Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan pada Perusahaan non Keuangan yang Terdaftar di BEI.

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN NON

KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata Satu

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh:

Umi Maskhiyah

3351405087 Akuntansi S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN

Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Subowo, M.Si Amir Mahmud,S.Pd.,M.Si. NIP.131813657 NIP.132205936

Mengetahui

Ketua Jurusan Akuntansi

Amir Mahmud,S.Pd.,M.Si.


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Asrori, M.S NIP.196005051986011001

Anggota I Anggota II

Drs. Subowo, M.Si Amir Mahmud, S.Pd.,M.S.i

NIP.195504161984031003 NIP.197212151998021001

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si. NIP.196208121987021001


(4)

iv PERYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri, bukan orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya atau sebagian. Pendapat dan temuan orang lain yang dikutip dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2009

Umi Maskhiyah NIM.3351405087


(5)

v ABSTRAK

Umi Maskhiyah, 2007. “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan pada Perusahaan non Keuangan yang Terdaftar di BEI”. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UNNES. Kata Kunci : Luas Pengungkapan Sukarela, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas.

Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang seberapa luas praktek pengungkapan sukarela yang dilaksanakan oleh perusahaan non keuangan yang telah go publik di Indonesia dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan,

leverage, profitabilitas, dan likuiditas terhadap luas pengungkapan sukarela

perusahaan non keuangan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang tercatat (Go publik) di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti yang tercantum dalam Indonesia Capital Market Directory (2007). Perusahaan non keuangan yang tercatat di BEI digunakan sebagai populasi, karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan. Penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan tahunan yang tersedia. maka jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 106 buah perusahaan. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, menggunakan program SPSS

for window release 12.0

Dari hasil penelitian menunjukkan persamaan regresi sebagai berikut Y = 6.41+0.012X1+0.025X2+0.030X3-0.0021X4. Secara simultan faktor- faktor ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Pengaruh tersebut sebesar 28,0% sedangkan sisanya sebesar 72.0% di pengaruhi lain faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Secara parsial hanya ukuran perusahaan dan profitabilitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela.

Simpulan dari penelitian ini yaitu praktek luas pengungkapan sukarela yang dilaksanakan oleh perusahaan non keuangan dapat dikatakan luas karena rata-rata pengungkapan sebesar 68.37%. faktor- faktor ukuran perusahaan,

leverage, profitabilitas, likuiditas secara simultan mempengaruhi luas

pengungkapan sukarela. Secara parsial hanya ukuran perusahaan dan profitabilitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Faktor- faktor (X1), X2), (X3), dan (X4) memberikan kontribusi 28.0% dalam mempengaruhi perubahan luas pengungkapan sukarela, sedangkan 72.0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Saran yang diberikan kepada para peneliti selanjutnya adalah dapat menambahkan atau menggunakan variabel lain yang sesuai dan mempengaruhi secara singnifikan luas pengungkapan sukarela pada perusahaan di Indonesia.


(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Pelajarilah ilmu

Barang siapa mempelajarinya karena Allah, itu taqwa Menuntutnya, itu ibadah

Mengulang-ulangnya, itu tasbih Membahasnya itu jihad

Mengajarkannya orang yang tidak tahu, itu sedekah

Memberikan kepada ahlinya, Itu mendekatkan diri kepada Tuhan.” (Abusy Syaikh Ibnu hibban dan Ibnu Abdil Barr)

(Ilya Al-Ghozali, 1986)

PERSEMBAHAN

 Keluargaku Tercinta: Bapakku (Alm), Ibuku, Kakak-kakakku , Adik-adikku, Kakak Iparku, dan Keponakan-keponakanku.

 Anak-anak Violeta angkatan 2006, yg slalu ceria: Madam, Idut, Si kar, Gembul, Jeng wury, Njambon, Bu ani, Miss silent

 Agung Widya Prasetya, yang slalu memberi dukungan dan semangat

 Nunung, Pipit terimakasih doanya


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, pertolongan, dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunaan Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir untuk gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Soedijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

3. Dosen Pembimbing I Drs. Subowo, M.Si yang selalu berusaha meluangkan waktunya untuk memberikan semangat dan arahan kepada penulis.

4. Dosen Pembimbing II sekaligus Ketua Jurusan Akuntansi FE UNNES Amir Mahmud,S.Pd.,M.Si. yang rela mengorbankan waktu untuk membimbing penulis.

5. Orangtuaku yang telah memberikan dukunganan moril dan material, harapan, semangat, serta doa.


(8)

viii

7. Seluruh Dosen serta Staff Tata usaha Fakultas Ekonomi terimakasih atas bantuannya.

8. Teman-teman jurusan Akuntansi UNNES Angkatan 2005, terimakasih atas saran, dukungan, dan doanya selama ini.

9. Serta Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis tidak dapat memberikan apapun, hanya doa semoga Allah memberikan pahala-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya

Semarang, 14 Agustus 2009


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……….i

Lembar Pengesahan Pembimbing ………...ii

Lembar Pengesahan Kelulusan ………..iii

Pernyataan ………..iv

Abstrak ...v

Motto dan Persembahan ...vi

Kata Pengantar ...vii

Daftar Isi ...ix

Daftar Gambar ...xii

Daftar Tabel...xiii

Daftar Lampiran ...xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Rumusan Masalah ...14

1.3Tujuan Penelitian ...14

1.4Manfaat Penelitian ………..14

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Agensi………..16

2.2. Pengungkapan (Disclosure) laporan keuangan………...18

2.3. Ukuran Perusahaan………25

2.4. Leverage………26

2.5.Profitabilitas………...29

2.6.Likuiditas………....30

2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis………33

2.7.1. Ukuran Perusahaan dan Luas Pengungkapan Sukarela………34


(10)

x

2.7.3. Profitabilitas dan Luas Pengungkapan Sukarela ………37

2.7.4. Likuiditas dan Luas Pengungkapan Sukarela ……….38

2.8. Hipotesis ……….40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ...41

3.2. Populasi ...41

3.3. Variabel penelitian, Definisi Operasional, dan pengukuran Variabel ….42 3.3.1. Variabel Independen ...42

3.3.2. Variabel Dependen ...44

3.4. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ………46

3.5. Metode Analisis Data ……….47

3.5.1. Analisis Deskriptif ...47

3.5.2. Analisis Inferensial ...48

3.5.2.1 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas...48

b. Uji Multikolinieritas...49

c. Uji Heterokedastisitas...49

3.5.2.2 Analisis Regresi Berganda a. Uji Simultan ...51

b. Uji Parsial ...51

c. Koefisien Determinasi...55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ...57

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ...57

4.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian ……….58

4.1.3. Analisis Data ………..66

4.1.3.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas ...66


(11)

xi

c. Uji Heteroskedastisitas ...69

4.1.4. Analisis Regresi Berganda ………..70

a. Uji Simultan...72

b. Uji Parsial ...73

c. Koefisien Determinasi ...75

4.2. Pembahasan ...76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ...81

5.2. Saran ...81

Daftar Pustaka ...xvi


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...39 Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Normal P-Plot ………..67 Gambar 4.2 Grafik Heteroskedastisitas ………70


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketidakkonsistenan Hasil Penelitian ……….10

Tabel 3.1 Ringkasan prosedur pemiloihan sampel ……….42

Tabel 3.1 Nama-nama perusahaan sampel ……….42

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ………48

Tabel 4.1 Populasi Perusahaan non keuangan 2007……….58

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ………..59

Tabel 4.3 total aktiva ………..61

Tabel 4.4 Debt Ratio ………..62

Tabel 4.5 profit margin ………..63

Tabel 4.6 Current Ratio ………..64

Tabel 4.7 luas pengungkapan sukarela………..65

Tabel 4.8 Uji Multikoliniearitas ……….68

Tabel 4.9 Regresi Berganda ………..71

Tabel 4.10 Uji ANOVA (Uji F) ..………73

Tabel 4.11 Uji Parsial ……….……….74

Tabel 4.12 Tabel Koefisien Determinasi ……….75


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nama-nama Perusahaan Sampel tahun 2007 ………..83

Lampiran 2 Daftar item Pengungkapan Sukarela ………86

Lampiran 3 Penilaian luas pengungkapan ……….88

Lampiran 4 Laba bersih setelah pajak, penjualan ……….106

Lampiran 5 Total aktiva, leverage, profitabilitas, likuiditas ……….109


(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bapepam. 2008. Pedomam Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Badan Pengawas Pasar Modal. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP. Fitriany. 2001. Signifikasi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib

dan sukarela pada laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi IV Sesi 3, PP.

