Produk Domestik Regional Bruto PDRB

28 dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha periode 2004-2013 BPS Kabupaten Batang, 2012. Ketersediaan data dan penyusunan PDRB ini secara berkala, bermanfaat untuk memperoleh informasi antara lain BPS Kabupaten Batang, 2012: 1. Tingkat pertumbuhan ekonomi Apabila angka-angka statistik PDRB disajikan atas dasar harga konstan akan menunjukkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik keseluruhan maupun per sektor. 2. Tingkat kemakmuran suatu daerah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat kalau perkembangan penduduk juga tinggi. Tingginya pertumbuhan pendapatan per kapita lebih menunjukan perkembangan kemakmuran sebab bila dilihat dari sudut konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah harus tersedia angka pembanding dari daerah lainnya dan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. Adanya angka pembanding dari pendapatan per kapita 29 dapat disimpulkan bahwa tingkat kemakmuran suatu daerah lebih baik dari daerah lainnya. Selain itu dapat dilihat peningkatan kemakmuran daerah tersebut dari tahun ke tahun. 3. Tingkat inflasi dan deflasi Penyajian atas harga konstan dan atas harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi ataupun deflasi yang terjadi. 4. Gambaran struktur perekonomian Angka-angka yang disajikan secara sektoral memperlihatkan tentang struktur perekonomian suatu daerah, apakah menunjukkan ke arah daerah yang agraris atau industri. Berdasarkan data dari masing-masing sektor dapat dilihat peranan atau sumbangan tiap sektor terhadap jumlah pendapatan secara keseluruhan. Dengan adanya gambaran perekonomian suatu daerah, merupakan bahan bagi para perencana ekonomi, baik dikalangan pemerintahan maupun swasta, untuk menentukan ke arah mana daerah tersebut akan dikembangkan.

2.8. Teori Ekonomi Basis

Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi SDP lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya diekspor akan 30 menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut. Pertanyaan yang muncul dari teori ekonomi basis adalah sanggupkah setiap provinsi memanfaatkan peluang ekspor yang ada, terutama dalam era otonomi daerah dan era perdagangan bebas Tambunan, 2001. Teori ekonomi basis digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non-basis. Ada beberapa metode pengukuran dalam teori ekonomi basis, yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survei langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi metode ini memerlukan biaya, waktu, dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat hal tersebut di atas, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pengukuran tidak langsung, yaitu: 1 metode melalui pendekatan asumsi; 2 metode Location Quotient; 3 metode kombinasi 1 dan 2; 4 metode kebutuhan minimum Budiharsono, 2001. Menurut Arsyad 2004, Location Quotient merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shift share. Teknik ini membantu kita untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajad self sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan: