Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes di Poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, 2010

(1)

Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes di Poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji

Adam Malik, Medan, 2010

KARYA TULIS ILMIAH Oleh :

KEW KAM HOONG

070100285

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes di Poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji

Adam Malik, Medan, 2010

KARYA TULIS ILMIAH Oleh :

KEW KAM HOONG

070100285

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian

TINGKAT PENEGETAHUAN TENTANG PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES DI POLI-ENDOKRIN, DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM, RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK.

Nama : KEW KAM HOONG NIM : 070100285

Pembimbing Penguji I

(dr. Soegiarto Gani, Sp.PD) (dr. Johny Marpuang, SpOG.) Penguji II

(dr. Lita Feriyawati, M.Kes.)

Medan, 11 December 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Diabetes mellitus adalah satu penyakit kronik yang berlaku bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara efektif, dan ini mengakibatkan konsentrasi glukosa dalam darah kita meningkat. Namun, penyakit ini dapat dicegah dan dikontrol.

Tujuan Umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus pada pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Adam Malik. Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meninjau tingkat pengetahuan pasien dari aspek asupan gizi, cara pemantauan gula darah, perawatan kaki, komplikasi, gejala klinis dan dara pengkontrolan penyakit diabetes mellitus.

Metode yang digunakan adalah cross sectional study yang bersifat deskriptif. Calon yang menjadi responden adalah pasien yang berobat ke poli-endokrin di RSUP Haji Adam Malik. Cara ambil sample adalah simple random sampling, jumlah sample sebesar 75 orang.

Hasil penelitian ini adalah 24 (32%) orang responden mencapai tingkat pengetahuan yang ‘kurang’, 36 (48%) orang ‘sedang’, dan 15 (20%) orang responden ‘baik’. Usia responden lebih dominen pada umur 50 tahun ke atas, sebesar 71%.

Kesimpulannya, tingkat pengetahuan sebagian besar pasien terhadap penyakit diabetes mellitus masih kurang. Pengetahuan adalah basis kepada sikap. Ini dapat menjejaskan sikap dan tindakan pasien dalam mengkontrol penyakit mereka.


(5)

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic disease which applies when the pancreas does not produce enough insulin or the body can not utilize the insulin produced effectively, and this resulted in the concentration of glucose in our blood increases. However, the disease can be prevented and controlled.

General purpose of this study was to determine the level of knowledge about diabetes mellitus among patients in poly-endocrine, Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik Hospital. The specific objectives of this study were to review the patient's level of knowledge in the aspects of nutrition, blood sugar monitoring, foot caring, complications, clinical symptoms and disease controlling. The method used was cross-sectional descriptive study. The respondents were patients treated at the poly-endocrine in Haji Adam Malik Hospital. Method of sampling is simple random sampling, the total sample of 75 people.

The results of this study was 24 (32%) of respondents achieved a level of knowledge that 'less', 36 (48%) of 'medium', and 15 (20%) of respondents 'good'. Age of respondents more dominant at age 50 and over, by 71%.

In conclusion, a majority of patients with diabetes mellitus at poly-endocrine in Haji Adam Malik Hospital lacked sufficient knowledge about their disease. This may have contributed to their inability to perform appropriate self-care practices.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur daya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkat-nya, karya tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan. Penelitian ini yang berjudul Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes di Poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, 2010 merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh sarjana kedokteran yang mengikuti sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, perkenankanlah saya untuk ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara karena memberi kepada saya untuk menjalankan penelitian ini.

2. Dosen pembimbing saya, dr. Sugiarto Gani, Sp.PD. yang dengan sepenuh hati mendorong, membimbing dan mengarahkan saya mulai dari pembuatan proposal penelitian sampai akhir selesai penelitian ini.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akedemik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara karena banyak memberi bimbingan.

4. Teman-teman sekelompok saya, karena walaupun tugasan ini merupakan tugasan individu, tetapi mereka tetap banyak membantu saya dan bekerjasama dalam meyelesaikan tugasan ini.

5. Semua pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik yang sudi menjadi responden pada penelitian ini.

6. Orang tua saya yang memberi semangat kepada saya sepanjang pelaksanaan penelitian saya, saya ucapkan ribuan terima kasih.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian, besar harapan saya sekiranya tulisan ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Sekian.


(7)

Medan, November 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

ABSTRAK...iii

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...2

1.3. Tujuan Penelitian...2

1.4. Manfaat Penelitian...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Mellitus……….………....4

2.2. K l a s i f i k a s i … … … . . . … … … . … … . . . . 2.2.1. Prediabetes……...…….……….……..4

2.2.2. Tipe 1……...…...……….…....4

2.2.3. Tipe 2………...……….…...5

2.3. Faktor resiko……….………....…6

2.4. Patofisiologi…...……….….7

2.4.1. Diabetes tipe 1………...………..….7

2.4.2. Diabetes tipe 2……….….7

2.5. Gejala klinis………..….…….………...…..8

2.6. Diagnosis……….….……….……….10

2.6.1. FPG Test……….…….……...…………..11

2.6.2.. OGTT………..………...12

2.7. Penatalaksanaan………..……….………...…...13

2.7.1. Edukasi……….……….………...14

2.7.2. Terapi medis gizi……….………...14

2.7.3. Latihan jasmani……….……….…...….15

2.7.4. Pengelolaan farmakologis…….….…….…...16

2.8. Komplikasi……….………...….18

2.8.1. Komplikasi akut diabetes mellitus….…...….18

2.8.2. Komplikasi kronik diabetes mellitus…...….19

2.9. Pencegahan komplikasi……...……...………...19

2.10. Pengetahuan...23

2.10.1. Pengertian Pengetahuan...23


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep...26

3.2. Definisi Operasional...26

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian...29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...29

4.2.1. Lokasi Penelitian………...………....29

4.2.2. Waktu Penelitian………...………....29

4.3. Populasi dan Sampel…..…...29

4.3.1. Populasi Penelitian………...29

4.3.2. Sampel Penelitian……...………...…...29

4.4. Teknik Pengumpulan Data...31

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas……...…...…...31

4.5. Pengolahan dan Analisa Data...31

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...32

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...33

5.1.3. Hasil Analisis Statistik...35

5 . 2 . Pembahasan...40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan...44

6.2. Saran...45

DAFTAR PUSTAKA...46 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Hasil Tes FPG dan Interprestasi…...……….……….11

2.2. Hasil OGTT dan Interprestasi………...………..12

2.3. Hasil OGTT Diabetes Kehamilan dan Interprestasi...13

2.4. Aktivitas Harian………...15

2.5. Pengelolaan Farmakologis………...18

5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden...34

5.2. Distribusi Frekuensi Usia Responden...35

5.3. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden...35

5.4. Distribusi Jawaban Pertanyaan………...36

5.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden...38

5.6. Distribusi Jenis Kelamin Responden Tingkat Pengetahuan ’Kurang’....38

5.7. Distribusi Usia Responden Tingkat Pengetahaun ’Kurang’...39

5.8. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pengetahuan ’Kurang’...39


(11)

ABSTRAK

Diabetes mellitus adalah satu penyakit kronik yang berlaku bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara efektif, dan ini mengakibatkan konsentrasi glukosa dalam darah kita meningkat. Namun, penyakit ini dapat dicegah dan dikontrol.

Tujuan Umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus pada pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Adam Malik. Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meninjau tingkat pengetahuan pasien dari aspek asupan gizi, cara pemantauan gula darah, perawatan kaki, komplikasi, gejala klinis dan dara pengkontrolan penyakit diabetes mellitus.

Metode yang digunakan adalah cross sectional study yang bersifat deskriptif. Calon yang menjadi responden adalah pasien yang berobat ke poli-endokrin di RSUP Haji Adam Malik. Cara ambil sample adalah simple random sampling, jumlah sample sebesar 75 orang.

Hasil penelitian ini adalah 24 (32%) orang responden mencapai tingkat pengetahuan yang ‘kurang’, 36 (48%) orang ‘sedang’, dan 15 (20%) orang responden ‘baik’. Usia responden lebih dominen pada umur 50 tahun ke atas, sebesar 71%.

Kesimpulannya, tingkat pengetahuan sebagian besar pasien terhadap penyakit diabetes mellitus masih kurang. Pengetahuan adalah basis kepada sikap. Ini dapat menjejaskan sikap dan tindakan pasien dalam mengkontrol penyakit mereka.


(12)

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic disease which applies when the pancreas does not produce enough insulin or the body can not utilize the insulin produced effectively, and this resulted in the concentration of glucose in our blood increases. However, the disease can be prevented and controlled.

General purpose of this study was to determine the level of knowledge about diabetes mellitus among patients in poly-endocrine, Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik Hospital. The specific objectives of this study were to review the patient's level of knowledge in the aspects of nutrition, blood sugar monitoring, foot caring, complications, clinical symptoms and disease controlling. The method used was cross-sectional descriptive study. The respondents were patients treated at the poly-endocrine in Haji Adam Malik Hospital. Method of sampling is simple random sampling, the total sample of 75 people.