133-154.

Hanafi, Mahmud M. dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP UMP YKPN.

Hidayah, Miftahul. 2007. Skripsi: Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Luas Pengungkapan Sukarela Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ.

Universitas Negeri Semarang.

John J. Wild. K.R. Subramanyam. dan Robert F. Hansey. 2005. Financial

Statement Analysis. Jakarta: Salemba Empat.

Munawir. 1981. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty

Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan Dan Kualitas

Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik Di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi IV Sesi 3 PP. 156-173.

Murtanto dan Elvina. 2000. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 6, No.1, Januari

2005: 47- 57.

Prastowo, Dwi dan Rifka Juliati. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP YKPN.

Sabeni, Arifin. 2003. Reason Of Indonesian Companies Disclosed Voluntary

Item: An Empirical Analisysis. Media Ekonomi dan Bisnis

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: .BPFE.


(16)

xvi

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat. Suripto, Bambang. 1999. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan. Thesis Universitas

Gajah mada.

Smith, Jay.M dan K.Fred Skousen. 1994. Akuntansi Intermediet. Jakarta: Erlangga.

Weston, J.Fred dan Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan. Jakarta: Bina Aksara.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1989. Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Wijantini. 2006. Voluntary Disclosure In The Annual Reports Of Financially

Distressed Companies In Indonesia. Gajah Mada Internasional

Journal Of Bisnis, Vol.8, No.3, PP. 343-365.

Yularto dan Anis Chariri. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan

Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis. Jurnal

MAKSI Vol 2, Januari 2003


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah: para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah serta pihak-pihak lainnya lagi. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan, karena dengan laporan keuangan tersebut pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaan.

Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimilikinya. Manajer atau pimpinan perusahaan, akan dapat menyusun rencana lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaannya yang lebih tepat. Tetapi yang terpenting bagi manajemen laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Disamping itu laporan keuangan akan dapat digunakan oleh manajemen untuk mengukur


(18)

tingkat biaya, mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Para investor berkepentingan terhadap prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Para kreditur dan bankers, perlu mengetahui posisi keuangan dari perusahaan untuk mengetahui apakah kredit yang diberikan itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk mendapat keuntungan dimasa yang akan datang. Pemerintah, sangat berkepentingan dengan laporan keuangan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan dan juga sebagai dasar perencanaan pemerintah. Jadi melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan peruasahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta nilai-nilai buku tiap lembar saham yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.


(19)

Laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta perubahan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka (2002:5) laporan keuangan disusun dengan tujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan menurut APB statement No.4 dalam Belkaoui (2004:212) laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi tiga tujuan. Yaitu, tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif.

1. Tujuan khusus dari dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan.

2. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis


(20)

b. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan mengenai perubahan dam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba.

c. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan begi perusahaan.

d. Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.

e. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan.

3. Tujuan kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Dapat mengerti, yang artinya informasi tidak hanya jelas, tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya.

b. Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.

c. Dapat diverifikasikan, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh pengukuran-pengukuran yang independen, dengan menggunakan menggunakan metode-metode pengukuran yang sama. materialitas dan biaya.

d. Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan tertentu dari pengguna-pengguna yang spesifik.


(21)

e. Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

f. Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan.

g. Kelengkapan, yang artinya adalah telah dilaporkannya seluruh informasi yang “secara wajar” memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain. Laporan keuangan tahunan merupakan media bagi manajemen perusahaan untuk memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan merupakan sarana pertanggungjawaban kepada publik atas sumber daya yang dikelolanya. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu, informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan, dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan tersebut harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan trasparan. di lain pihak, ada dorongan manajemen untuk selektif dalam melakukan pengungkapan informasi karena pengungkapan informasi mengandung biaya. Menurut Suripto (1999) biaya pengungkapan yang harus dipertimbangkan adalah biaya pengungkapan langsung dan tidak langsung. Adapun biaya-biaya tersebut terdiri dari:


(22)

1. Biaya langsung meliputi biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan informasi, Biaya pengauditan dan biaya penyebaran informasi.

2. Biaya tidak langsung meliputi biaya litigasi atau biaya hukum,biaya kerugian persaingan, dan biaya politik. Biaya litigasi timbul akibat pengungkapan informasi yang tidak memadai atau informasi yang menyesatkan. Biaya kerugian persaingan terjadi apabila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan oleh pesaing untuk memperkuat daya saing mereka. Biaya politik terjadi ketika praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi pemerintah.

Menurut Murtanto dan Elvina (2000) informasi yang diungkap dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi pengungkapan wajib (mandatory

disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan

wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. dalam hal ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: SE-02/BL/2008 yang merupakan kelanjutan dari Surat Edaran sebelumnya yaitu, Surat Edaran Nomor: SE-02/PM/2002. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunanya (Meek dkk 1995, dalam Suripto 1999). Menurut peraturan mengenai laporan tahunan yang berlaku di Indonesia, pengungkapan sukarela semacam itu dimungkinkan.


(23)

Pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan yang Go

Public diharapkan dapat membuat manajemen lebih terpacu dalam meningkatkan

kinerja perusahaan. Dalam meningkatkan kinerja perusahaan maka tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba akan tercapai, sehingga dapat menarik investor baru untuk menanamkan dana-nya di perusahaan sehingga perusahaan dapat lebih berkambang lagi. Pertimbangan manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat (Suripto, 1999). Manajemen akan mengungkapkan suatu informasi apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biayanya. Pengungkapan informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena perusahaan mempunyai kepentingan yaitu harapan mengenai dampak positif dari pengungkapan informasi yang disampaikan. Investor membutuhkan informasi untuk menilai waktu dan ketidakpastian aliran kas sekarang dan di masa yang akan datang sehingga dapat menilai perusahaan dalam pengambilan keputusan. Perusahaan memenuhi kebutuhan tersebut dengan memberikan informasi baik pemberian informasi secara wajib maupun sukarela.

Luas pengungkapan dalam laporan tahunan merupakan hal yang kompleks, dimana terbukti masih banyak perusahaan-perusahaan yang belum sepenuhnya memenuhi tuntutan pemakai laporan keuangan tahunan, terutama pada pengungkapan sukarela hal tersebut disebabkan karena ketidakpastian standar buku yang mengatur mengenai laporan pengungkapan sukarela perusahaan yang menyebabkan adanya keragaman bentuk pengungkapan. Penelitian mengenai pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan pada suatu perusahaan dan


(24)

faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Penelitian semacam ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan, serta dapat memberikan petunjuk tentang kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dalam teori dinyatakan bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil (Suripto, 1999). karena perusahaan besar mungkin mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah atau mereka mempunyai biaya competitive disadvantage lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka.

