Tujuan Penelitian Penerapan Asas-asas Good Governance Dalam Ekonomi Islam

23 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengkaji dan mengetahui Prinsip Good Governance dapat di Implementasikan dalam sistem Ekonomi Islam Syariah dikaitkan dengan Etika Bisnis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. 2. Untuk mengkaji dan mengetahui Ruang Lingkup Ekonomi Islam yang telah dilaksanakan di Indonesia dengan adanya perkembangan Ekonomi Islam

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktek sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan untuk bahan pengembangan Kajian Hukum, khususnya yang berkaitan dengan Hukum Ekonomi Islam dan umumnya bagi Hukum Islam di Indonesia. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Negara dan masyarakat yang konsen terhadap pelaksanaan Hukum Islam di Indonesia khusunya para praktisi di bidang ekonomi Islam, baik dalam bidang perbankan syariah , asuransi syariah, gadai syariah dan lain-lain. 3. Diharapkan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut. 24 BAB IV METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut : Dalam melakukan penelitian penulis akan mempergunakan metode penelitian dan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian bersifat deskriftif analitis, yaitu peneltian melukiskan fakta-fakta yang berupa data sekunder seperti bahan hukum primer dan bahan- bahan hukum sekunder.

2. Metode Pendekatan

Dalam penelitian akan digunakan metode penelitian dengan pendekatan yuridis normatif 14 artinya penelitian dititik beratkan pada penggunaan data sekunder yaitu berupa asas-asas hukum dan norma hukum yang berlaku.

3. Tahap Penelitian.

Tahap penelitian kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh data sekunder berupa : a. Bahan-bahan hukum primer primary source or authorities 15 Seperti peraturan perundang-undangan : 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 14 SoerjonoSoekanto, PengantarPenelitianHukum, UI Press, Jakarta, 1986, halaman 52 15 SunaryatiHartono ,PeneltianHukum Di Indonesia PadaAkhirke 20, Alumni, Bandung. 25 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara 3 Dan lain-lain b. bahan-bahan hukum primer , yaitu bahan-bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer serta hasil-hasil penelitian sebelumnya, antara lain disertasi, artikel, opini-opini masyarakat yang dimuat dalam majalah dan media masa cetak lainnya dan lain sebagainya. c. bahan-bahan hukum tersier antara lain berupa Kamus umum Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Bahasa Arab, dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Terhadap data sekunder dilakukan studi dokemen bahan pustaka guna mendapatkan landasan teoretis berupa pendapat-pendapat atau tulisan para ahli atau pihak-pihak yang berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam ketentuan formal maupun data melalui naskah resmi.

5. Metode Analisis Data.

Selanjutnya dari data yang diperoleh ,dianalis secara kaulitatif, artinya data tersebut disusun secara sistematis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini secara yuridis normatif yang dilakukan dengan memperhatikan tiga hal yaitu : 1 Peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain tidak boleh saling bertentangan ; 2 Memperhatikan hirarkis peraturan perundang-undangan ; 3 Memperhatikan kepastian hukum.

6. Lokasi Penelitian

Data sekunder diperoleh di Bandung 26 BAB V PENERAPAN ASAS-ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM EKONOMI ISLAM DAN PELAKSANAAN EKONOMI ISLAM DI INDONESIA

A. Penerapan Asas-asas Good Governance Dalam Ekonomi Islam

Dalam menganalisis penerapan asas-asas good governance dalam ekonomi Islam, peneliti akan mempergunakan 10 kareteristik Good Governance sebagai tolak ukur , untuk kemudian mencoba membandingkannya dengan Etika Bisnis nabi Muhammad SAW. 16 Kareteriatik asas-asas Good Governance itu penulis rinci sebagai berikut :