The results of this study was 24 (32%) of respondents achieved a level of knowledge that 'less', 36 (48%) of 'medium', and 15 (20%) of respondents 'good'. Age of respondents more dominant at age 50 and over, by 71%.

In conclusion, a majority of patients with diabetes mellitus at poly-endocrine in Haji Adam Malik Hospital lacked sufficient knowledge about their disease. This may have contributed to their inability to perform appropriate self-care practices.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus merupakan satu penyakit kronik yang berlaku bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara efektif, dan ini mengakibatkan konsentrasi glukosa dalam darah kita meningkat (WHO, 2009). Penyakit diabetes dapat diklasifikasi kepada 3 jenis, iaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dan diabetes gestational.

Lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes. Pada tahun 2005, diperkirakan 1,1 juta orang meninggal dari diabetes. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hampir setengah dari kematian diabetes terjadi pada orang di bawah usia 70 tahun, 55% kematian pada wanita diabetes. WHO proyek bahwa kematian diabetes akan berlipat ganda antara tahun 2005 dan 2030 (WHO, 2009).

Namun, Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena prnyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi dan dapat timbul secara perlahan-lahan, sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter untuk memeriksakan kadar glukosa darahnya (Merck, 2003).

Elevasi kronis glukosa darah, bahkan ketika tidak ada gejala hadir untuk memberikan peringatan kepada individu untuk kehadiran diabetes, akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan, dengan konsekuen, dan sering serius, penyakit. Sementara bukti kerusakan jaringan dapat ditemukan pada banyak sistem organ, adalah ginjal, mata, saraf tepi dan sistem vaskular, yang paling signifikan, dan kadang-kadang fatal, wujudnya komplikasi diabetes (Atlas Diabetes, 2009).


(14)

Akan tetapi, penyakit diabetes adalah suatu penyakit yang bisa dicegah. Ada kebutuhan yang mendesak bagi pemerintah untuk menghadapi tantangan untuk menerjemahkan bukti pencegahan yang inisiatif ke dalam program-program yang terjangkau dan layak untuk mencegah epidemi diabetes. Pada saat yang sama, investasi harus dilakukan dalam perawatan diabetes dan manajemen, termasuk pendidikan diabetes, untuk memungkinkan jutaan orang dengan diabetes untuk menjalani kehidupan yang penuh dan produktif. Kebanyakan Diabetes Mellitus Tipe 2 dapat dicegahkan, sedangkan pencegahan diabetes tipe 1 tetap merupakan area kritis untuk penelitian. Namun, kedua-dua diabetes ini bisa dikontrol dan ditundakan supaya tidak timbul komplikasi yang komplex bahkan fatal (Atlas Diabetes, 2009).

Dengan ini, pendidikan dan pengetahuan tentang pencegahan, penundaan dan rehabilitasi Diabetes Mellitus adalah sangat penting supaya penderita bisa menjalani kehidupan seperti normal dengan konsentrasi glukosa darah yang terkontrol. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus pada pasien di Poli-endokrin, Departmen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik supaya untuk mengetahui seberapa pasien-pasien penyakit diabetes faham tentang penyakit diabetes.

1.2 Rumusan Masalah

Sejauh manakah pasien di Poli-endokrin, Departmen Penyakit Dalam faham tent

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus pada pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Adam Malik.


(15)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Meninjau tingkat pengetahuan pasien mengenai asupan gizi yang ideal bagi Diabetes Mellitus.

2. Meninjau tingkat pengetuhuan pasien mengenai cara-cara pemantauan gula darah.

3. Meninjau tingkat pengetuhuan pasien mengenai perawatan kaki.

4. Meninjau tingkat pengetuhuan pasien mengenai komplikasi-komplikasi penyakit Diabetes Mellitus.

5. Meninjau tingkat pengetuhuan pasien mengenai gejala-gejala klinis Diabetes Mellitus.

6. Meninjau tingkat pengetuhuan pasien mengenai cara-cara pengkontrolan Diabetes Mellitus.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Mengembang ilmu pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pasien di poli-endokrin, Departmen Penyakit Dalam Rumah Sakit Haji Adam Malik.

2. Mendapatkan perhatian dari rumah sakit supaya mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakit Diabetes Mellitus.

3. Menjadi masukan bagi divisi poli-endokrin, Departmen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik dalam mengambil kebijakan lebih lanjut dalam meningkatkan perhatian terhadap Diabetes Mellitus .


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus merupakan satu penyakit kronik yang berlaku bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara efektif, dan ini mengakibatkan konsentrasi glukosa dalam darah kita meningkat (WHO, 2009).

2.2. Klasifikasi 2.2.1. Prediabetes:

Prediabetes adalah suatu kondisi dimana kadar gula darah terlalu tinggi untuk dianggap normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk dilabelkan sebagai diabetes. Orang- orang dikatakan sebagai prediabetes jika kadar gula darah puasa mereka adalah antara 101 mg / dL dan 126 mg / dL atau jika tingkat gula darah mereka 2 jam setelah tes toleransi glukosa adalah antara 140 mg / dL dan 200 mg / dL. Mengidentifikasi orang yang prediabetes adalah sangat penting karena mereka mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit Diabetes Mellitus pada masa depan. Penurunan berat badan dari 5 sampai 10% melalui diet dan latihan dapat mengurangkan risiko terkena diabetes pada masa depan dengan signifikan (Merck, 2008).

2.2.2. Tipe 1:

Pada diabetes tipe 1 (sebelumnya disebut sebagai diabetes insulin-dependent atau diabetes onset-remaja), lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi adalah sedikit atau langsung tidak dapat diproduksikan. Namun, hanya sekitar 10% dari semua penderita Diabetes Mellitus menderita Diabetes Tipe 1. Kebanyakan Diabetes Tipe 1 mengembangkan sign dan simptom sebelum usia 30. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau awal dewasa dapat


(17)

menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Faktor genetik dapat membuat sebagian orang lebih rentan terhadap ancaman faktor lingkungan (Merck, 2008).

2.2.3. Tipe 2:

Pada diabetes tipe 2 (sebelumnya disebut sebagai diabetes non-insulin-dependent atau diabetes onset-dewasa), pankreas adalah normal dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang pada tingkat lebih tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe 2 jarang sekali wujud pada anak-anak dan remaja tetapi menjadi lebih umum pada kebelakangan ini. Namun, diabetes tipe 2 biasanya bermula pada pasien yang umurnya lebih dari 30 dan menjadi semakin lebih umum dengan peningkatan usia. Sekitar 15% dari orang yang lebih tua dari 70 tahun menderita diabetes tipe 2. Ras dan etnis menjadi salah satu faktor resiko diabetes tipe 2. Peningkatan risiko menderita diabetes tipe 2 setinggi 2 kali lipat terjadi pada penduduk asli Amerika dan Hispanik yang tinggal di Amerika Serikat. Riwayat keluarga juga memainkan peranan yang penting dalam peningkatan risiko menderita daibetes tipe2. Obesitas adalah faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2, setinggi 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin, makanya, orang obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula darah yang normal. Gangguan tertentu dan obat-obatan dapat mempengaruhi cara tubuh menggunakan ins u lin d a n d ap at me nye ba bk a n d ia bet e s t ip e 2 s ec ara t id ak langsung. Kortikosteroid berdosis tinggi (pada penyakit Cushing atau pengambilan obat kortikosteroid) dan kehamilan (diabetes gestasi) adalah penyebab yang paling umum mengganggu fungsi dan efektivitas insulin. Diabetes juga dapat terjadi pada pasien dengan kelainan hormon seperti kelebihan hormon pertumbuhan (Akromegali) atau pada orang yang dengan tumor mensekresi hormon tertentu. Pankreatitis berat atau berulang serta gangguan lain yang dapat merusak pankreas dapat menyebabkan diabetes (Merck, 2008).


(18)

2.3. Faktor Resiko

Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit Diabetes Melitus dapat disebabkan oleh beberapa hal :

a. Pola Makan

Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus. Hal ini disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan.

b. Obesitas

Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terserang Diabetes Melitus dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.

c. Faktor genetik

Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab Diabetes Melitus orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita Diabetes Melitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena.

d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolism dalam tubuh, termasuk hormon insulin.

e. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.


(19)

2.4. Patofisiologi 2.4.1 Diabetes tipe 1

DM tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang berhubungan dengan kerusakan sel-sel Beta pada pankreas secara selektif. Onset penyakit secara klinis menandakan bahwa kerusakan sel-sel beta telah mencapai status terakhir. Beberapa fitur mencirikan bahwa diabetes tipe merupakan penyakit autoimun. Ini termasuk: (a) kehadiran sel-immuno kompeten dan sel aksesori di pulau pankreas yang diinfiltrasi. (b) asosiasi dari kerentanan terhadap penyakit dengan kelas II (respon imun) gen mayor histokompatibilitas kompleks (MHC; leukosit manusia antigen HLA); (c) kehadiran autoantibodies yang spesifik terhadap sel Islet of Lengerhans; (d) perubahan pada immunoregulasi sel-mediated T, khususnya di CD4 + Kompartemen; (e) keterlibatan monokines dan sel Th1 yang memproduksi interleukin dalam proses penyakit. (f) respons terhadap immunotherapy, dan (g) sering terjadi reaksi autoimun pada organ lain yang pada penderita diabetes tipe 1 atau anggota keluarga mereka. Mekanisme yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk berespon terhadap sel-sel beta sedang dikaji secara intensif.

( Al Homsi and Lukic, 1993). 2.4.2 Diabetes tipe 2

DM tipe 2 memiliki hubungan genetik lebih besar dari tipe 1 DM. Satu studi populasi kembar yang berbasis di Finlandia telah menunjukkan rate konkordansi pada kembar yang setinggi 40%. Efek lingkungan dapat menjadi faktor yang menyebabkan tingkat konkordansi diabetes tibe 2 lebih tinggi daripada tipe 1 DM. Studi genetika molekular pada diabetes tipe 2, menunjukkan bahwa mutasi pada gen insulin mengakibatkan sintesis dan sekresi insulin yang abnormal, keadaan ini disebut sebagai insulinopati. Sebagian besar pasien dengan insulinopati menderita hiperinsulinemia, dan bereaksi normal terhadap administrasi insulin eksogen. Gen reseptor insulin terletak pada kromosom yang mengkodekan protein yang memiliki alfa dan subunit beta, termasuk domain transmembran dan domain tirosin kinase. Mutasi mempengaruhi gen reseptor insulin telah diidentifikasi dan asosiasi mutasi dengan diabetes tipe 2 dan


(20)

resistensi insulin tipe A telah dipastikan. Insulin resistensi tidak cukup untuk menyebabkan overt glucose intolerance, tetapi dapat memainkan peranan yang signifikan dalam kasus obesitas di mana terdapat penurunan fungsi insulin. Insulin resistensi mungkin merupakan event sekunder pada diabetes tipe 2, karena juga ditemukan pada individual obese non-diabetik. Namun, gangguan dalam sekresi insulin barulah faktor primer dalam diabetes tipe 2. Banyak faktor berkontribusi kepada ketidakpekaan insulin, termasuk obesitas dan durasi obesitas, umur, kurangnya latihan, peningkatan pengambilan lemak dan kurangnya serat dan faktor genetik. Obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetika bahkan faktor lingkungan, namun, ini memiliki efek yang kuat pada pengembangan diabetes tipe 2 DM seperti yang ditemukan di negara-negara barat dan beberapa etnis seperti Pima Indian. Evolusi obesitas sehingga menjadi diabetes tipe 2 adalah seperti berikut:(a) augmentasi dari massa jaringan adiposa, yang menyebabkan peningkatan oksidasi lipid; (b) insulin resistensi pada awal obesitas, dinampakkan dari klem euglycemic, sebagai resistent terhadap penyimpanan glukosa insulinmediated dan oksidasi. Seterusnya memblokir fungsi siklus glikogen; (c) meskipun sekresi insulin dipertahankan, namun, glikogen yang tidak terpakai mencegah penyimpanan glukosa yang lebih lanjut dan mengarah ke diabetes tipe 2; (d) kelehan sel beta yang menghasilkan insulin secara komplet. Dari proses-proses ini, dapat dinyatakan bahwa obesitas lebih dari sekedar faktor risiko sahaja, namun dapat memiliki efek kausal dalam pengembangan diabetes tipe 2

(Al Homsi and Lukic, 1993).

2.5 Gejala klinis

Adanya penyakit Diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dari tidak disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah :

Keluhan Klasik

a. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk


(21)

ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain iaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

b. Banyak kencing

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum

Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

d. Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

Keluhan lain :

a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.

b. Gangguan penglihatan

Pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.


(22)

c. Gatal / Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

d. Ganggua Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

e. Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

2.6. Diagnosis

Tes berikut ini digunakan untuk diagnosis

Fasting plasma glucose (FPG) test digunakan untuk mengukur glukosa darah pada orang yang tidak makan apa-apa untuk minimal 8 jam. Tes ini digunakan untuk mendeteksi diabetes dan pre-diabetes

Oral glucose tolerance test (OGTT) digunakan untuk mengukur glukosa darah setelah seseorang puasa minimal 8 jam dan 2 jam setelah seseorang diberi minuman yang mengandungi glukosa. Tes ini dapat digunakan untuk mendiagnosa diabetes dan pre-diabetes.


(23)

Random plasma glucose test, disebut juga tes glukosa plasma kasual, mengukur glukosa darah tanpa memperhatikan apa yang dikonsumsi oleh orang yang sedang diuji. Tes ini, bersama dengan penilaian gejala, digunakan untuk mendiagnosa diabetes tetapi bukan pre-diabetes. *Hasil pengujian yang menunjukkan bahwa seseorang menderita diabetes harus dikonfirmasi dengan tes yang kedua pada hari yang berbeda.

2.6.1. FPG Test

Tes FPG adalah ujian yang lebih disukai untuk mendiagnosis diabetes karena nyaman dan biayaan yang rendah. Namun, tes ini akan melalaikan beberapa diabetes atau pre-diabetes yang dapat ditemukan dengan OGTT. Tes FPG adalah yang paling dapat dipercayai bila dilakukan di pagi hari. Hasil dan interpretasi ditunjukkan pada Tabel. Orang dengan tingkat glukosa puasa setinggi 100 sampai 125 miligram per desiliter (mg / dL) menderita sejenis pre-diabetes yang disebut sebagai gangguan glukosa puasa (IFG). Memiliki IFG berarti seseorang memiliki peningkatan risiko diabetes tipe 2. Tingkat sekitar 126 mg / dL atau lebih, dikonfirmasi dengan mengulang uji pada hari lain, berarti seseorang menderita diabetes.

Tabel 2.6. Tabel Hasil Tes FPG dan Interprestasi Hasil Glukosa Plasma (mg/dL) Diagnosis

99 dan ke bawah Normal

100 sampai 125 Pre-diabetes

126 dan ke atas Diabetes*


(24)

2.6.2. OGTT

Penelitian telah menunjukkan bahwa OGTT lebih sensitif dibandingkan dengan pengujian FPG untuk mendiagnosa pre-diabetes, tapi kurang nyaman untuk administer. OGTT memerlukan puasa minimal 8 jam sebelum ujian. Tingkat glukosa plasma diukur segera sebelum dan 2 jam setelah seseorang minum cairan yang mengandung 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air. Hasil dan interpretasi diperlihatkan pada Tabel. Jika kadar glukosa darah adalah antara 140 dan 199 mg / dL 2 jam setelah minum glukosa(TGT). Setelah TGT, seperti memiliki IFG, berarti seseorang memiliki peningkatan risiko diabetes tipe 2. Tingkat glukosa 2 jam 200 mg / dL atau lebih, dikonfirmasi dengan mengulang uji pada hari lain, berarti seseorang telah menderita diabetes.

Tabel 2.6.2. Tabel Hasil OGTT dan Interprestasi Hasil Glukosa Plasma 2 Jam. (mg/dL) Diagnosa

139 dan ke bawah Normal

140-199 Pre-diabetes

200 dan ke atas Diabetes*

*harus dikonfirmasikan lagi dengan mengulangi tes pada hari yang berbeda.

Diabetes kehamilan juga dapat didiagnosis berdasarkan nilai glukosa plasma yang diukur selama OGTT, caranya adalah menggunakan 100 gram glukosa dalam cairan untuk ujian. Kadar glukosa darah diperiksa empat kali selama tes. Jika kadar glukosa darah di atas normal setidaknya dua kali pada saat tes, wanita itu dikatakan menderita diabetes kehamilan. Tabel menunjukkan hasil di atas normal untuk OGTT untuk diabetes kehamilan (National Diabetes Information Clearinghouse).


(25)

Tabel 2.6. Tabel Hasil OGTT Diabetes Kehamilan dan Interpretasi Hasil Glukosa Plasma (mg/dL) Diagnosis

Pada puasa 95 atau ke atas.

Pada 1 jam 180 atau ke atas.

Pada 2 jam 155 atau ke atas.

Pada 3 jam 140 atau ke atas.

Catatan: Beberapa laboratorium menggunakan nomor lain untuk tes ini. * Angka-angka ini untuk tes menggunakan minuman dengan 100 gram glukosa. (National Diabetes Information Clearinghouse)

2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara pengelolaan yang baik. Tujuan pengelolaan secara umum menurut Perkeni (2006) adalah meningkatkannya kualitas hidup penderita Diabetes. Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar utama pengelolaan Diabetes Melitus, yang meliputi : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.


(26)

2.7.1. Edukasi

Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yng berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi (PERKENI, 2006).