Biaya competitive disadvantage yaitu kerugian yang timbul akibat pengungkapan informasi yang melemahkan daya saing perusahaan, seperti informasi tentang inovasi teknologi dan manajerial serta informasi tentang strategi, rencana, dan taktik, untuk mencapai target pasar. Semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin tinggi pengungkapannya. Shingvi dan Desai (1971) dalam Binsar H.Simanjuntak dan Lusy Widiastuti (2004) dalam Lusiana dan ikka (2007) menjelaskan bahwa profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen. Perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas tinggi, menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan, sehingga cenderung untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas Karena ingin menunjukkan pada pihak ekstern bahwa perusahaan tersebut kredible Cooke (1989) dalam Fitriani (2001). Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan


(25)

dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Marwata (2001).

Di Indonesia Penelitian tentang pengungkapan laporan tahunan telah banyak dilakukan, antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Murtanto dan Elvina (2000), Fitriani (2001), Marwata (2001), Suripto (1999), Ainun Na'im dan Fuad Rakhman (2000), Binsar H. Simanjutak dan Lusy Widiastuti (2004), Yularto dan Chairiri (2003), Luciana Spica Almilia dan Ikka Retrinasari (2007). Namun dari beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Walaupun dalam penelitian tersebut menggunakan proksi dan analisis data yang sama antara satu peneliti dengan peneliti yang lain. Yaitu, variabel leverage (debt

ratio), ukuran perusahaan (total aktiva), likuiditas (current ratio), profitabilitas

(net profit margin), umur perusahaan (variabel dummy), kelompok industri (variabel dummy) jenis industri (variabel dummy), luas pengungkapan sukarela (indexs pengungkapan). Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda

Adapun ketidakkonsistenan tersebut dapat dijelaskan dalam tabel 1.1 berikut ini:


(26)

Judul, Nama, Tahun penelitian

Variabel Populasi dan Sampel Hasil Temuan Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI Murtanto dan Elvina (2000) Variabel Independen 1.Ukuran perusahaan 2.Leverage 3.Likuiditas 4.Basis perusahaan 5.Kelompok industri Variabel Dependen Kelengkapan pengungkapan sukarela dan wajib

Populasi: perusahaan yang terdaftar di BEJ 1999. teknik sampel: purposive random sampling. Jumlah sampel 25 peusahaan manufaktur dan 25 perusahaan non manufaktur Semua variabel tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan Singnifikasi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan

wajib dan

sukarela pada laporan

keuangan perusahaan publik yang terdaftar di BEJ Fitriany (2001)

Variabel Independen 1. Besar perusahaan 2. Rasio ungkitan 3. Rasio likuiditas

Variabel

Dependen

Kualitas ungkapan sukarela

Populasi: perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEJ 1999 Teknik sampel:

proportionate stratifeld sampling.

Sampel: 102 perusahaan

1. Leverage tidak berpengaruh 2. likuiditas tidak

berpengaruh 3. Ukuran perusahaan

berpengaruh 4. Status perusahaan

berpengaruh 5. net profit margin

berpengaruh 6. jenis perusahaan

tidak berpengaruh Hubungan antara

karakteristik perusahaan dan kualitas

ungkapan

sukarela dalam laporan tahunan perusahaan

publik di

Indonesia Marwata (2001) Variabel Independen 1. Ukuran perusahaan 2. Leverage 3. Likuiditas 4. Basis perusahaan 5. Waktu perusahaan

terdaftar Variabel Dependen Luas pengungkapan sukarela Populasi Seluruh perusahaan publik yang terdaftar dalam ICMD 1996. Metode sampel: proportionate stratified sampling. Sampel: 132 perusahaan.

1. Besar perusahaan berpengaruh 2. Rasio leverage

tidak berpengaruh 3. Likuiditas tidak


(27)

Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan Bambang Suripto (1999)

Variabel Independen

1. Leverage 2. Profitabilitas 3. saham publik 4. Likuiditas 5. Umur perusahaan Variabel Dependen kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Populasi : Perusahaan publik yang tercatat di BEJ Sampel: 68 perusahaan Manufaktur

1. Leverage tidak berpengaruh 2. Likuiditas tidak

berpengaruh 3. Basis perusahaan

tidak berpengaruh 4. Waktu pendaftaran

tidak berpengaruh 5. Ukuran perusahaan

berpengaruh Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ

Binsar H.

Simanjuntak dan Lusy Widiastuti (2004)

Variabel Independen

1. Leverage

2. Profitabilitas 3. Likuiditas

4. Umur perusahaan 5. Status perusahaan 6. Ukuran

perusahaan Variabel Dependen Luas pengungkapan sukarela

Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2002

1.Leverage

berpengaruh 2.Profitabilitas berpengaruh 3.Porsi saham publik

berpengaruh 4.Likuiditas tidak

berpengaruh 5.Umur perusahaan

tidak berpengaruh 6.Ukuran perusahaan


(28)

Perbandingan luas

penguangkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEJ sebelum dan sesudah krisis Yularto dan Chariri (2003) Variabel Independen 1. Leverage 2. Likuiditas

3. Umur perusahaan 4. Status perusahaan 5. Ukuran perusahaan Variabel Dependen kelengkapan pengungkapan laporan Populasi: Seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 1996-1998

1. Leverage

berpengaruh 2. Likuiditas

berpengaruh 3. Umur perusahaan

berpengaruh 4. Status perusahaan

berpengaruh 5. Ukuran

perusahaan berpengaruh

Hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan dengan struktur modal

dan tipe

kepemilikan perusahaan

Na’im dan

Rahman (2000)

variabel independen 1) Ukuran

perusahaan 2) Leverage

3) Net profit margin

4) Status perusahaan Variabel dependen Kelengkapan pengungkapan laporan tahunan Populasi: Semua perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 1995-1997 1.Leverage berpengaruh 2.Persentase kepemilikan saham tidak berpengaruh Analisis pengaruh karakteristik peruasahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Luciana Spica Amalia dan Ikka retrisarai 1. Likuiditas 2. Profitabilitas 3. Ukuran perusahaan 4. Leverage 5. Status perusahaan Variabel dependen Kelengkapan pengungkapan laporan tahunan Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2001-2004. Metode sampel: purposive sampling.50 perusahaan. Hasil penelitian: Semua variabel tidak berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan,hal tersebut dikarenakan rendahnya tingkat IKP sukarela


(29)

Dalam konteks permasalahan inilah, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan luas pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan tahunan. Penelitian ini merupakan pengembangan peneliti terdahulu, walaupun penelitian ini juga menggunakan beberapa variabel yang pernah digunakan, namun terdapat sedikit perbedaan penyajian variabel-variabel tersebut. Pertama penelitian ini menfokuskan pada tingkat pengungkapan sukarela, kedua sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI, ketiga menggunakan data tahun 2007.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kecuali perusahaan yang termasuk bidang usaha keuangan. Hal ini dikarenakan bidang usaha keuangan memiliki karakteristik bisnis yang khas, sehingga laporan keuangan yang dibuat juga memiliki karakteristik yang khas (Marwata 2001). Pemilihan BEI sebagai populasi dalam penelitian ini adalah karena BEI merupakan bursa efek terbesar dan representatif di Indonesia. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui bahwa jumlah seluruh perusahaan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah sebanyak 343, Perusahaan dengan laporan tahunaan 2007 yang tidak tersedia sebanyak 161, sedangkan Perusahaan tahun 2007 yang termasuk bidang keuangan sebanyak 76 perusahaan, maka jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 106 buah perusahaan.


