xix TU
: Tata Usaha UKS
: Usaha Kesehatan Sekolah UNESCO
: United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization UPTD
: Unit Pelaksana Teknis Daerah WIB
: Waktu Indonesia Barat Y
: Tradisi Yahwista
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa lingkungan hidup adalah
“kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.” Jelas bahwa manusia menjadi salah satu pihak yang sangat berperan dalam keberlangsungan lingkungan
hidup. Namun seperti yang sudah kita ketahui bersama, saat ini kenyataan yang terjadi di bumi ini mengalami krisis lingkungan hidup. Terjadi kerusakan
lingkungan di mana-mana dan sebagian besar kasus yang terjadi karena ulah manusia yang kurang mempedulikan kelestarian lingkungan sekitar, seperti:
pemakaian bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga dapat merusak kesuburan tanah, membuang sampah sembarangan, melakukan penebangan pohon secara liar
dan berbagai kegiatan lain yang merusak lingkungan alam sekitar. Oleh karena itu sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab dan tidak bisa terlepas dari
alam, kita tidak bisa tinggal diam tanpa mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Sonny Keraf 2010: 26, sudah sangat banyak kejadian yang melanda tanah air Indonesia, beliau mengatakan bahwa:
Bencana demi bencana selalu saja datang silih berganti. Sebagian di antara bencana ini kita kategorikan sebagai bencana alam, karena memang bencana
tersebut adalah murni peristiwa alam. Gempa bumi, tsunami, gunung
2
meletus adalah beberapa contoh bencana alam yang kita maksud. Tetapi, selebihnya adalah bencana lingkungan hidup.
Di sini dikatakan bencana lingkungan hidup sebagian kejadiannya karena
adanya krisis lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab dan kurang peduli akan kelestarian lingkungan.
Bencana alam di negara Indonesia ini tidak hanya diakibatkan oleh pengaruh alami saja. Namun juga sebagian besar sudah ada campur tangan manusia
di dalamnya. Manusia juga ikut ambil bagian sampai terjadinya bencana dan peristiwa tersebut. Hal ini dapat diambilkan contoh dari salah satu berita dari
Kompas.com karangan Yunanto Wiji yang diterbitkan pada tanggal 14 September
2015, sebagai berikut: Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar ha.
Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat 900,20 ha, Kalimantan Tengah 655,78 ha, Jawa Tengah 247,73
ha, Jawa Barat 231,85 ha, Kalimantan Selatan 185,70 ha, Sumatera Utara 146 ha, Sumatera Selatan 101,57, dan Jambi 92,50 ha. Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB Sutopo Purwo Nugroho melaporkan, kemarin, jumlah titik panas di
Sumatera mencapai 944 titik dan di Kalimantan 222 titik. Kebakaran hutan dan lahan pun diperkirakan masih terus berlangsung, bahkan hingga ke
taman nasional. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Kompas dari pemberitaan sejak
1960-an hingga saat ini, kebakaran terjadi berulang, bahkan terlihat ada peningkatan jumlah titik api dalam empat dekade ini. Rekapitulasi luas
kebakaran hutan per provinsi di Indonesia tahun 2010-2015 dalam situs Kementerian Lingkungan Hidup juga menunjukkan hal itu. Dibandingkan
tahun 2010, luas lahan terbakar meningkat puluhan kali lipat. Di Jambi, contohnya, di tahun 2010, lahan terbakar hanya 2,5 ha. Tahun 2014
meningkat menjadi 3.470 ha. Sumber lain menyebutkan, kebakaran di Jambi dalam satu bulan terakhir
telah menyebar ke areal seluas 40.000 ha. Sebanyak 33.000 ha di antaranya merupakan kebakaran gambut yang masih terus meluas. Sementara itu, di
Kalimantan Tengah, tahun ini, berdasarkan data pemadaman kebakaran BPBD kabupatenkota se-Kalimantan Tengah, luas lahan terbakar sejak
Januari hingga 10 September mencapai 940,9 ha. Pada 2014, kebakaran
3
lahan menghanguskan 4.022 ha. Kerugian yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Kerugian yang
terjadi akibat bencana asap itu tidak hanya materi yang tak terhitung nilainya, tetapi juga kerusakan lingkungan dan menurunnya kualitas
kesehatan masyarakat. Bencana asap itu bahkan telah merenggut korban jiwa gadis kecil tunas bangsa akibat terpapar asap pekat yang terjadi di
Pekanbaru, Kamis pekan lalu. Belum lagi puluhan ribu orang di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang menderita infeksi saluran pernapasan akut
ISPA karena terpapar asap.