2.7.2. Terapi medis gizi

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal kabohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:

Kabohidrat : 60 – 70% Protein : 10 – 15% Lemak : 20 – 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal (PERKENI, 2006).


(27)

2.7.3. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur. (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. (PERKENI, 2006)


(28)

2.7.4. Pengelolaan farmakologis

Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa : 1. Obat hipoglikemik oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:

A. pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid B. penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion C. penghambat glukoneogenesis (metformin)

D. penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa (PERKENI, 2006).

A. Pemicu Sekresi Insulin 1. Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang (PERKENI, 2006).

. 2. Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati (PERKENI, 2006).


(29)

B. Penambah sensitivitas terhadap insulin Tiazolidindion

Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala (PERKENI, 2006).

C. Penghambat glukoneogenesis Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat

diberikan pada saat atau sesudah makan (PERKENI, 2006).

D. Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens. Mekanisme kerja OHO, efek samping utama, serta pengaruh obat terhadap penurunan A1C dapat dilihat pada tabel (PERKENI, 2006).


(30)

Tabel 2.7. Tabel Penegelolaan Farmakologis

2.8. Komplikasi

2.8.1. Komplikasi akut Diabetes Mellitus a) Hipoglikemi

b) Ketoasidosis – Ketoasidosis diabetikum (KAD) - Hiperosmolar non ketotik (HONK) Ketoasidosis

Kriteria diagnostik KAD:

- klinis: adanya riwayat diabetes mellitus sebelumnya, kesadaran menurun, nafas kussmaul dan berbau aseton, adanya tanda-tanda dehidrasi.

- aktor pencetus yang biasa menyertai: infeksi akut, IMA dan stroke.

- Lab: Gula darah > 250mg/dl, asidosis metabolik (pH <7,3, bikarbonat < 15 meq/L), ketosis (ketonemia dan ketouria).

Kriteria diagnostik HONK:

- Orang tua umur > 40 tahun.

- Adanya hiperglikemia disertai osmolaritas darah yang tinggi >320 Osm. - Tanpa disertai asidosis dan ketosis.


(31)

2.8.2. Komplikasi kronik diabetes mellitus 1. Komplikasi Vaskuler

a. microvaskuler

- Mata : Retinopati

Neurophati (non poliferatif/ poliferatif) Macular edema

Katarak Glaukoma

- Neuropati : sensorik dan motorik (mononeuropati dan polineuropati) - Autonomik

2. Komplikasi nonvaskuler - Gastrointestinal: diare

gastroparesis - Genitourinary: disfungsi ereksi

ejakulasi retrograde - manifestasi dermatologik

3. Ulkus Diabetikum (Harrison, 2008)

2.9. Pencegahan komplikasi

i. Atur jumlah karbohidrat dengan hati-hati

Terkena Diabetes bukan berarti harus menghindari makan karbohidrat sama sekali. Karbohidrat memberikan energi bagi tubuh entah itu dari biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, sayuran segar dan buah-buahan. Dan kita juga dapat makan buah meskipun itu rasanya manis. Ini tentang pola makan yang benar dengan pengaturan jumlah karbohidrat setiap kali makan. Seorang ahli diet dapat membantu dalam mengatur dan mempelajari seberapa banyak kalori dan nutrisi yang tepat (Jevuska, 2010).


(32)

ii. Turunkan berat badan jika memang diperlukan

Menurunkan berat badan dengan perlahan dan mulai dari yang terkecil sekitar 4 – 6 kg dapat mengurangi risiko komplikasi dari diabetes. Hal ini sangat membantu menurunkan gula darah dan tekanan darah. Dengan ini, kita akan memiliki lebih banyak energi. Tujuannya untuk membakar lebih banyak kalori yang makan. Untuk memulai, haruslah mengurangi makanan dengan kadar lemak yang tinggi seperti keripik atau kentang goreng (Jevuska, 2010).

iii. Cukup Tidur

Tidur yang sangat sedikit dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan mendorong seseorang untuk makan makanan dengan karbohidrat tinggi. Ini dapat menyebabkan penambahan berat badan, meningkatkan risiko komplikasi seperti penyakit jantung dan ginjal. Jika seseorang memiliki kesulitan untuk tidur, dia harus mengatasi dan konsultasi dengan ahlinya. Memperbaiki pola tidur dapat menurunkan kadar gula darah (Jevuska, 2010).

iv. Aktif berolahraga

Berolahraga dapat membantu tubuh untuk mengurangkan glukosa yang lebih. Lakukan setengah jam sehari; bahkan saat bekerja. Latihan dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, kolesterol, tekanan darah, dan menjaga berat badan. Olahraga juga dapat mengurangi stres dan dapat membantu mengurangi konsumsi obat diabetes (Jevuska, 2010).

v. Pantau Gula darah setiap hari

Memantau dengan benar-benar menge membantu menghindari komplikasi diabetes, seperti nyeri saraf, dan mencegahnya semakin bertambah buruk. Monitor kadar gula darah juga dapat


(33)

membantu kita memantau apakah makanan, aktivitas dan pengobatan dapat mengkontrol kadar glukosa darah. Ini turut memudahkan dokter untuk menetapkan target tingkat glukosa darah (Jevuska, 2010).

vi. Manajemen Stress

Stres dapat menyebabkan kadar glukosa darah kita naik. Singkirkan sebisa mungkin apa pun yang menekankan fisik atau mental. latihan pernapasan, yoga, dan meditasi dapat sangat efektif jika seseorang memiliki diabetes tipe 2 (Jevuska, 2010).

vii. Kurangkan konsumsi Garam

Mengurangi garam dalam diet/makanan. Ini dapat membantu menurunkan tekanan darah dan melindungi ginjal. Sebagian besar garam seperti dalam makanan Amerika berasal dari makanan olahan. Hindari makanan buatan dan makan makanan dari bahan-bahan segar sebisa mungkin. Gunakan bumbu dan rempah-rempah untuk menggantikan garam bila memasak (Jevuska, 2010).

viii. Penyakit Jantung dan Diabetes

Penyakit jantung dapat menjadi komplikasi dari diabetes yang sangat serius. Awasi resiko terjadinya komplikasi penyakit jantung dengan sistem ABC:

A1C level (Kadar hemoglobin). Ini menunjukkan ukuran rata-rata kontrol gula darah selama 2-3 bulan.Seseorang yang menderita diabetes harus memeriksakan dua kali atau lebih dalam setahun. Konsultasikan dengan dokter tentang pengaturan dan tujuannya juga diperlukan.

Blood pressure (Tekanan darah). Targetnya di bawah 130/80 mm Hg.

Cholesterol (Kolesterol). Targetnya kadar LDL di bawah 100 mg/dl; HDL di atas 40 mg/dl, dan trigliserida di bawah 150 mg/dl (Jevuska, 2010).


(34)

ix. Perawatan luka, pembengkakan dan lebam

Diabetes meningkatkan risiko infeksi dan memperlambat penyembuhan, jadi obati dan rawat luka dan goresan dengan cepat. Bersihkan luka benar, gunakan tidak membaik dalam beberapa hari. Periksa kaki setiap hari untuk lecet, luka-luka, kemerahan, atau bengkak. Membuat kaki menjadi sedikit lembab mencegah terjadinya retakan pada kaki (Jevuska, 2010).

x. Berhentilah dari kebiasaan merokok

Menurut berpengaruh pada resiko terjadinya diabetes. Jadi lakukankan dengan perlahan untuk berhenti merokok. Orang dengan diabetes yang merokok tiga kali lebih mungkin cepat meninggal karena penyakit jantung daripada mereka yang tidak. darah da Tanyakan kepada dokter tentang bantuan untuk berhenti merokok (Jevuska, 2010).

xi. Makan makanan super, bukan supersize

Tidak makanan tunggal untuk diet diabetes. Tapi ada dasar-dasar diet yang perlu kita ketahui: Nikmati makanan super seperti buah beri, kentang manis, ikan yang kaya omega-3 fatty acids, sayur-sayuran dengan daun hijau tua. Hindari makanan dengan lemak tak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda seperti minyak zaitun. Seorang ahli diet yang terdaftar dapat membantu mengatur jenis makanan yang cocok (Jevuska, 2010).


(35)

Cobalah mengatur jadwal konsultasi dan kunjungi dokter dua sampai empat kali dalam setahun. Jika seseorang menggunakan insulin atau memerlukan bantuan untuk menyeimbangkan kadar gula darah, dia harus mengunjungi dokter sesering mungkin. setahun sekali. Diskrining untuk mata, saraf, kerusakan ginjal, dan komplikasi lainnya digalakkan. Kunjungi pula dokter gigi dua kali setahun. Dan pastikan untuk memberitahu semua penyedia layanan kesehatan bahwa memiliki penyakit diabetes. (Jevuska, 2010)

2.10.Pengetahuan

2.10.1.Pengertian Pengetahuan

Menurut Bahasa Indonesia, pengetahuan (Knowledge) bererti hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Apabila suatu pembuatan didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut:

- Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

- Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu disini sikap subjek sudah mulai muncul.

- Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

- Trial dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.


(36)

- - Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.10.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam bidang atau ranah kognitif mempunyai enam tingkatan bergerak dari yang sederhana sampai pada yang kompleks yaitu:

1. Jenjang C1 mengetahui/Tahu (Know)

Mengetahui berdasarkan mengingat kepada bahan yang sudah dibelajari sebelumnya. Mengetahui dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit seperti fakta (sempit) dan teori (luas). Namun, apa yang diketahui hanya sekadar informasi yang dapat disingkat saja. Oleh karena itu pengetahuan merupakan tingkat yang paling rendah.

2. Jenjang C2 Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan memahami arti sebuah ilmu seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu.

3. Jenjang C3 Penerapan/Aplikasi (Aplication)

Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu ilmu yang sudah dibelajari ke dalam situasi baru seperti menerapkan suatu metode, konsep, prinsip atau teori.

4. Jenjang C4 Analisa (Analisis)

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan suatu sama lainnya. Seperti yang menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Jenjang C5 Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,


(37)

menyelesaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Jenjang C6 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penelitian terhadap suatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Misalnya dapat membandingkan, menanggapi dan dapat menafsirkan dan sebagainya.


(38)

• diet

• pemantauan gula darah • perawatan kaki

• komplikasi penyakit • gejala klinis diabetes • pengkontrolan diabetes

BAB III

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus Pada Pasien di Poli-endokrin, Departmen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, 2010, akan yang diuraikan berdasarkan variable-variabel,

Gambar 2. Kerangka konsep tentang Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus Pada Pasien di Poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, 2010".

3.2. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup diet, pemantauan gula darah, perawatan kaki, komplikasi penyakit, gejala klinis diabetes mellitus, pengkontrolan diabetes dan tingkat pengetahuan.

Pasien Diabetes Mellitus dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berobat ke Poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam

Pengetahuan pasien diabetes mellitus


(39)

Malik, dan telah didiagnostik sebagai orang yang menderita penyakit diabetes mellitus.

Diet diabetes adalah diet yang sehat kapada kebanyakan orang. Pelan diet harus dirancang sesuai dengan kondisi individu pasien supaya mengkontrol gula darah pasien diabetes. Pengkontrolan ini adalah penting karena dapat mencegah komplikasi diabetes dan meningkat kualitas hidup pasien.

Pemantauan gula darah adalah usuha yang mengawasi gula darah supaya tingkat gula darah selalu dalam keadaan yang terkontrol. Pemantauan gula darah juga merupakan usuha untuk mengetahui kesan-kesan perobatan pada pasien. Pemeriksaan gula darah termasuk pemeriksaan tingkat hemoglobin A1.

Perawatan kaki adalah usaha dalam menjaga kesehatan kaki pasien diabetes. Luka pada pasien diabetes mengalami gangguan dalam penyembuhan dan mudah terinfeksi sehingga harus diamputasi akibat gangren. Perawatan kaki termasuk pemeriksaan kaki secara teliti setiap hari, jaga kebersihan, memakai alas kaki walaupun di rumah dan sebagainya yang seperti tertulis dalam Bab II.

Gejala komplikasi adalah tanda dan gejala yang timbul pada pasien diabetes yang tidak terkontrol ataupun semasa pengambilan insulin. Komplikasi dapat dibagikan kepada akut dan kronik. Akut termasuk ketoasidosis dan hipoglikemia ; dan kronik dapat digolong kepada gangguan mikrovaskuler, saraf tepi, mata, ulkus diabetikum dan lain-lain seperti tertulis di Bab II.

Gejala klinis adalah tanda dan gejala yang wujud pada penderita diabetes. Antara gejala klasik termasuk banyak minum, banyak makan dan banyak buang air kecil. Namun, gejala lain bisa termasuk penurunan berat badan, gangguan ereksi, keputihan, kegatalan pada tempat kemaluan, serta gejala lain yang tertulis di Bab II.

Pengkontrolan diabetes adalah usaha-usaha untuk mengkontrol gula darah pada pasien diabetes sesuai dengan targetnya. Ini dapat termasuk lakukan latihan jasmani yang konstan, kurangkan berat badan, kontrol tekanan darah dan lain-lain. Pengkontrolan diabetes adalah penting karena dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah komplikasi pada pasien.


(40)

Tingkat pengetahuan pasien adalah tingkat informasi yang dimiliki oleh pasien Diabetes Mellitus di Poli-endokrin, Departamen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik terhadap penyakiy diabetes. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari

Michigan Diabetes Research and Training Center’s Brief Diabetes Knowledge Test. Seterusnya, nilai yang diskor oleh paisien akan dihitung dengan jumlah soalan yang dijawab secara benar dibagi dengan jumlah soalan yang ditanyakan. Berdasarkan Medscape, pasien akan digolongkan kepada 3 kelompol seperti berikut:

a) Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruh tentang diabetes mellitus (skor jawaban responden >75).

b) Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang diabtes mellitus (skor jawaban responden 60%-74%).

c) Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang diabetes mellitus (skor jawaban responden <59%).


(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survel cross sectional yang bersifat deksriptif, yang bertujuan untuk menentukan tingkat pengetahuan pasien-pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik. Survel cross sectional merupakan peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat, iaitu pada saat pemeriksaan tersebut.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 7 bulan, sejak peneliti menentukan judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung sejak bulan Maret 2010 hingga Oktober 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Mellitus di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.


(42)

Kriteria Inklusi

a) Merupakan pasien yang berobat di Poli-endokrin, Departamen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik.

b) Kooperatif dan bersedia untuk diwawancara. c) Pengertian bahasa Indonesia yang baik.

d) Tidak pernah mengikuti wawancara tentang pengetahuan terhadap diabetes mellitus.

Kriteria Eksklusi

a) Memiliki gangguan mental.

b) Orang yang berpendidikan dalam bidang kesehatan seperti: dokter, perawat, bidan dan sebagainya.

Dalam menentukan besarnya sample peneliti menggunakan metode pengambilan sample secara simple random sampling. Jumlah sampel dihitung dengan rumus di bawah ini, dimana tingkat ketepatan relatif 5%.

Dari rumus di bawah, sampel yang diambil adalah sebesar 73 orang pasien. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 75 sampel (Sudigdo, 2007) :

n = Za²PQ d²

n = besar sampel Za = deviat baku alfa

P = proporsi kategori variable yang diteliti Q = 1- Q

d = persisi (5%) n = Za²PQ

n = 1,96² (0,05) (1-0,05) (0,05)²


(43)

n = 72,9904 n ~ 73

Sampel penelitian adalah akan dipilih secara random kira-kira 75 orang pasien yang akan diberi kuesioner.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Responden pada penelitian evaluatif ini adalah pasien Diabetes Mellitus di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik terpilih sebagai sampel pada survei ini. Data ini dikumpulkan dengan melalui kuesioner yang telah diberikan secara random pada 75 orang pasien. Kuesioner untuk survei yang digunakan adalah dimodifikasi dari Michigan Diabetes Research and Training Center’s Brief Diabetes Knowledge Test. Sebelum diberikan kepada pasien, kuesioner ini telah diuji validitas dan kolerasi. Kalau pasien tidak faham akan erti pertanyaan, maka mereka diberi penerangan dengan segera.

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas kuesioner pada penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitas selepas ujian proposal. Sebanyak 20 sampel yang karakteristik mirip dengan responden telah diambil untuk menguji validitas. 20 sampel ini diambil dari golongan pasien yang berobat di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik. Sampel untuk uji validitas tidak dimasukkan sebagai data penelitian ini. Pertanyaan yang tidak valid dikeluarkan dari kuensioner. Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapati dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk setiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 20 orang dengan taraf signifikasi 0.1 adalah 0.444. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Seterusnya, kuensioner yang valid dilakukan uji realibilitas. Hasilnya, terdapat 15 pertanyaan yang valid.


(44)

Menurut Notoatmodjo (2005), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0. Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010. Uji reliabilitas dilakukan pada semua pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 17.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel,maka pertanyaan tersebut reliabel.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program komputer SPSS (statistical product and service solution) versi 15.0. Data telah dianalisa secara deskriptif. Hasil ditampilkan dalam tabel bentuk distribusi.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A pada tahun 1990 sesuai dengan Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Pada tahun 1991 pula ia dijadikan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, dan RSUP H Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. RSUP H Adam Malik Medan mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

Menjelang tahun 1993, pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSUP H Adam Malik Medan sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993. Mulai tahun 2007, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 280/KMK.05/2007 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dengan No.756/Menkes/SK/VI/2007 tepatnya pada Juni 2007 RSUP H Adam Malik Medan telah berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap dengan tetap mengikuti pengarahan yang diberikan oleh Ditjen Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi BLU penuh.