(30)

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengambil judul “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan pada Perusahaan non Keuangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2007 ”

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah: Apakah faktor Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, dan Likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitihan ini adalah: Untuk mengetahui apakah faktor Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,

Leverage, dan Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap luas pengungkapan

sukarela laporan tahunan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang analisis pengungkapan informasi dalam laporan tahunan pada perusahaan-perusahaan non keuangan di Indonesia.


(31)

2. Bagi lembaga yang berwenang (BAPEPAM, SAK, Menteri Keuangan, Pajak, dan lain-lain)

Membantu untuk mengembangkan, mengubah, menambah, dan menjelaskan standar akuntansi yang berlaku untuk menciptakan pasar modal yang efisien. 3. Bagi Investor

Memberikan masukan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi.

4. Bagi Perusahaan


(32)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Penelitian mengenai pengungkapan dalam laporan tahunan tidak dapat dipisahkan dari agency teory. secara umum memperlihatkan hubungan perantara yang utama (Fama dan Jensen 1983, dalam Sabeni Arifin 2003). Konsep teory keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal (pemilik) dan agen (manajemen). Principal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun pengertian principal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik. Agen diwajibkan memberikan laporan periodik pada principal tentang usaha yang dijalankan. Jadi, shareholder atau investor tidak mempunyai kendali langsung atas keputusan yang dibuat oleh manajer, investor tahu bahwa manajer memiliki informasi, tetapi mereka tidak dapat mengetahui apakah itu (Scott 1997 dalam Sabeni Arifin 2003). Investor biasanya tergantung pada informasi yang diungkap oleh manajer dalam laporan tahunan. Dari sudut pandang manajer, semua informasi yang berguna untuk pengoptimalan fungsi pasar modal (Hendriksen dan Brenda 1992 dalam Sabeni Arifin 2003) akan diungkap karena mereka mereka memiliki insentif untuk menjaga harga saham perusahaan dari kerugian. Masalah agensi akan muncul ketika investor membutuhkan informasi yang cukup untuk mengijinkan tren perkiraan perusahaan di masa yang akan datang, tetapi manajemen perusahaan tidak mengungkap informasi tersebut dalam laporan


(33)

tahunan. Situasi ini, dalam literature hubungan agensi, dikenal sebagai informasi asimetris. Informasi asimetris mengacu pada situasi dimana satu grup individual (para manager) diinformasikan lebih baik (paling tidak pada awalnya) dibandingkan grup lainnya diluar investor (Daing Nazir & Faoziah 1994 dalam Sabeni Arifin 2003). Keberadaan dari informasi asimetris dalam hubungan agen-pelaku utama yang meningat dapat diterima dalam literature dan ini telah menjadi isu yang menarik untuk diteliti. Keputusan manajer untuk mengungkap atau tidak mengungkap informasi tersebut tergantung pada situasi yang dihadapi oleh manajer tersebut. Mengungkap semua informasi akan membuat perusahaan menghadapi biaya proprietary.

Biaya proprietary mengacu pada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan jika informasi yang diungkap dapat digunakan oleh pihak luar seperti competitor, pemegang saham atau karyawan dalam cara yang membahayakan perusahaan (Craswell&Taylor 1992; McKinnon&dalimunthe 1993 Sabeni Arifin 2003). Dalam pelaksanaannya, pengungkapan dalam laporan tahunan mungkin menaikkan persyaratan pengungkapan wajib. Manajer akan mengungkap informasi tersebut ketika mereka merasakan bahwa hal ini tidak akan menurunkan biaya agensi mereka sehingga mereka memiliki insentif untuk secara sukarela mengungkap informasi tersebut. Beberapa penelitian bahwa keuntungan untuk memunculkan pengungkapan sukarela mungkin termasuk biaya transaksi yang lebih rendah dalam pertukaran keamanan perusahaan, ketertarikan yang lebih besar dalam perusahaan oleh analis keuangan dan paara investor, meningkatkan likuiditas saham, dan menurunkan biaya modal (Choi, Frost & Merek 1999 dalam


(34)

Sabeni Arifin 2003). Hal ini menjadi fokus ketertarikan para peneliti yang mempelajari pengungkapan sukarela, karena pengungkapan aktual dalam laporan tahunan menggambarkan perilaku manajer dan respon mereka terhadap persyaratan pengukapan regular.

2.2 Pengungkapan (Disclosure) laporan keuangan

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Jika dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali 2003:235). Sudarmadji dan Sularto (2007) mengatakan secara sederhana, pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi.

Informasi yang diungkap harus jelas, lengkap, berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi serta dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan oleh emiten atau perusahaan publik ditetapkan oleh Ketua Bapepam dan LK dalam surat edaran dengan Nomor: SE-02/BL/2008. Surat edaran tersebut merupakan kelanjutan dari surat edaran sebelumnya yaitu, surat edaran Nomor: SE-02/PM/2002.


(35)

Hendriksen (2000), menyatakan bahwa dalam pengertian terluas, pengungkapan berarti penyampaian (realease) informasi keuangan tentang suatu perusahaan didalam laporan keuangan, biasanya laporan tahunan. Lebih lanjut, Hendriksen (2000) menyatakan pengungkapan dalam pengertian tersempitnya mencakup hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap. Informasi ini memberikan penjelasan posisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Informasi penjelasan yang berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan dapat juga diungkapkan dalam laporan pemeriksaan. Segala sesuatu yang bersifat material harus diungkapkan dalam laporan, termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen rupiah dalam persediaan) dan kualitatif (seperti tuntutan hukum) yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Pengungkapan yang memadai tersebut penting untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi bagi yang membacanya.

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yag dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Beikaoui (2006) mengklasifikasikan tujuan pengungkapan berdasarkan penekanan atau orientasi badan pengawas menjadi tiga, yaitu:

1) Tujuan melindungi, tujuan ini dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup paham atau mengerti seluk beluk akuntans. Bagi mereka yang awam, perlu dilindungi kepentingannya, yaitu dengan mengungkapkan informasi dengan sejelas mungkin, sehingga pihak ekstern ini dapat menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatupos statemen keuangan.


(36)

2) Tujuan informatif, tujuan ini dilandasi oleh gagasan bahwa semua pemakai dianggap sudah memahami seluk-beluk akuntansi. Pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan.

3) Tujuan kebutuhan khusus, tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Pengungkapan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju. Untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-folmulir yang menuntut pengungkapan secara rinci.

Perusahaan harus memperhatikan pengugkapan yang dilakukannya, karena hal itu berpengaruh terhadap hubungan jangka panjang dengan para pengguna laporan keuangan. Perusahaan harus mengetahui pula bagaimana pengungkapan dilakukan didalam laporan keuangan atau harus memahami konsep-konsep pengungkapanyang ada. Emiten sering kali menyembunyikan berbagai informasi penting yang sebenarnya dibutuhkan investor demi kepentingan perusahaan, padahal seharusnya emiten menyadari bahwa sebenarnya setelah perusahaan go

publik mereka harus lebih terbuka. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh banyak

factor diantaranya kurangnya pengetahuan emiten tentang kebutuhan para investor atau karena tingginya biaya pelaporan.


(37)

Menurut Chariri dan Ghozali (2003:235) Konsep dari luas pengungkapan

dibagi menjadi tiga Yaitu, pengungkapan cukup (adequate disclosure), pengungkapan wajib (fair disclosure), pengungkapan lengkap (full disclosure). Konsep yang paling dipraktekkan adalah pengungkapan yang cukup (adequate

disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang

berlaku, dimana pada tingkat pengungkapan ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dengan benar sehingga laporan tidak menyesatkan.

