit sharing (Sumber : Yaya dkk, 2009:371)

Rumus gross profit sharing:

Rumus profit sharing:

c. Perhitungan Bagi Hasil Deposito

Adapun Perhitungan bagi hasil deposito yang diterima nasabah sebelum pajak dan zakat pada Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:

Jika deposito mudharabah per bulan (1 bulan)

Sumber: www.syariahmandiri.co.id

Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor


(54)

37

Contoh :

1) Diketahui nominal Deposito Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1 bulan sebesar Rp. 10.000.000,00

2) Diketahui saldo rata-rata seluruh Deposito Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1 bulan Rp 7.419.489.107.191,12

3) Diketahui saldo pendapatan distribusi bagi hasil seluruh Deposito Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1 bulan (lihat tabel) Rp 65.489.891.451.14

4) Diketahui NISBAH bagi hasil Deposito Syariah Mandiri Rupiah jangka waktu 1 Bulan (lihat tabel) 51,00%

5) Bagi hasil yang diterima nasabah = Rp 45.016, 37

[(10.000.000,00/7.419.489.107.191,12) x 65.489.891.451,14 x 51,00% = 45.016,37]

10.Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) a. Pengertian dan Karakteristik SBIS

Menurut Husni (2009:7) SWBI/SBIS merupakan mekanisme penitipan dana ke Bank Indonesia pada saat Bank Syariah mengalami kelebihan dana. SWBI adalah instrument moneter berdasarkan prinsip Syariah yang dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditasnya.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (selanjutnya disingkat SBIS), bahwa definisi SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah


(55)

38

berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Hal ini sedikit berbeda dengan SBI Konvensional yang diterbitkan melalui lelang dengan tingkat diskonto yang berbasis bunga (interest), sedangkan SBIS diterbitkan menggunakan akad/kontrak transaksi ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadah/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu perkerjaan. Para peserta yang diperbolehkan untuk mengikuti lelang SBIS diantaranya Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS. Ketentuan lainnya, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.

SWBI/SBIS digunakan oleh bank Syariah dalam hal terjadi kelebihan dana, SWBI merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan prinsip wadi’ah yad adh dhamanah. Dengan demikian bank Indonesia memberikan bonus tertentu atas penempatan dana tersebut. SWBI/SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip Syariah. (Husni, 2009:7)

SWBI yang sekarang disebut SBIS merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Beberapa karakteristik SBIS sebagai berikut : (Perwataatmadja dkk 2006:149).


(56)

39

1) Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek. 2) Diterbitkan oleh Bank Indonesia.

3) Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara.

4) Ada bonus atas transaksi penitipan dana b. Ketentuan dan Mekanisme Penerbitan SBIS

Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia, instrumen SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI konvensional. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang tata cara penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah melalui lelang dan Surat Edaran Bank Indonesia No.10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang tata cara Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia. Berikut ini adalah penjelasan atas hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas. Berkaitan dengan penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah dioperasikan terhadap SBI Konvensional, BI menggunakan sistem pencatatan dan penatausahaan secara elektronis yang dikenal dengan sistem BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System) atau Sistem Penyelesaian Surat Berharga Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaanya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement


(57)

40

(BI-RTGS). Berikut adalah karakteristik dari SBIS, yaitu : 1) Menggunakan akad ju'alah.

2) Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah).

3) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.

4) Diterbitkan tanpa warkat (scripless).

5) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia dan 6) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. c. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS

1) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS dan

2) BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.

d. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS

1) Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.

2) Transaksi SBIS (Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo SBIS, dan Settlement second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi.

e. Sanksi

1) Terhadap setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal dikenakan sanksi berupa :


(58)

41

b) Kewajiban membayar sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

2) Selain dikenakan sanksi tersebut di atas, BUS atau UUS juga dikenakan sanksi :

a) Pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu berikutnya dan

b) Larangan mengajukan repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan teguran tertulis ketiga dalam kurun waktu 6 (enam) bulan. f. Skema SBIS

Adapun skema SBIS dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.2

Skema SWBI/SBIS


(59)

42

11.Suku Bunga

Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau defisit spending units (Judisseno, 2005:80-81). Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai persentase per tahun) (Mishkin, 2008:4).