Untuk mewujudkan hal ini perlu pemberdayaan dan kemandirian Instalasi dan SMF (Satuan Medis Fungsional) sehingga produktif dan efisien, dan dilakukan penyesuaian Organisasi yang didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 244/Menkes/Per/III/2008 tentang


(46)

Organisasi dan Tata Kerja RSUP H Adam Malik Medan tanggal 11 Maret 2008 sampai dengan sekarang (November 2009).

Sesuai dengan komitmen untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang modern, lengkap, dan bermutu, sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan RSUP H Adam Malik Medan memiliki berbagai pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk memberikan diagnose, perawatan, dan konsultasi untuk berbagai jenis penyakit. Dalam kaitannya untuk memberikan pelayanan dalam hal pencegahan kepada masyarakat, rumah sakit juga memberikan konsultasi atas berbagai jenis penyakit dan memberikan informasi sebagai pendidikan kepada masyarakat dan pengembangannya.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden pada penelitian evaluatif ini adalah pasien yang berobat di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik. Sampel diambil berdasarkan tingkat ketepatan relative atau ketepatan yang diingini 0.1 (10%). Maka sample penelitian akan dipilih secara random kira-kira 75 orang pasien.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 42 56

Perempuan 33 44

Total 75 100

Data dikumpulkan melalui kuesioner yang akan diberikan secara random kepada 75 orang pasien. Sebanyak 42 (56%) pasien laki-laki dan 33 (44%) pasien perempuan telah menjadi responden untuk penelitian ini.


(47)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden

Usia Frekuensi (n) Persen (%)

<30 tahun 1 1

31-40 tahun 11 15

41-50 tahun 10 13

51-60 tahun 33 44

>60 tahun 20 27

Total 75 100

Dari 75 orang responden, didapati terdapat 1(1%) orang lebih mudah daripada umur 30, 11(15%) orang pasien berumur 31-40 tahun, 10(13%) orang pasien berumur 41-50 tahun, 33(44%) orang pasien berumur 51-60 tahun dan 20(27%) orang pasien berumur lebih tua daripada 60 tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

Tiada 5 6

SD 11 15

SMP 23 31

SMA 23 31

S1 13 17

Total 75 100

Dari 75 orang responden, terdapat 5(6%) orang pasien tidak pernah menerima pendidikan dari sekolah, 11(15%) orang pasien mecapai tingkat SD, 23(31%) orang pasien mencapai tingkat SMP, 23(31%) orang pasien mencapai tingkat SMA, dan 13(17%) orang mencapai tingkat S1.


(48)

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Pertanyaan

Pertanyaan Betul Salah Total

S1 43(57%) 32(43%) 75(100%)

S2 60(80%) 15(20%) 75(100%)

S3 50(67%) 25(33%) 75(100%)

S4 11(15%) 64(85%) 75(100%)

S5 47(63%) 28(37%) 75(100%)

S6 26(35%) 49(65%) 75(100%)

S7 64(84%) 12(16%) 75(100%)

S8 55(73%) 20(27%) 75(100%)

S9 63(84%) 12(16%) 75(100%)

S10 56(75%) 19(25%) 75(100%)

S11 48(64%) 27(36%) 75(100%)

S12 56(75%) 19(25%) 75(100%)

S13 54(72%) 21(28%) 75(100%)

S14 60(80%) 15(20%) 75(100%)

S15 38(51%) 37(49%) 75(100%)

Interpretasi :

Pertanyaan pertama menanyakan erti diet diabetes. Dari 75 orang responden, ternyata 32 (43%) orang pasien memberikan jawaban yang salah dan terdapat 43 (57%) orang pasien mampu menjawab secara betul.

Pertanyaan 2 menanyakan makanan apa yang mengandungi karbohidrat yang paling tinggi. Seramai 15 (20%) orang responden menjawab dengan salah, dan 60 (80%) orang yang menjawab secara betul.


(49)

Pertanyaan 3 menanyakan makanan apa yang mengandungi lemak yang paling tinggi. Terdapat 25 (33%) orang responden memberi jawaban yang salah, dan 50 (67%) orang responden yang jawab secara betul.

Pertanyaan 4 menanyakan makanan apa yang boleh dikatakan sebagai makanan bebas untuk pasien DM. Terdapat 64 (85%) orang responden menjawab secara salah, dan hanya 11 (15%) orang yang dapat menjawab secara betul.

Pertanyaan 5 menanyakan metode yang paling baik untuk pengujian gula darah. Terdapat 28 (37%) orang responden menjawab secara salah, dan 47 (63%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 6 menanyakan efek jus buah yang tanpa pemanis terhadap gula darah. Terdapat 49 (65%) orang responden menjawab secara salah, dan 26 (35%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 7 menanyakan efek olahraga terhadap glukosa darah seorang pasien DM yang terkontrol. Terdapat 12 (16%) orang responden menjawab secara salah, dan 63 (84%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 8 menanyakan cara yang terbaik untuk merawat kaki pasien DM. Terdapat 20 (27%) orang responden menjawab secara salah, dan 55 (73%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 9 menanyakan manfaat makan makanan rendah lemak. Terdapat 12 (16%) orang responden menjawab secara salah, dan 63 (84%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 10 menanyakan kesemutan dan kebas-kebas adalah gejala dari penyakit apa. Terdapat 19 (25%) orang responden menjawab secara salah, dan 56 (75%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 12 menanyakan gangguan apa yang biasanya tidak terkait dengan penyakit DM. Terdapat 27 (36%) orang responden menjawab secara salah, dan 48 (64%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 12 menanyakan penyebab glukosa darah rendah. Terdapat 19 (25%) orang responden menjawab secara salah, dan 56 (75%) orang menjawab secara betul.


(50)

Pertanyaan 13 menanyakan perubahan glukosa darah jika memakai insulin tanpa makan. Terdapat 21 (28%) orang responden menjawab secara salah, dan 54 (72%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 14 menanyakan penyebab glukosa darah tinggi. Terdapat 15 (20%) orang responden menjawab secara salah, dan 60 (80%) orang menjawab secara betul.

Pertanyaan 15 menanyakan penyebab reaksi insulin. Terdapat 37 (49%) orang responden menjawab secara salah, dan 38 (51%) orang menjawab secara betul.

Tabel.5.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Kurang (<59%) 24 32

Sedang (60%-74%) 36 48

Baik (>75%) 15 20

Total 75 100

Interpretasi:

Dari 75 responden, terdapat 24 (32%) orang responden yang mencapai tingkat pengetahuan yang kurang, 36 (48%) orang berada pada tahap sedang, dan 15 (20%) orang responden yang mempunyai pengetahuan tentang DM yang baik.

Tabel.5.6. Distribusi Jenis Kelamin Responden Tingkat Pengetahuan ’Kurang’

Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 11 46

Perempuan 13 54

Total 24 100

Interpretasi:

Dari 24 responden dengan tingkat pengetahuan rendah ’Kurang’, terdapat 11 (46%) orang laki-laki, dan 13 (54%) perempuan.


(51)

Tabel.5.7. Distribusi Usia Responden Tingkat Pengetahaun ’Kurang’

Usia Frekuensi (n) Persen (%)

<30 tahun 1 4

31-40 tahun 4 17

41-50 tahun 2 8

51-60 tahun 11 46

>60 tahun 6 25

Total 24 100

Interpretasi:

Dari 24 responden dengan tingkat pengetahuan ’Kurang’, didapati terdapat 1 (4%) orang lebih mudah daripada umur 30, 4 (17%) orang pasien berumur 31-40 tahun, 2 (8%) orang pasien berumur 41-50 tahun, 11 (46%) orang pasien berumur 51-60 tahun dan 6 (25%) orang pasien berumur lebih tua daripada 60 tahun.

Tabel.5.8. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pengetahuan ’Kurang’

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

Tiada 5 21

SD 9 38

SMP 4 17

SMA 3 12

S1 3 12

Total 24 100

Dari 24 responden dengan tingkat pengetahuan ’Kurang’, terdapat 5 (21%) orang pasien tidak pernah menerima pendidikan dari sekolah, 9 (38%) orang


(1)

S9

12

16.0

16.0

16.0

63

84.0

84.0

100.0

75

100.0

100.0

salah

betul

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

S10

19

25.3

25.3

25.3

56

74.7

74.7

100.0

75

100.0

100.0

salah

betul

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

S11

27

36.0

36.0

36.0

48

64.0

64.0

100.0

75

100.0

100.0

salah

betul

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

S12

19

25.3

25.3

25.3

56

74.7

74.7

100.0

75

100.0

100.0

salah

betul

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

S13

21

28.0

28.0

28.0

54

72.0

72.0

100.0

75

100.0

100.0

salah

betul

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent


(2)