Pengungkapan yang wajar (fair disclosure) mengandung sasaran etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan yang penuh (full disclosure) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan. Pengungkapan penuh (full

disclosure) memiliki kesan mengajukan informasi secara melimpah, sehingga disclosure menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan

menyembunyikan informasi penting dan membuat laporan keuangan sulit diinte-pretasikan.

Menurut Suripto (1999) informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan cukup yang dipaksakan kepada perusahaan sebagai bentuk intervensi pemerintah untuk mengatasi adanya adanya potensi kegagalan pasar (Chariri dan Ghazali 2003). Pengungkapan wajib ini dimuat dalam laporan tahunan perusahaan publik.


(38)

Kebutuhan akan informasi, diperlukan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan pada suatu perusahaan. Tuntutan terhadap informasi tidak hanya dari internal perusahaan. Tetapi juga dari kalangan masyarakat yang lebih luas, khususnya pihak investor yang yang melakukan investasi. Pengungkapan informasi yang memadai bertujuan untuk mencegah kejutan yang mungik dapat mengubah secara total masa depan perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang ingin mengungkapkan informasi secara memadai disebabkan argument-argumen yang mengatakan bahwa pengungkapan yang terlalu luas akan membantu pesaing dalam merugikan peran pemegang saham. Namun, argument ini kurang mendasar karena para pesaing pada umumnya memperoleh informasi dari suumberlain.

2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya (Meek dkk 1995 dalam Suripto 1999). Pengungkapan sukarela merupakan cara untuk meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Hely dan Palepu, 1993 dalam Yularto dan Chariri, 2003). Standar-standar akuntansi biasanya menghendaki pengungkapan minimum, tetapi tidak menghalangi manajemen untuk memberikan tambahan pengungkapan dengan sukarela.


(39)

Pengungkapan-pengungkapan ini meliputi gambaran strategi perusahaan dalam jangka panjang, indikator-indikator non keuangan penting, yang bermanfaat untuk keefektivitasan implementasi strategi perusahaan dan berguna dalam membahas hubungan antar indikator-indikator non keuangan penting tersebut dengan laba yang akan datang (Wallance et.al, 1994 dalam Yularto dan Chariri, 2003)

Selama ini, kebijakan luas pengungkapan sukarela dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perbedaan luas pengungkapan tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan seperti: budaya perusahaan, bidang usaha, proses produksi, pasar, sumber daya dan sebagainya. Menurut Lang dan Ludolm (1993) dalam Yularto dan Chariri (2003) dilihat dari aspek laporan keuangan karakteristik perusahaan ditentikan berdasarkan tiga pendekatan yaitu: karakteristik yang berkaitan dengan struktur, kinerja (performance), dan pasar (market). Struktur meliputi ukuran (size) perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang. Kinerja (performance) meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profit). Sedangkan dari pendekatan pasar meliputi factor-faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor, dan status perusahaan. Menurut Zarzeski (1996) dalam Yularto dan Chariri (2003) pendekatan pasar dapat juga dilihat secara kuantitatif yang meliputi jumlah ekspor, size perusahaan, dan total kewajiban. Termasuk juga di dalamnya porsi pemegang saham dan umur perusahaan.

Perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperolehnya dalam melakukan disclosure terutama voluntary disclosure. Menurut Suripto (1999), biaya pengungkapan yang harus dipertimbangkan adalah biaya


(40)

pengungkapan langsung dan tidak langsung. Adapun biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut:

a. Biaya langsung meliputi, biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan informasi, biaya pengauditan, dan biaya penyebaran informasi.

b. Biaya tidak langsung meliputi, biaya litigasi atau biaya hukum, biaya kerugian persaingan, dan biaya politik. Biaya litigasi timbul akibat pengungkapan informasi yang tidak memadai dan informasi yang menyesatkan. Biaya kerugian pesaing terjadi apabila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan untuk memperkuat daya saing mereka. Biaya politik terjadi ketika praktik pengungkapan memicu regulasi pemerintah.

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah seputar pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Pembatasan ini dilakukan mengingat alasan-alasan: (1) pemerintah Indonesia sudah menetapkan aturan mengenai laporan tahunan, (2) pemerintah Indonesia sudah menunjuk Bapepam sebagai badan yang bertugas untuk mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap aturan tersebut dan (3) semakin meningkatnya kesadaran bagi manajemen perusahaan untuk membuka diri dalam melakukan disclosure pada laporan tahunan, guna mendukung strategi perusahaan.

Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan investor luar, yaitu investor publik di luar lingkup manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan (Bambang irwan 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan laporan keuangan


(41)

yang dilakukan oleh manajemena adalah ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan profitabilitas.

2.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), volume penjualan dan kapasitas pasar ( Nur Cahyonowati 2003). Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kacil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal tersebut. Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Marwata (2001). Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Menurut Meek, Roberts dan Gray (1995) dalam Fitriany (2001) perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki inisiatif untuk melakukan pengumgkapan yang lebih luas daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkap lebih banyak informasi merupakan bagian dari perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

Penjelasan lain adalah karena perusahaan besar mempunyai sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informs tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak


(42)

perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.

Perusahaan dengan sumber daya yang relative kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkap yang dapat diperoleh perusahaan besar. Perusahaan kesil umumnya berada pada situasi persaingan ketat dengan perusahaan lain. Mengungkapkan terlalu benyak tentang jati dirinya kepada pihak kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan. Sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar (Singhvi dan Desai, 1971; Buzby, 1975) dalam Marwata (2001).

Ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin luas ukuran perusahaan, maka semakin luas pula pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan pada laporan tahunannya (Marwata, 2001; Fitriany, 2001; Bambang Suripto, 1999; Yularto dan Chariri, 2003).

2.4 Leverage

Leverage diartikan sebagai Kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi

segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang (Bambang Riyanto 1995:32). Menurut Sudarmaji dan Sularto (2007) leverage merupakan pengukuran besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang, hutang yang digunakan untuk membiayai berasal dari kreditor, bukan dari pemegang


(43)

saham ataupun investor. Leverage suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan jumlah aktiva (total asset) di satu pihak dengan jumlah hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) di pihak lain. Cara lain dapat digunakan untuk mengukur leverage ini ialah dengan membandingkan modal sendiri (excess value) dari aktiva diatas hutang di satu pihak dengan jumlah hutang di lain pihak.

Rasio Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang (Weston dan Copeland, 1989:227). Rasio leverage dibagi menjadi dua, yaitu: Rasio Hutang ( debt ratio) dan Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (debt to equity ratio).

debt ratio (Rasio hutang) mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Rasio hutang terhadap aktiva mengukur prosentase dana yang disediakan oleh kreditur. Rasio hutang dapat dihitung dengan membagi total hutang dengan aktivanya. Jika ditulis dengan rumus sebagai berikut:

Total Kewajiban Debt ratio =

Total Aktiva

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan prosentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Menurut Weston dan Copeland (1989:228) Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat, oleh karena itu semakin rendah rasio ini, aka nada semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang yang


(44)

tinggi, oleh karena itu leverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan. Jika rasio hutang terlalu tinggi, maka ada bahaya kurangnya tanggung jwab spekulasi, jika perusahaan berhasil maka akan memberikan hasil pengembalian yang sangat tinggi. Jika perusahaan gagal, pemilik akan mengalami kerugian yang kecil karena investasinya yang sangat rendah.

Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (debt to equity ratio), DER mengukur perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal pemegang saham perusahaan. Semakin rendah DER, maka semakin tinggi dana yang disediakan oleh pemegang saham. Rumus DER adalah sebagai berikut:

Hutang Jangka Panjang DER =

Ekuitas Pemegang Saham

Rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan luas pengungkapan, hal ini seiring dengan tuntutan kreditur akan informasi mengenai keadaan finansial debitur dan untuk menyakinkan bahwa debitur akan dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo, maka perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan melakukan disclosure yang lebih luas (Wallance et.al, 1994 dalam Edi Subiyantoro, 1996; Ainun Naim dan Fuad Rahman, 2000; Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti 2004; dan Yularto dan Chariri, 2003.


(45)

2.5 Profitabilitas

Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (Hanafi dan Halim 2003:83). Ada tiga rasio yang sering digunakan yaitu: profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE).

Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Halim 2003:84). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) diperusahaan pada periode tertentu. Rumus profit margin adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Profit margin =

Penjualan

Profit margin tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen.

Return On Asset (ROA), Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu (Hanafi dan Halim 2003:84). ROA sering juga disebut ROI (return On Invesment). Rumus ROA sebagai berikut:

Laba Bersih ROA =


(46)

ROA bisa diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan (environmental

factors).

Return On Equity (ROE), Rasio ini menggambarkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rumus ROE sebagai berikut:

Laba Bersih ROE =

Modal Saham

Fitriany (2001) dalam Luciana dan Ikka (2007) membuktikan bahwa variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Jadi, semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin tinggi indeks pengungkapannya (Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti 2004;. Fitriany, 2001 dalam Luciana dan Ikka, 2007).

2.6 Likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir 1981:31). Perusahaan yang mampu memenuhi kawajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih


(47)

besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid. Menurut Munawir (1981:72), Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu:

a. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya; yaitu pada waktu ditagih (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern).

b. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern).

c. Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan. d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo (Weston dan Copeland 1989:225). Dua rasio yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah current ratio dan acid-test/quick ratio.

Current ratio, merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar

dengan hutang lancar (Weston dan Copeland 1989:226). Rasio ini menunjukkan

tingkat keamanaan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk untuk membayar hutang-hutang tersebut. Akan tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Rasio ini menunjukkan besarnya kas yang dimiliki perusahaan ditambah asset-aset yang bisa berubah


(48)

menjadi kas dalam waktu satu tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat (tidak lebih dari satu tahun), pada tanggal tertentu seperti yang tercantum pada tanggal neraca. Jika ditulis dengan rumus sebagai berikut:

Aktiva Lancar

Current Ratio =

Hutang Lancar

Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang.

Acid Test/Quick Ratio, Rasio cepat (quick ratio) diukur dengan

mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar (Weston dan Copeland 1989:227). Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memeperhitungkan persediaan. Karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir sebagai uang kas. Rumus quick ratio adalah sebagai berikut:

Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio =

Kewajiban Lancar

Acit test/quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan

dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu tergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena


(49)

persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segerah diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu.

Rasio lkuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini akan cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kredible (Cooke 1994 dalam Marwata 2001; dan Yularto dan Chariri, 2003). Tetapi di pihak lain, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Disisi ini, perusahaan dengan likuiditas yang rendah justru cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen.

2.7 Kerangka Berfikir

Laporan keuangan tahunan merupakan media utama penyampaian informasi oleh menajemen kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan tahunan mengkominikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditur, dan stakeholders. Laporan tersebut juga menjadi alat utama para manajer untuk menunjukkan evektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam suatu organisasi. Melihat begitu pentingnya maka laporan tersebut hendakkya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.


(50)

Ada berbagai macam variabel yang telah terbukti berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan antara lain Profitabilitas di ukur dengan Net profit margin (Fitriany 2001; Arik Susbiyani 2001; Binsar H. Simanjutak dan Lusy Widiastuti 2004), Ukuran perusahaan di ukur dengan total aktiva (Wallance et.al 1994; Edi Subiyantoro 1997; Suripto, 1999; Fitriany 2001; Gunawan 2000; Marwata 2001; Yularto dan Chariri ,2003), Likuiditas di ukur dengan current ratio (Subiyantoro 1997; Fitriany 2001; Yularto dan Chariri 2003), Leverage di ukur dengan Debt ratio (Gunawan 2000; Ainun Na’im Fuad Rakhman 2000; Yularto dan Chariri 2003), Reputasi KAP (Fitriany 2001; Yularto dan Chariri 2003), Kepemilikan Saham Publik (Yularto dan Chariri 2003; Binsar H. Simanjutak dan Lusy Widiastuti 2004), Umur Perusahaan (Yularto dan Chariri 2003), Basis perusahaan (Hadi dan Sabeni 2003; Sulistyowati 2004).

Dalam penelitian ini variabel yang diduga berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela diantaranya yaitu, Ukuran Perusahaan, Likuiditas,

Leverage, dan Profitabilitas.

2.7.1 Ukuran Perusahaan dan Luas Pengungkapan Sukarela

Ukuran perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), volume penjualan dan kapasitas pasar ( Nur Cahyonowati 2003). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan, secara umum perusahaan yang besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh


(51)

ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan. Perusahaan besar mungkin mempunyai biaya biaya produksi informasi yang lebih rendah atau mereka mempunyai biaya competitive disadvantage lebih rendah yqang berkaitan dengan pengungkapan mereka. Perusahaan besar mungkin lebih kompleks dan lebih mempunyai dasar pemikiran yang luas dibandingka perusahaan kecil (Cooke 1989 dalam Murtanto dan Elvina)

Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan mackling 1976 dalam Fitriani 2001). perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik sehingga mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik dan menghindari resiko. Semua alasan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai inisiatif untuk memberikan pengungkapan sukarela lebih luas dibanding yang kecil. Dalam penelitian Fitriani (2001) terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk menghitung size perusahaan, yaitu total asset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Fitriani (2001) menunjukkan bahwa variabel size mempunyai positif terhadap kelengkapan pengungkapan. Jadi semakin besar size perusahaan maka akan semakin tinggi pengungkapannya. Dalam penelitian ini size perusahaan didasarkan pada total aktiva, karena berdasarkan penelitian Fitriani (2001) total aktiva lebih menunjukkan size perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar (Market Capitalization)


(52)

Variabel ukuran perusahaan merupakan variabel yang sering diteliti, dan hasilnya cukup konsisten berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela dalam penelitian sebelumnya, (Subiyantoro 1997; Suripto 1999: Fitriany 2001; Marwata 2001)

2.7.2 Leverage dan Luas Pengungkapan Sukarela

Meek et al.,1995 dalam Fitriany 2001 menyatakan bahwa semakin tinggi

leverage perusahaan semakin besar pula agency cost, atau dengan kata lain,

semakin besar kemungkinan terjadinya transfer kemakmuran dari kreditur jangka panjang kepada pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Menurut Schipper (1981) dalam Marwata (2001) tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapn yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio

leverage yang rendah. Ainun Na'im dan Fuad Rakhman (2000) dalam Sudarmaji

dan Sularto 2007; Wallance et.al (1994) dalam Edi Subiyantoro (1996); Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti (2004); dan Yularto dan Chariri (2003) membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan, hal ini seiring dengan tuntutan kreditur akan informasi mengenai keadaan finansial debitur dan untuk menyakinkan bahwa debitur akan dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo, maka perusahaan


(53)

dengan rasio leverage yang tinggi akan melakukan disclosure yang lebih luas. Penelitian tersebut sangat berlawanan dengan penelitian Suripto 1999, Murtanto dan Elvina 2000, Fitriany 2001. Dalam Murtanto dan Elvina 2000 dikatakan variabel leverage tidak konsisten. Kemungkinan terjadi karena peneliti sebeumnya terfokus pada pengungkapan wajib, sedangkan penelitian tersebut terfokus pada pengungkapan sukarela.