Artikel tersebut menyampaikan kepada kita bahwa akibat ulah manusia dapat menimbulkan terjadinya bencana yakni kebakaran hutan di berbagai tempat.
Dengan adanya peristiwa ini pula ditekankan bahwa bencana tidak semata-mata hanya karena kejadian alamiah saja, bencana alam juga diakibatkan oleh tangan
manusia. Kebakaran hutan yang diakibatkan oleh moralitas manusia yang tidak peduli akan kelestarian lingkungan demi mencapai berbagai kepentingan dan
keserakahan ini pada akhirnya hanya akan membawa bencana dan merusak lingkungan. Bahkan berbagai kerusakan finansial juga akan muncul, seperti:
kerusakan alam, flora dan fauna. Kerusakan lingkungan yang terjadi di bumi ini sudah sangat
mengkhawatirkan. Kerusakan lingkungan ini tidak hanya dialami oleh masyarakat lokal saja namun sudah sampai pada skala global. Banyak kejadian yang kita baca
di surat kabar maupun dilihat di siaran televisi seperti: sampah yang menggunung, banjir di daerah perkotaan karena kurangnya kesadaran para warganya, polusi
udara, polusi air, pemakaian produk bahan kimia yang merusak kesuburan tanah, pemakaian bahan bakar yang tidak ramah lingkungan, limbah-limbah pabrik yang
tidak diolah dengan baik dan berbagai kejadian lain yang dapat merusak lingkungan sekitar kita. Contoh peristiwa kongkret yang kita alami akhir-akhir ini adalah
peristiwa asap yang terjadi di Sumatera.
4
Namun yang terjadi saat ini bahwa kesadaran manusia akan kelestarian lingkungan hidup masih sangat kurang dibuktikan. Sejalan dengan itu, Paus
Fransiskus dalam LS, art. 20 mengatakan bahwa “ada beberapa bentuk pencemaran lingkungan yang dialami orang setiap hari. Polusi udara adalah salah
satunya.” Polusi ini mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin dan menyebabkan jutaan kematian dini. Dari tulisan Paus
Fransiskus dalam Laudato Si artikel 20 ini jelas bahwa salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini adalah polusi udara. Dan polusi ini
mengakibatkan berbagai permasalahan, salah satunya di bidang kesehatan. Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh polusi udara, mulai dari penyakit ringan
sampai penyakit yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Kurangnya kesadaran akan kelestarian tersebut juga mengakibatkan
perubahan iklim yang akan terjadi di bumi ini. Seperti yang disampaikan oleh Paus Fransiskus LS, art. 25:
Perubahan iklim merupakan masalah global dengan dampak buruk untuk lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan dan politik. Ini merupakan
salah satu tantangan utama yang dihadapi umat manusia pada zaman kita. Dampak terburuk mungkin akan dirasakan dalam beberapa dekade
mendatang oleh negara-negara berkembang. Banyak orang miskin tinggal di wilayah-wilayah yang paling dipengaruhi oleh berbagai gejala yang terkait
dengan pemanasan bumi, sementara penghidupan mereka sangat tergantung pada cadangan alam dan jasa ekosistem seperti pertanian, perikanan dan
kehutanan.
Dari pernyataan ini jelas terlihat apabila kelestarian lingkungan tidak diperhatikan akan berdampak buruk pada manusia, salah satunya adalah perubahan
iklim yang drastis dan hal ini akan berdampak negatif, khususnya kepada mereka yang miskin dan tinggal di wilayah yang paling dipengaruhi oleh berbagai gejala
yang terkait dengan pemanasan bumi, padahal hidup mereka hanya bisa
5
mengandalkan hasil dari alam. Ketika alam ini rusak oleh perubahan iklim, maka alam juga akan sulit mengeluarkan hasil yang cukup demi pemenuhan kebutuhan
manusia. Alkitab juga secara jelas mengungkapkan bahwa kerusakan alam selama ini
adalah karena ulah manusia, karena kejahatan manusia. Salah satu contohnya di dalam Kitab Mazmur 107:33-34, dituliskan bahwa: “Dibuat-Nya sungai-sungai
menjadi padang gurun dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang subur menjadi padang pasir, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di
dalamnya.” Dua ayat dari Kitab Mazmur ini jelas bahwa kejahatan manusialah yang telah mengakibatkan kerusakan dan kehancuran lingkungan hidup ini. Namun
Tuhan tidak menghendaki musnahnya ciptaan-Nya. Sebagai suatu bentuk kesadaran terhadap lingkungan, warga Katolik yang
berpendidikan tidak bisa tinggal diam melihat kerusakan alam yang terjadi di sekitar kita. Sekolah Katolik tentunya dapat ikut ambil bagian dalam menghadapi
masalah lingkungan saat ini misalnya lewat bidang pendidikan. Menurut Syukri Hamzah 2013: 14 dikatakan bahwa:
Pendidikan harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembentukan sikap dan kepedulian terhadap lingkungan secara efektif. Melalui pendidikan yang
intensif sangat dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas sikap dan perilaku yang positif terhadap lingkungan, karena melalui pendidikan dapat
diwujudkan kesiapan mental dan kecenderungan untuk berperilaku positif terhadap suatu obyek tertentu yang dalam hal ini adalah lingkungan hidup.