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah harga atau biaya yang harus dibayar atau di berikan oleh si peminjam atau pihak yang membutuhkan dana kepada pihak yang kelebihan dana atau meminjamkan dana sebagai timbal balik dari penggunaan dana tersebut dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, orang yang diberi kesempatan mendapatkan pinjaman dana harus membayar biaya atas pinjamannya tersebut. Biaya peminjaman, diukur dalam rupiah per tahun yang di pinjam, adalah suku bunga. Jumlah pinjaman yang di berikan disebut Principal dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai persentase dari principal per unit waktu (umumnya setahun). Berikut ini adalah perbedaan bunga dan bagi hasil:

Tabel 2.3

Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga

Bagi hasil Bunga

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi selalu untung


(60)

43

(Sumber : Sudarsono, 2003:50)

Keynes dalam teori menyebutkan bahwa, tingkat bunga di tentukan oleh permintaan dan penawaran uang, menurut teori ini ada tiga motif, mengapa seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi (Boediono, 1985:82). Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang diberi istilah Liquidity preference, adanya permintaan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Teori Keynes menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi, dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila bunga tinggi.

Bagi hasil Bunga

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk islam.


(61)

44

Menurut Hermawan, tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam beberapa kegiatan perekonomian sebagai berikut: (Darmawi, 2006:182)

a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik modal apakah ia akan berinvestasi pada real assets ataukah pada financial assets.

c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan lainnya.

d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar

12. Inflasi

a. Teori Inflasi Konvensional

Menurut Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Karim, 2007:137) :

1) Moderate inflation

Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.


(62)

45

2) Galopping inflation

Inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami inflasi seperti ini tetap berhasil walaupun sistem harga yang berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan gangguan besar pada perekonomian karena orang-orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri dari pada di dalam negeri (Capital Outflow).

3) Hyper inflation

Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galopping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi jenis inflasi ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an.


(63)

46

Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut (Karim, 2007 : 138):

1) Natural inflation dan Human error inflation

Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.

2) Actual/ anticipated/ expected inflation dan unanticipated/ unexpected inflation

Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.

3) Demand pull dan cost push inflation

Inflasi ini diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.


(1)