2.7.3 Profitabilitas dan Luas Pengungkapan Sukarela

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset dan modal. Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Halim 2003:84). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) diperusahaan pada periode tertentu. Shingvi dan Desai (1971) dalam Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widastuti (2004) dalam Luciana dan Ikka (2007) menjelaskan bahwa profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan konpensasi terhadap manajemen. Fitriany (2001) dalam Luciana dan Ikka (2007) ; Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti 2004, berhasil membuktikan bahwa variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Jadi, semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin tinggi indeks pengungkapannya.


(54)

2.7.4 Likuiditas dan Luas Pengungkapan Sukarela

Penelitian Cooke (1989) dalam Fitriany (2001) menunjukkan bahwa kondisi perusahaan yang sehat antara lain ditunjukkan dengan likuiditas yang tinggi dan berhubungan dengan pengungkapan yang luas. Hal tersebut didasarkan pada ekpektasi bahwa perusahaan yang secara keuangan kuat, akan cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi. Karena ingin menunjukkan kepada pihak ekstern behwa perusahaan tersebut kredibel. Yuniati Gunawan (2003) dalam penelitiannya menyatakan semakin tinggi tingkat rasio hutang terhadap total aktiva, maka semakin luas pula pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan pada laporan tahunannya.

Wallace et.al (1994) dalam Fitriani (2001) menyatakan jika likuditas dipandang oleh pasar sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja dibanding perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi. dalam penelitian Suripto 1999 likuiditas tidak mempengaruhi indexs kelengkapan pengungkapan sukarela.


(55)

Berdasarkan landasan teori dan acuan tersebut di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Hubungan ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas denganluas pengungkapan sukarela laporan tahunan

Ukuran perusahaan (X1)

Leverage (X2)

Profitabilitas (X3)

Likuiditas (X4)

Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan


(56)

2.8 Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan (Sembiring 2006:71). Hipotesis merupakan kesimpulan atau jawaban yang masih memerlukan pembuktian atas kebenaran.

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Ukuran Perusahaan, Leverage, Likuiditas dan Profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap Pengungkapan Sukarela laporan keuangan tahunan. H2 : Secara parsial Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage

berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan


(57)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data-data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh antar variabel-veriabel yang bersangkutan kemudian mencoba untuk dianalisis.

3.2 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2006:130). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang tercatat (Go publik) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007. Perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah go

publik harus membuat laporan keuangan yang disebarluaskan ke publik. Laporan

keuangan perusahaan yang telah go publik lebih dapat dipercaya karena telah diaudit oleh auditor publik.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi 2003:131). Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah penelitian populasi yaitu seluruh populasi digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini. Subyek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang tercatat (Go publik) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007. Yaitu sebanyak 106 perusahaan.


(58)

Tabel 3.1

Ringkasan Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah seluruh perusahaan yang terdaftar di

BEI tahun 2007 343

Perusahaan dengan laporan tahunaan 2007

yang tidak tersedia 161

Perusahaan tahun 2007 yang termasuk bidang

keuangan 76

Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap 0

Jumlah sampel yang terpilih 106

Pemilihan sampel hanya meliputi bidang usaha non keuangan, hal ini dikarenakan bidang usaha keuangan memiliki karakteristik bisnis yang khas, sehingga laporan keuangan yang dibuat juga memiliki karakteristik yang khas (Marwata, 2001). Berikut ini nama-nama perusahaan sampel 2007.

Tabel 3.2

Nama-nama Perusahaan Sampel tahun 2007

No Kode Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1 ABBA Abdi Bangsa Tbk 54 JIHD Jakarta Internasional

Hotels &

Development Tbk 2 ACES Ace Hardware Indonesia

Tbk

55 JSPT Jakarta Setibudi Internasional Tbk

3 TMPI Agis Tbk 56 JSMR Jasa Marga (Persero)

Tbk 4 AIMS Akbar Indo Makmur Stimec

Tbk

57 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk

5 AKRA AKR Corporindo Tbk 58 JRPT Jaya Real Property Tbk

6 ASRI Alam Sutrea Realty Tbk 59 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 7 ALFA Alfa Retailindo Tbk 60 LAMI Lamicitra Nusantara

Tbk

8 ANTA Anta Express Tour & Trevel 61 LPCK Lippo Cikarang Tbk 9 APOL Arpeni Pratama Ocean Line

Tbk

62 LPLI Lippo E-Net Tbk 10 ASII Intraco Penta Tbk 63 LPKR Lippo Karawaci Tbk 11 ASGR Astra Graphia Tbk 64 MPPA Matahari Putra Prima


(59)

Tbk

12 BNBR Bakrie and Brothers Tbk 65 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk

13 ELTY Bakrieland Development Tbk

66 MNCN Media Nusantara Citra Tbk

14 BTEL Bakrie Telkom Tbk 67 MTDL Metrodata Electronics Tbk

15 BAYU Bayu Buana Tbk 68 MTSM Metro Supermarket Reality Tbk

16 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 69 SCPC Millinnium Pharmacon Internasional Tbk 17 BIPP Bhuwanatala Indah Permai

Tbk

70 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk 18 BMSR Bintang Mitra Semestaraya

Tbk

71 MIRA Mitra Rajasa Tbk 19 BKDP Bukit Darmo Property Tbk 72 FREN Mobile-8 Telkom Tbk 20 CENT Centrin Online Tbk 73 MDLN Modernland Realty

Ltd Tbk 21 CMPP Centris Multi Persada

Pratama Tbk

74 MLPL Multipolar Corporation Tbk 22 CKRA Ciptojaya Kontrindoreksa

Tbk

75 PTRA New Century Development (d/h Putra Surya Perkasa) Tbk

23 CTRS Ciputra Surya Tbk 76 META Nusantara

Infrastructure Tbk (d/h Metamedia Tecnologiest) Tbk 24 CTRP Ciputra Property Tbk 77 PANR Panorama

Sentrawisata 25 CMNP Citra Marga Nusaphala

Persada

78 WEHA Panorama Trasportasi Tbk

26 COWL Cowell Development Tbk 79 PWSI Panca Wiratama Sakti Tbk

27 SCBD Danayasa Arthatama Tbk 80 PWON Pakuwon Jati Tbk 28 KARK Dayaindo Resources

International Tbk

81 TMAS Pelayaran Tempura Emas Tbk

29 DILD Dharmala Intiland (Intiland Formerly)

82 PJJA Pembangunan Jaya Ancol Tbk

30 DART Duta Aggada Reality Tbk 83 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk

31 DUTI Duta Pertiwi Tbk 84 PNSE Pudjaji & sons Estate Tbk


(1)

No Nama Perusahaan Ukuran

Perusahaan (X1)

Leverage Net Profit Margin

Current Rasio Y

47 Indonesia Air Transport Tbk 115,307 0.52 (0.46) 0.78 0.64

48 Indosiar Karya Media Tbk 1,271,383 0.79 (0.212) 0.02 0.58

49 Integrasi Teknologi Tbk 29,202 0.09 (0.05) 0.94 0.61

50 Inter-Delta Tbk 24,287 2.38 0.00 0.36 0.73

51 Intiland Development Tbk 900,919 0.77 0.31 5.67 0.64

52 Intraco Penta Tbk 863,818 0.63 0.01 2.57 0.67

53 Jaka Inti Realtindo (d/h Jaka Artha Graha) Tbk

171,206 0.16 0.19 3.72 0.64

54 Jakarta Internasional Hotels & Development Tbk

5,080,943 0.61 (0.45) 0.75 0.73

55 Jakarta Setibudi Internasional Tbk 2,718,909 0.52 0.03 0.61 0.69

56 Jasa Marga (Persero) Tbk 13,866,611 0.55 0.11 3.63 0.73

57 Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 96,625 0.38 0.04 1.56 0.73