S14

15

20.0

20.0

20.0

60

80.0

80.0

100.0

75

100.0

100.0

salah

betul

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

S15

37

49.3

49.3

49.3

38

50.7

50.7

100.0

75

100.0

100.0

salah

betul

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Nilai

1

1.3

1.3

1.3

1

1.3

1.3

2.7

5

6.7

6.7

9.3

2

2.7

2.7

12.0

15

20.0

20.0

32.0

6

8.0

8.0

40.0

1

1.3

1.3

41.3

16

21.3

21.3

62.7

13

17.3

17.3

80.0

8

10.7

10.7

90.7

1

1.3

1.3

92.0

4

5.3

5.3

97.3

2

2.7

2.7

100.0

75

100.0

100.0

27.00

33.00

40.00

47.00

53.00

60.00

66.00

67.00

73.00

80.00

86.00

87.00

93.00

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

ting.pengetahuan

24

32.0

32.0

32.0

36

48.0

48.0

80.0

15

20.0

20.0

100.0

75

100.0

100.0

kurang

sedang

baik

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid P erc ent

Cumulative

Percent


(3)

Usia

1

1.3

1.3

1.3

11

14.7

14.7

16.0

10

13.3

13.3

29.3

33

44.0

44.0

73.3

20

26.7

26.7

100.0

75

100.0

100.0

<30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

51-60 tahun

>60 tahun

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Reliability

[DataSet2] C:\Program Files\SPSS Evaluation\realiability.sav

Scale: ALL VARIABLES

Ca se P rocessing Sum ma ry

20

100.0

0

.0

20

100.0

Valid

Ex cluded

a

Total

Cases

N

%

Lis twis e deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.838

15

Cronbach's


(4)

Correlations S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 Total

S1 Pearson

Correlation 1 0.522 233 0.242 32 0.285 112 0.179 106 0.414 141 0.552 771 0.179 106 0.290 129 0.010 101 0.372 839 0.301 511 0.452 267 0.010 101 -0.242 32 0.328 244 -0.010 1 -0.452 27 0.153 522 0.290 129 0.058 026 0.287 213 0.555 606 Sig. (2-tailed) 0.018 173 0.303 313 0.223 053 0.449 917 0.069 469 0.011 481 0.449 917 0.214 659 0.966 287 0.105 441 0.196 394 0.045 27 0.966 287 0.303 313 0.157 674 0.966 287 0.045 27 0.518 142 0.214 659 0.808 009 0.219 512 0.010 978

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S2 Pearson Correlation

0.522 233 1

0.060 523 0.125 988 0.181 568 0.406 181 0.288 675 0.181 568 0.2

-0.290 13 0.629 941 0.577 35 0.577 35 0.174 078 -0.544 7 0.235 702 0.290 129 1.52E-17 0.125 988 0.466 667 0.2

1.52E-17 0.585 462 Sig. (2-tailed) 0.018 173 0.799 905 0.596 616 0.443 608 0.075 558 0.217 07 0.443 608 0.397 873 0.214 659 0.002 913 0.007 685 0.007 685 0.462 946 0.013 014 0.317 113 0.214 659 1

0.596 616

0.038 055

0.397 873 1

0.006 687

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S3 Pearson Correlation 0.242 32 0.060 523 1

0.480 384 0.098 901 -0.031 61 0.366 9 0.098 901 0.302 614 -0.031 61 -0.022 88 0.104 828 0.157 243 0.389 819 0.098 901 0.256 776 0.031 607 0.104 828 0.434 634 0.302 614 0.302 614 0.171 184 0.456 067 Sig. (2-tailed) 0.303 313 0.799 905 0.032 045 0.678 259 0.894 762 0.111 554 0.678 259 0.194 683 0.894 762 0.923 737 0.660 056 0.507 927 0.089 31 0.678 259 0.274 459 0.894 762 0.660 056 0.055 489 0.194 683 0.194 683 0.470 529 0.043 272

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S4 Pearson Correlation 0.285 112 0.125 988 0.480 384 1

-0.022 88 0.153 522 0.218 218 -0.022 88 0.125 988 -0.065 8 0.190 476 0.218 218 0.327 327 0.592 157 0.205 879 0.089 087 0.065 795 -0.054 55 0.190 476 0.377 964 0.125 988 0.356 348 0.521 087 Sig. (2-tailed) 0.223 053 0.596 616 0.032 045 0.923 737 0.518 142 0.355 346 0.923 737 0.596 616 0.782 858 0.421 171 0.355 346 0.158 907 0.005 945 0.383 854 0.708 776 0.782 858 0.819 308 0.421 171 0.100 366 0.596 616 0.123 034 0.018 474

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S5 Pearson Correlation 0.179 106 0.181 568 0.098 901 -0.022

88 1 0.453 033 0.157 243 0.120 879 -0.060 52 -0.179 11 0.022 875 0.244 6 0.104 828 0.242 32 0.340 659 0.171 184 0.179 106 -0.104 83 -0.205 88 0.181 568 -0.060 52 0.042 796 0.344 05 Sig. (2-tailed) 0.449 917 0.443 608 0.678 259 0.923 737 0.044 862 0.507 927 0.611 7 0.799 905 0.449 917 0.923 737 0.298 645 0.660 056 0.303 313 0.141 627 0.470 529 0.449 917 0.660 056 0.383 854 0.443 608 0.799 905 0.857 822 0.137 451

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S6 Pearson Correlation 0.414 141 0.406 181 -0.031 61 0.153 522 0.453 033 1

0.201 008 0.242 32 0.174 078 -0.212 12 0.285 112 0.033 501 0.301 511 0.191 919 0.031 607 0.082 061 0.010 101 -0.301 51 0.065 795 0.174 078 0.174 078 0.123 091 0.452 594 Sig. (2-tailed) 0.069 469 0.075 558 0.894 762 0.518 142 0.044 862 0.395 451 0.303 313 0.462 946 0.369 275 0.223 053 0.888 491 0.196 394 0.417 595 0.894 762 0.730 892 0.966 287 0.196 394 0.782 858 0.462 946 0.462 946 0.605 149 0.045 096

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S7 Pearson Correlation 0.552 771 0.288 675 0.366 9 0.218 218 0.157 243 0.201 008 1

0.681 385 0.288 675 0.201 008 0.327 327 0.166 667 0.25

0.201 008 -0.104 83 0.153 093 0.050 252 -0.25

0.327 327 0.288 675 0.288 675 0.612 372 0.643 322 Sig. (2-tailed) 0.011 481 0.217 07 0.111 554 0.355 346 0.507 927 0.395 451 0.000 939 0.217 07 0.395 451 0.158 907 0.482 493 0.287 763 0.395 451 0.660 056 0.519 326 0.833 359 0.287 763 0.158 907 0.217 07 0.217 07 0.004 103 0.002 213

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S8 Pearson Correlation 0.179 106 0.181 568 0.098 901 -0.022 88 0.120 879 0.242 32 0.681 385 1

0.423 659 0.242 32 0.251 63 -0.104 83 0.104 828 0.031 607 -0.098 9 -0.256 78 -0.242 32 -0.366 9 0.251 63 0.181 568 0.181 568 0.684 737 0.412 632 Sig. (2-tailed) 0.449 917 0.443 608 0.678 259 0.923 737 0.611 7 0.303 313 0.000 939 0.062 681 0.303 313 0.284 527 0.660 056 0.660 056 0.894 762 0.678 259 0.274 459 0.303 313 0.111 554 0.284 527 0.443 608 0.443 608 0.000 866 0.070 595

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S9 Pearson Correlation

0.290 129 0.2

0.302 614 0.125 988 -0.060 52 0.174 078 0.288 675 0.423 659 1

0.174 078 -0.125 99 0.192 45 0.288 675 -0.058 03 -0.302 61 -0.235 7 -0.174 08 -1.3E-17 0.629 941 0.2

0.466 667 0.235 702 0.459 556 Sig. (2-tailed) 0.214 659 0.397 873 0.194 683 0.596 616 0.799 905 0.462 946 0.217 07 0.062 681 0.462 946 0.596 616 0.416 283 0.217 07 0.808 009 0.194 683 0.317 113 0.462 946 1

0.002 913 0.397 873 0.038 055 0.317 113 0.041 497

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 0 Pearson Correlation 0.010 101 -0.290 13 -0.031 61 -0.065 8 -0.179 11 -0.212 12 0.201 008 0.242 32 0.174 078 1

-0.153 52 -0.301 51 -0.201 01 -0.414 14 0.453 033 -0.123 09 -0.191 92 -0.301 51 0.065 795 0.174 078 0.174 078 0.328 244 0.014 246 Sig. (2-tailed) 0.966 287 0.214 659 0.894 762 0.782 858 0.449 917 0.369 275 0.395 451 0.303 313 0.462 946 0.518 142 0.196 394 0.395 451 0.069 469 0.044 862 0.605 149 0.417 595 0.196 394 0.782 858 0.462 946 0.462 946 0.157 674 0.952 465

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20


(5)

1 Correlation 839 941 0.022 88

476 875 112 327 63 0.125 99

0.153 52

175 99 112 0.434 63

0.089 09

522 0.218 22

619 941 988 087 258

Sig. (2-tailed) 0.105 441 0.002 913 0.923 737 0.421 171 0.923 737 0.223 053 0.158 907 0.284 527 0.596 616 0.518 142 0.021 85 0.027 929 0.223 053 0.055 489 0.708 776 0.518 142 0.355 346 0.841 982 0.002 913 0.596 616 0.708 776 0.032 924