114

Jun

7,991,910

322,033

0.579

0.710

0.110

Jul

7,452,907

364,971

0.559

0.693

0.450

Agst

7,824,576

417,836

0.548

0.662

0.560

Sept

8,036,013

476,326

0.540

0.619

1.050

Oktb

8,437,882

524,005

0.541

0.615

0.190

Nov

8,620,397

576,305

0.539

0.597

-0.030

Des

9,583,761

629,271

0.538

0.573

-0.330

2010

Jan

9,957,412

57,308

0.538

0.591

0.840

Feb

10,222,510

111,387

0.534

0.578

0.300

Mar

10,902,750

173,817

0.523

0.564

-0.140

Apr

11,502,232

242,765

0.517

0.574

0.150

Mei

11,541,841

315,339

0.525

0.563

0.290

Jun

9,142,094

381,454

0.522

0.566

0.970

Jul

9,603,320

446,599

0.553

0.566

1.570

Agst

12,322,805

516,339

0.553

0.563

0.760

Sept

12,817,417

597,914

0.553

0.560

0.440

Oktb

12,999,616

680,261

0.531

0.568

0.060

Nov

13,389,538

760,655

0.535

0.565

0.600

Des

15,110,402

848,727

0.522

0.569

0.920

2011

Jan

14,956,511

81,025

0.507

0.560

0.890

Feb

15,341,027

180,985

0.558

0.560

0.130

Mar

17,449,883

274,195

0.560

0.569

-0.320

Apr

16,623,765

391,076

0.598

0.567

-0.310

Mei

17,270,458

499,409

0.613

0.571

0.120

Jun

18,687,254

602,640

0.613

0.568

0.550

Jul

19,463,013

714,607

0.606

0.572

0.670

Agst

20,165,632

849,098

0.564

0.567

0.930

Sept

21,393,987

959,858

0.523

0.569

0.270

Oktb

21,778,450 1,095,498

0.481

0.563

-0.120

Nov

23,022,056 1,232,269

0.435

0.547

0.340

Des

23,524,711 1,367,853

0.420

0.529

0.570

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BI, PT Bank Syariah Mandiri, Tbk &

Badan Pusat Statistik


(2)

115

Lampiran 2

: Tabel Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DM 60 3411515.0000 23524711.0000 9940807.016667 5451546.3836796 BHN 60 20992.0000 1367853.0000 372698.150000 302748.5559274

SBIS 60 .0038 .0094 .005850 .0011816

SB 60 .0053 .0090 .006296 .0009195

INF 60 -.0033 .0246 .005028 .0054609


(3)

116

Lampiran 3:

Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .842a .709 .688 3044969.8013788

a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.243E15 4 3.109E14 33.529 .000a

Residual 5.100E14 55 9.272E12

Total 1.753E15 59

a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 17337523.196 3351741.103 5.173 .000

BHN 11.847 1.414 .658 8.378 .000

SBIS 1.086E9 5.075E8 .235 2.140 .037

SB -2.707E9 7.000E8 -.457 -3.868 .000

INF -2.228E8 79374355.113 -.223 -2.806 .007


(4)

117

Lampiran 4:

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 60

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation .96550680

Most Extreme Differences

Absolute .083

Positive .083

Negative -.069

Kolmogorov-Smirnov Z .642

Asymp. Sig. (2-tailed) .805

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

118

Lampiran 5:

Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi

Uji Tolerance dan VIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 17337523.196 3351741.103 5.173 .000

BHN 11.847 1.414 .658 8.378 .000 .857 1.166

SBIS 1.086E9 5.075E8 .235 2.140 .037 .437 2.288

SB -2.707E9 7.000E8 -.457 -3.868 .000 .379 2.636

INF -2.228E8 79374355.113 -.223 -2.806 .007 .836 1.196 a. Dependent Variable: DM

Uji D-W

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .842a .709 .688 3044969.8013788 .733

a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: DM


(6)

119

Lampiran 6:

Uji Heteroskedastisitas

Uji Bresch Pagan Godferey

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .356a .127 .064 1.35315E14

a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: pi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1.465E29 4 3.663E28 2.001 .107a

Residual 1.007E30 55 1.831E28

Total 1.154E30 59

a. Predictors: (Constant), INF, SBIS, BHN, SB b. Dependent Variable: pi


Dokumen yang terkait

Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012)

0 13 130

Pengaruh bagi hasil terhadap jumlah dan deposito syariah mudharabah yang ada pada Bank Syariah Mandiri

0 14 60

Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

1 9 123

ANALISIS PENGARUH INFLASI TINGKAT BUNGA NILAI TUKAR DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP JUMLAH Analisis Pengaruh Inflasi Tingkat Bunga Nilai Tukar Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Jumlah Penghimpunan Deposito Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) (Studi

1 16 15

ANALISIS PENGARUH INFLASI TINGKAT BUNGA NILAI TUKAR DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP JUMLAH Analisis Pengaruh Inflasi Tingkat Bunga Nilai Tukar Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Jumlah Penghimpunan Deposito Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) (Studi

0 2 15

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Inflasi Tingkat Bunga Nilai Tukar Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Jumlah Penghimpunan Deposito Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Periode 2011-2015).

0 3 10

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM TERHADAP JUMLAH Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syar

0 1 13

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 2 16

BAB 1 Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013).

0 2 7

Pengaruh tingkat BI Rate dan bagi hasil terhadap jumlah simpanan deposito Mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 17