58 Jaya Real Property Tbk 1,907,357 0.38 0.21 1.17 0.73

59 Kawasan Industri Jababeka Tbk 2,506,341 0.34 0.08 0.07 0.69

60 Lamicitra Nusantara Tbk 634,587 0.73 0.03 0.13 0.69

61 Lippo Cikarang Tbk 1,284,391 0.64 0.07 2.58 0.64

62 Lippo E-Net Tbk 677.430 0.89 0.26 0.94 0.79

63 Lippo Karawaci Tbk 10,533,372 0.57 0.17 1.44 0.79

64 Matahari Putra Prima Tbk 3,977,015 0.61 0.02 2.25 0.76

65 Mas Murni Indonesia Tbk 583,971 0.05 (0.19) 2.63 0.64

66 Media Nusantara Citra Tbk 6,388,227 0.38 0.15 3.83 0.73

67 Metrodata Electronics Tbk 1,162,251 0.07 0.01 1.28 0.64

68 Metro Supermarket Reality Tbk 98,976 0.22 0.09 1.56 0.52

69 Millinnium Pharmacon Internasional 232,113 0.07 0.01 1.39 0.61


(2)

No Nama Perusahaan Ukuran

Perusahaan (X1)

Leverage Net Profit Margin

Current Rasio Y

70 Mitra Adiperkasa Tbk 2,959,914 0.59 0.03 2.15 0.85

71 Mitra Rajasa Tbk 1,126,907 0.52 0.15 0.49 0.58

72 Mobile-8 Telkom Tbk 4,536,744 0.36 0.06 4.27 0.79

73 Modernland Realty Ltd Tbk 1,752,492 0.58 0.11 0.71 0.64

74 Multipolar Corporation Tbk 9,783,410 0.65 0.01 0.16 0.48

75 New Century Development (d/h Putra Surya Perkasa) Tbk

539,495 0.63 (0.01) 1.37 0.69

76 Nusantara Infrastructure Tbk (d/h Metamedia Tecnologiest) Tbk

650,075 0.39 0.13 0.12 0.67

77 Panorama Sentrawisata 403,298 1.64 0.01 1.05 0.69

78 Panorama Trasportasi Tbk 102,347 0.36 0.07 0.81 0.82

79 Panca Wiratama Sakti Tbk 295,511 2.02 (0.19) 0.16 0.72

80 Pakuwon Jati Tbk 3,115,215 0.65 0.19 0.98 0.72

81 Pelayaran Tempura Emas Tbk 996,390 0.65 0.03 0.55 0.69

82 Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1,277,133 0.36 0.18 2.65 0.69

83 Plaza Indonesia Realty Tbk 2,964,660 0.42 0.02 4.17 0.73

84 Pudjaji & sons Estate Tbk 211,515 0.58 0.01 0.73 0.58

85 Pudjiaji Prestige Limited Tbk 254,944 0.02 0.01 1.56 0.69

86 Ramayana Lestari Sentosa Tbk 2,917,525 0.26 0.07 2.81 0.67

87 Rimo Catur Lestari Tbk 63,421 0.78 0.01 0.85 0.58

88 Roda Panggon Harapan Tbk 73,807 0.05 0.03 0.24 0.61

89 Samudra Indonesia Tbk 3,971,871 0.04 0.03 2.27 0.76

90 Smart Tbk 8,063,169 0.56 0.12 1.72 0.82

91 Sona Topas Tourism Industri Tbk 469,053 0.69 0.04 1.17 0,48

92 Summarecon Agung Tbk 3,029,483 0.05 0.16 0.76 0.64


(3)

No Nama Perusahaan Ukuran

Perusahaan (X1)

Leverage Net Profit Margin

Current Rasio Y

93 Surya Citra Media Tbk 2,552,198 0.51 0.01 0.49 0.69

94 Surya Semesta Internusa Tbk 1,541,071 0.06 0.01 0.83 0.69

95 Suryamas Duta Makmur Tbk 2,021,932 0.65 (0.76) 0.18 0.76

96 Suryanti Permata Tbk 1,570,853 0.53 0.44 1.01 0.67

97 Telekomunikasi Indonesia Tbk 82,058,760 0.48 0.22 0.77 0.76

98 Tempo Inti Media Tbk 118,524 0.44 0.02 0.06 0.73

99 Tigaraksa Satria Tbk 1,348,755 0.78 0.01 0.13 0.73

100 Toko Gunung Agung Tbk 89,394 0.96 0.00 0.62 0.69

101 Truba Alam Manunggal Engineering Tbk

4,991,216 0.65 0.14 6.17 0.58

102 Unilever Indonesia Tbk 5,333,406 0.49 0.16 1.11 0.58

103 Wahana Phonix Mandiri Tbk 199,516 0.59 0.00 1.47 0.52

104 Wicaksana Oversaes Internasional Tbk

242,766 0.63 (0.05) 1.06 0.58

105 Wijaya Karya (Persero) Tbk 4,133,064 0.67 0.33 1.65 0.69

106 Zebra Nusantara Tbk 93,251 0.44 (0.30) 0.36 0.64


(4)

Lampiran 6 Regression

Model Summary(b)

Mode

l R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .529(a) .280 .251 .07265 1.974

a Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1 b Dependent Variable: Y

ANOVAb

.207 4 .052 9.814 .000a

.533 101 .005

.740 105

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1 a.

Dependent Variable: Y b.

Coefficients(a)

Model 1 (Constant

) X1 X2 X3 X4

Unstandardized Coefficients

B .641 .012 .025 .030 -.002

Std. Error .016 .002 .020 .012 .006 Standardized

Coefficients

Beta

.458 .110 .208 -.036

t 39.752 5.277 1.275 2.415 -.413

Sig. .000 .000 .205 .018 .680

Correlations

Zero-order .476 .066 .271 .055

Partial .465 .126 .234 -.041

Part .446 .108 .204 -.035

Collinearity Statistics

Toleranc

e .947 .962 .958 .926

VIF 1.056 1.039 1.044 1.079

a Dependent Variable: Y


(5)

Charts

3 2 1 0 -1 -2 -3

Regression Standardized Residual

20 15 10 5 0 F re q u e n c y

Mean = 3.62E-15 Std. Dev. = 0.981 N = 106

Dependent Variable: Y

Histogram

5 4 3 2 1 0 -1 -2

Regression Standardized Predicted Value

3 2 1 0 -1 -2 -3 R eg re ss io n Stu de nti ze d R es id ua l

Dependent Variable: Y Scatterplot


(6)

1.0 0.8

0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

x

p

e

c

te

d

Cu

m

P

ro

b

Dependent Variable: Y

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Deskripsi Data

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 106 .01 14.14 2.3472 3.08132

X2 106 .00 2.38 .4963 .36315

X3 106 -2.12 2.66 .1487 .58634

X4 106 .02 6.17 1.3776 1.26516

Y 106 .48 .88 .6837 .08397

Valid N (listwise) 106


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 76

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 14

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 30

LAPORAN KEUANGAN DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 32

PENUTUP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 48

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 0 8

ANALISIS FAKTOF-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SUKARELA MELALUI INTERNET PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012

0 0 15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela

0 0 15

Skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA

0 0 72