a. Participation Partisipasi, yang mensyaratkan bahwa setiap warga Negara

mempunyai suara dalam menentukan kebijakan Negara, berdasar kebebasan berasosiasi dan berpartisipasi secara konstruktif. Dalam etika bisnis Nabi Muhammad SAW asas ini tidak disebut secara tegas dalam bentuk asas, akan tetapi hal ini dapat dilihat dari perilaku bisnis nabi. Nabi Muhammad SAW mampu mengelola dan memusatkan keja sama dengan staf bisnisnya secara berkelanjutan, salah satu kebiasaan yang ditunjukkkan nabi adalah pemberian hdiah atas kreativitas dan prestasi yang mereka tunjukkan. Hakim ibn HIzam: “ Nabi mengirim padanya uang saku satu dinar untuk membeli seekor hewan korban untuknya, ia membeli seekor domba seharga satu dinar, menjuanya kembali seharga dua dinar, membeli seekor hewan korban 16 K.H. Ali Yafiedkk, FiqihPerdaganganbebas, Teraju, Jakarta, 2003, halaman 21-23. 27 seharga satu dinar, dan membawanya bersama keuntungan satu dinar yang didapatnya. Nabi memberikan satu dinar tadi sebagai sedekah serta memohonkan berkah atasnya.” HR. Tirmidzi dan Abu Dawud Aspek pendelegasian dan kemitraan menjadi salah satu cirri transaksi ekonominya. Abdullah Ibn Umar meriwayatkan bahwa Nabi menyerahkan pepohonan kelapa dan jazirah khaibar kepada orang-orang Yahudi dikota Khaibar dengan syarat mereka harus memnafaatkan apa yang merek miliki dan ia mandapat seperdua dari hasilnya HR. Tirmidzi . b. Rule of Law Pengakkan Hukum , yang menentukan bahwa pemerintah harus berdasarkan hukum bukan berdasrkan kekuasaan belaka. Asas ini dalam etika bisnis nabi dapat kita lihat dalam prinsip Tauhid. Tauhid rubuhiyyah merupakan keyakinan bahwa semua yang ada di ala mini adalah miliki dan dikuasai oleh Allah Swt. Tauhid Uluhiyyah menyatakan adanya aturan dari-Nya dalam menjalankan kehidupan. Kedua nilai diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan ekonomi, bahwa setiap harta asset dalam transaksi bisnis hakikatnya milik Allah Swt. Pelaku ekonomi manusia hanya mendapat amanah dan mengelola istikhlaf, dan oleh karenanya seluruh asset dan anasir transaksi harus dikelola sesuai dengan ketentuan pemilik yang hakiki yaitu Allah swt. Kepeloporan Nabi Muhammad SAW dalam meninggalkan praktik riba usury-interest , transaksi fiktif gharar , perjudian dan spekulasi masyir serta komoditi haram adalah wujud dari keyakinan tauhid ini.

c. Transparansi .

Asas ini dalam etika bisnis nabi tercermin dari Akhlak-Nya. Penduduk Mekkah sendiri memanggilnya dengan sebutan Al-Amin jujur. Tidak heran jika Khadijahpun menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan, sehingga ia mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai pasar di Utara dan selatan dengan modalnya. Ini dilakukan kadang-kadang dengan kotrak biaya, modal perdagangan, dan kotrak bagi hasil. 28

d. Orientasi pada Konsensuskesepakatan.

Asas ini dapat diihat dalam etika bisnis nabi. Pada saat beliau menjadi kepala Negara, law enforcement benar-benar ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal. Beliau pula yang memperkenalkan asas “ facta Sun Servanda” yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan perjanjian. Di tangan para pihaklah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan transaksi yang dibangun atas dasar saling setuju ridha sebagaimana sabda nabi : “ sesungguhnya transaksi jual beli itu wajib didasarkan atas saling setuju… “ al hadits .

e. Keadilan kesetaraan

Asas ini dalam etika bisnis nabi diwujudkan dalam kehidupan ekonomi. Sungguh dalam segala jenis bisnis yang dijalani Nabi Muhammad SAW, menjadikan nilai adil sebagai standar utama. Kedudukan dan tanggungjawab para pelaku bisnis ia bangun melalui prinsip “ akad yang saling setuju” ia meninggalkan transaksi riba dan memasyaratkan kontrak mudharabah atau kontrak musyarakah equity participation, karena sistem “ profit sharing and lost sharing system “ bagi hasil dalam dua transaksi ini dianggap lebih mendekati nilai-nilai “ Adil” dan “ seimbang “

f. Effektivitas dan Effisien

Al Qur’an mengandung pengarahan tentang bagamana seharusnya masnusia sebagai konsumen memamnfaatkan kekayaannya. Sebagaimana firman Allah Swt yang melarang berlaku boros dan kikir dalam memanfaatkan kekayaan. Dampak lebih jauh dari sifat kikir itu adalah pemborosan yang dapat mengakibatkan lenyapnya modal yang berharga, terjadinya penyaluran kekayaan pada tempat yang tidak selayaknya atau malah tidak pada tempatnya, dan pemborosan pada tingkat makro dapat menyengsarakan rakyat banyak. Oleh karena itu Al Qur’an mmelarang keras pemborosan. Larangan ini ditunjukkan kepada pemerintah dan rakyat, meskipun pemborosan itu dilakukan terhadap orang yang berhak menerima harta. Artnya Al Qur’an sangat menekankan asas tindakan efisiensi dan jangan berlebih-lebihan israf . Sebagaimana firman Allah Swt “ Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat haknya begitu juga kepada orang-orang miskin, dan orang dalam 29 perjalanan. Dan janganlah kamu mengahmbur-hamburkan hartamu secara bebas . Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu bersikap sangat ingkar kepada Tuhannya. TQS: Al-Isra ayat 26-27 . Hal ini dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW yang hidupnya sederhana tidak boros, nabi tidur hanya beralaskan tikar dan kadang-kadang banyak puasa dalam kehidupan sehari-harinya.

g. Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawababkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai emegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nabi Muhammad Saw mewariskan pula pilar tanggungjawab dalam kerangka dasar etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi dengan pertanggungjawaban manusia, setelah menentukan daya pilih antara yang baik dann buruk, harus menjalani konsekuensi logisnya. Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya TQS : Al Muddatsir : ayat 38 } Karena keuniversalannya sifat al-a’dal maka setiap individu harus mempertanggungjawabkan tindakannya. Tak seorangpun dapat lol os dari konsekuensi perbuatan jahatnya.hanya dengan mencari kambing hitam. Wujud dari etika ini adalah te rbangunnya transaksi yang fair dan bertanggungjawab. Nabi menunjukkan integritas yang tinggi dalam memenuhi segenap klausul kontraknya dengan pihak lain seperti dalam hal pelayanan kepada pembeli, pengiriman barang tepat waktu, dan kualitas barang yang dikirim. Di samping itu beliau pun kerap mengaitkan suatu proses ekonomi dengan melarang diperjualbeilakan produk-produk tertentu yang dapat merusak masyarakat dan lingkungan

h. Strategic Vision wawasan ke depan

30 Reputasi nabi Muhammad Saw dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh Muhaddits, Abdul Razzaq : ketika mencapai usia dewasa memilih wirausaha. Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para investor shohibul mal berdasarkan bagi hasil. Seorang investor besar Mekkah Khadijah mengangkatnya menjadi manajer ke pusat perdagangan Habashah di Yaman. Kecakapan sebagai wirausaha telah mendatangkan keuntungan dan tidak satupun jenis bisnis yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain disebelah timur semenanjung Arab. Di antara ratusan pembantu bernama Abdul Qois menemuinya dan menceritakan ada utusan kabilah dari Bharain. Nabi Muhammad SAW menanyakan siapa pemimpinnya, dan dijawab bahwa pemimpin beliau adalah Al_Ashajj. Pada saat bertemu langsung Al-Ashajj ditanya berbagai masalah dan orang-orang yang terkemuka serta kota-kota perdagangan di Bahrain seperti Safa, Mushaqqar, dan Hijar. Pemimpin kabilah tersebut sangat terkejut dan tercegang atas keluasan pengetahuan dan kedalaman pemahaman beliau tentang geografi negerinya.

i. Responsif daya tanggap

Dimana proses pelaksanaan kebijakan dan proses pelayanan oleh lembaga- lembaga Negara dan pemerintahan dilaksanakan seefektif mungkin dan seramah mungkin, demi kepentingan masyarakat yang membutuhkan kebijaksanaan dan atau pelayanan tersebut. Asas ini dapat dilihat dalam manajemen bisnis Nabi Muhammad SAW . Jauh sebelum Fredrick W Taylor 1856-1915 mengangkat prinsip manajemen sebagai suatu disiplin ilmu. Nabi Muhammad SAW sudah mengimplementasikan nilai-nilai manajemen dalam kehidupan dan praktik bisnisnya. Ia telah dengan sangat baik mengelola proses transaksi dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis serta pihak yang terlibat da dalamnya. Banyak riwayat mencatat bagaimana komitmen dan loyalitas Nabi Muhammad SAW kepada pelanggannya, di antaranya terhadap Abdullah Ibn Abdul Hamzah. Abdullah berkata : Aku telah membeli sesuatu dari nabi sebelum ia menerima tugas kenabian, dank arena masih ada suatu urusan 31 dengannya, maka aku menjanjikan untuk mengantar kepadanya, tetapi aku lupa . ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan menemukan nabi masih berada di sana , Nabi bersabda “ Engkau telah membuat resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu “ Hadits riwayat Abu Dawud Pada posisinya sebagai pembeli, loyalitas dan kesungguhan itu pun ditunjukkan dengan sangat simpatik. Jabir berkata “ Saya sedang melakukan perjalanan dengan menunggang seekor unta yang sudah kelelahan, tetapi nabi lewat dan memukulnya, unta tadi berjalan lagi. Ini belum pernah ia lakukan sebelumnya. Nabi lalu bersabada : Jualah unta itu padaku seharga satu uqiyah 40 dirham saya setuju tetapi dengan syarat saya boleh mengendarainya sampai ke rumah. Ketika sampai di Madinah saya serahkan unta tersebut , dan ia membayar kontan. “

j. Pengawasan

Jujur dan amanah itu adalah sifat seorang muslim ,karena hal itu maka pelaksanaan ekonomi Islam merupakan ibadah yang diawasi tidak hanya oleh manusianya itu sendiri tetapi diawasi oleh Allah Swt

B. Ruang Lingkup Ekonomi Islam Yang Telah Dilaksanakan Di Negara Indonesia.