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 2 Pearson Correlation 0.301 511 0.577 35 0.104 828 0.218 218 0.244 6 0.033 501 0.166 667 -0.104 83 0.192 45 -0.301 51 0.509 175 1

0.666 667 0.368 514 -0.454 26 0.068 041 0.301 511 0.166 667 0.145 479 0.577 35 0.192 45 -0.068 04 0.570 63 Sig. (2-tailed) 0.196 394 0.007 685 0.660 056 0.355 346 0.298 645 0.888 491 0.482 493 0.660 056 0.416 283 0.196 394 0.021 85 0.001 327 0.109 868 0.044 215 0.775 623 0.196 394 0.482 493 0.540 552 0.007 685 0.416 283 0.775 623 0.008 603

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 3 Pearson Correlation 0.452 267 0.577 35 0.157 243 0.327 327 0.104 828 0.301 511 0.25

0.104 828 0.288 675 -0.201 01 0.490 99 0.666 667 1

0.552 771 -0.419 31 0.102 062 -0.050

25 -0.375 -0.054 55 0.288 675 -1.1E-17 0.153 093 0.528 832 Sig. (2-tailed) 0.045 27 0.007 685 0.507 927 0.158 907 0.660 056 0.196 394 0.287 763 0.660 056 0.217 07 0.395 451 0.027 929 0.001 327 0.011 481 0.065 715 0.668 53 0.833 359 0.103 279 0.819 308 0.217 07 1

0.519 326

0.016 513

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 4 Pearson Correlation 0.010 101 0.174 078 0.389 819 0.592 157 0.242 32 0.191 919 0.201 008 0.031 607 -0.058 03 -0.414 14 0.285 112 0.368 514 0.552 771 1

0.031 607 0.082 061 0.212 121 -0.050 25 0.065 795 0.174 078 0.174 078 0.123 091 0.474 511 Sig. (2-tailed) 0.966 287 0.462 946 0.089 31 0.005 945 0.303 313 0.417 595 0.395 451 0.894 762 0.808 009 0.069 469 0.223 053 0.109 868 0.011 481 0.894 762 0.730 892 0.369 275 0.833 359 0.782 858 0.462 946 0.462 946 0.605 149 0.034 52

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 5 Pearson Correlation -0.242 32 -0.544 7 0.098 901 0.205 879 0.340 659 0.031 607 -0.104 83 -0.098 9 -0.302 61 0.453 033 -0.434 63 -0.454 26 -0.419 31 0.031 607 1

0.171 184 -0.031 61 -0.104 83 -0.205 88 -0.060 52 -0.060 52 0.256 776 -0.067 44 Sig. (2-tailed) 0.303 313 0.013 014 0.678 259 0.383 854 0.141 627 0.894 762 0.660 056 0.678 259 0.194 683 0.044 862 0.055 489 0.044 215 0.065 715 0.894 762 0.470 529 0.894 762 0.660 056 0.383 854 0.799 905 0.799 905 0.274 459 0.777 563

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 6 Pearson Correlation 0.328 244 0.235 702 0.256 776 0.089 087 0.171 184 0.082 061 0.153 093 -0.256 78 -0.235 7 -0.123 09 -0.089 09 0.068 041 0.102 062 0.082 061 0.171 184 1

-0.082 06 -0.102 06 -0.089 09 -2.1E-18 -3.3E-17 0.041 667 0.151 349 Sig. (2-tailed) 0.157 674 0.317 113 0.274 459 0.708 776 0.470 529 0.730 892 0.519 326 0.274 459 0.317 113 0.605 149 0.708 776 0.775 623 0.668 53 0.730 892 0.470 529 0.730 892 0.668 53 0.708

776 1 1 0.861

539 0.524

153

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 7 Pearson Correlation -0.010 1 0.290 129 0.031 607 0.065 795 0.179 106 0.010 101 0.050 252 -0.242 32 -0.174 08 -0.191 92 0.153 522 0.301 511 -0.050 25 0.212 121 -0.031 61 -0.082

06 1 0.552 771 0.153 522 0.290 129 0.290 129 -0.123 09 0.292 597 Sig. (2-tailed) 0.966 287 0.214 659 0.894 762 0.782 858 0.449 917 0.966 287 0.833 359 0.303 313 0.462 946 0.417 595 0.518 142 0.196 394 0.833 359 0.369 275 0.894 762 0.730 892 0.011 481 0.518 142 0.214 659 0.214 659 0.605 149 0.210 607

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 8 Pearson Correlation -0.452 27 1.52E-17 0.104 828 -0.054 55 -0.104 83 -0.301

51 -0.25 -0.366 9 -1.3E-17 -0.301 51 -0.218 22 0.166 667 -0.375

-0.050 25 -0.104 83 -0.102 06 0.552 771 1

0.327 327 3.16E-18 0.288 675 -0.408 25 -0.065 42 Sig. (2-tailed) 0.045 27 1

0.660 056 0.819 308 0.660 056 0.196 394 0.287 763 0.111 554 1

0.196 394 0.355 346 0.482 493 0.103 279 0.833 359 0.660 056 0.668 53 0.011 481 0.158 907 1

0.217 07 0.073 94 0.784 059

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S1 9 Pearson Correlation 0.153 522 0.125 988 0.434 634 0.190 476 -0.205 88 0.065 795 0.327 327 0.251 63 0.629 941 0.065 795 0.047 619 0.145 479 -0.054 55 0.065 795 -0.205 88 -0.089 09 0.153 522 0.327 327 1

0.377 964 0.881 917 0.089 087 0.525 846 Sig. (2-tailed) 0.518 142 0.596 616 0.055 489 0.421 171 0.383 854 0.782 858 0.158 907 0.284 527 0.002 913 0.782 858 0.841 982 0.540 552 0.819 308 0.782 858 0.383 854 0.708 776 0.518 142 0.158 907 0.100 366 2.74E-07 0.708 776 0.017 248

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S2 0 Pearson Correlation 0.290 129 0.466 667 0.302 614 0.377 964 0.181 568 0.174 078 0.288 675 0.181 568 0.2

0.174 078 0.629 941 0.577 35 0.288 675 0.174 078 -0.060 52 -2.1E-18 0.290 129 3.16E-18 0.377 964 1

0.466 667 0.235 702 0.711 367 Sig. (2-tailed) 0.214 659 0.038 055 0.194 683 0.100 366 0.443 608 0.462 946 0.217 07 0.443 608 0.397 873 0.462 946 0.002 913 0.007 685 0.217 07 0.462 946 0.799 905 1

0.214 659 1

0.100 366 0.038 055 0.317 113 0.000 437

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S2 1

Pearson Correlation

0.058 026 0.2

0.302 614 0.125 988 -0.060 52 0.174 078 0.288 675 0.181 568 0.466 667 0.174 078 0.125 988 0.192 45 -1.1E-17 0.174 078 -0.060 52 -3.3E-17 0.290 129 0.288 675 0.881 917 0.466

667 1 2E-17 0.585 462 Sig. (2-tailed) 0.808 009 0.397 873 0.194 683 0.596 616 0.799 905 0.462 946 0.217 07 0.443 608 0.038 055 0.462 946 0.596 616 0.416 283 1

0.462 946

0.799 905 1

0.214 659 0.217 07 2.74E-07 0.038

055 1

0.006 687


(6)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 S2

2

Pearson Correlation

0.287 213

1.52E-17

0.171 184

0.356 348

0.042 796

0.123 091

0.612 372

0.684 737

0.235 702

0.328 244

0.089 087

-0.068 04

0.153 093

0.123 091

0.256 776

0.041 667

-0.123 09

-0.408 25

0.089 087

0.235

702 2E-17 1 0.471

853 Sig. (2-tailed)

0.219 512 1

0.470 529

0.123 034

0.857 822

0.605 149

0.004 103

0.000 866

0.317 113

0.157 674

0.708 776

0.775 623

0.519 326

0.605 149

0.274 459

0.861 539

0.605 149

0.073 94

0.708 776

0.317 113 1

0.035 688

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Tot al

Pearson Correlation

0.555 606

0.585 462

0.456 067

0.521 087

0.344 05

0.452 594

0.643 322

0.412 632

0.459 556

0.014 246

0.478 258

0.570 63

0.528 832

0.474 511

-0.067 44

0.151 349

0.292 597

-0.065 42

0.525 846

0.711 367

0.585 462

0.471 853 1 Sig. (2-tailed)

0.010 978

0.006 687

0.043 272

0.018 474

0.137 451

0.045 096

0.002 213

0.070 595

0.041 497

0.952 465

0.032 924

0.008 603

0.016 513

0.034 52

0.777 563

0.524 153

0.210 607

0.784 059

0.017 248

0.000 437

0.006 687

0.035 688