Dari pernyataan itu jelas bahwa pendidikan berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan merupakan hal yang penting diberdayakan.
Pendidikan lingkungan hidup harus diberikan sejak dini, setidaknya sejak anak-anak duduk di bangku sekolah dasar, berbagai pembelajaran tentang
6
pendidikan lingkungan hidup sudah harus diberikan. Pendidikan lingkungan hidup ini tidak hanya akan berpengaruh pada kesadaran anak akan kelestarian lingkungan
hidup namun juga diharapkan lewat pendidikan ini, iman anak juga dapat berkembang. Pihak sekolah dapat memberikan suatu wadah pendidikan yang
dilakukan untuk menjawab permasalahan lingkungan hidup yang telah terjadi saat ini. Salah satu sekolah Katolik yang terletak di Perbukitan Menoreh menaruh
perhatiannya terhadap kelestarian lingkungan hidup yang ditempatkan dalam salah satu kegiatan wajib sekolah. Sekolah ini adalah SD PL Kalirejo. Berangkat dari
keprihatinan pihak sekolah terhadap kurangnya pendidikan lingkungan hidup dan keadaan lingkungan sekitar yang semakin parah serta rendahnya kesadaran anak-
anak jaman sekarang untuk melestarikan alam ciptaan Tuhan, pihak sekolah menyediakan suatu wadah dengan membuat suatu kegiatan yang dimasukkan dalam
kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan berkebun. Lewat kegiatan berkebun ini, para siswa diharapkan mampu menumbuhkan
rasa kepedulian mereka terhadap kelestarian alam ciptaan Tuhan. Dalam kegiatan ini para siswa diajarkan berbagai macam kegiatan mulai dari pengetahuan awal
mengenai kegiatan berkebun, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen sampai pada pengolahan hasil panen.
Dari uraian latar belakang tersebut, penulis hendak menuangkan gagasan
pemikiran ini dalam skripsi berjudul: PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI
SD PL KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyampaikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya
terhadap perkembangan iman anak? 2.
Seberapa besar pengaruh pendidikan berwawasan lingkungan untuk perkembangan iman anak?
3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan lingkungan
hidup?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan berkebun untuk perkembangan
iman anak. 3.
Menyampaikan usaha kongkrit lainnya yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran yang sesuai untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi pihak kampus: Membantu Program Studi PAK untuk menyediakan data ilmiah mengenai
pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak.
8
2. Bagi pihak sekolah secara umum
Sebagai masukan bagi sekolah-sekolah yang lain untuk menyadarkan pihak sekolah akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini.
3. Bagi para pembaca
Semoga para pembaca tergerak hatinya dan tersadar akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini demi perkembangan iman anak-anak.
E. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu menerangkan pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya
terhadap perkembangan iman anak salah satunya dengan kegiatan berkebun. Kemudian guna mengetahui apakah kegiatan berkebun dapat menjadi salah satu
usaha untuk melestarikan pendidikan lingkungan hidup, diadakan sebuah penelitian dengan cara wawancara kepada para guru dan pembina kebun kemudian hasil
penelitian tersebut dianalisis dan dijelaskan. Pada akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang
diharapkan akan berguna bagi siswa dan pihak sekolah.
F. Sistematika Penulisan
Judul skripsi yang dipilih adalah PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SD
PL KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Secara keseluruhan dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam
empat bab. Adapun perinciannya sebagai berikut:
9
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan. Bab II menguraikan penjelasan tentang pendidikan, lingkungan hidup,
pendidikan lingkungan dan perkembangan iman anak menurut para ahli dan beberapa teori.
Bab III menyampaikan gambaran faktual tentang gambaran umum SD PL Kalirejo dan membahas penelitian mengenai pendidikan lingkungan hidup dan
relevansinya terhadap perkembangan iman anak, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV berisi usulan kegiatan untuk meningkatkan usaha pendidikan lingkungan hidup di SD PL Kalirejo. Bab ini menguraikan latar belakang kegiatan,
tujuan kegiatan, usulan dan bentuk kegiatan. Bab V merupakan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama
membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan serta tujuan penulisan. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada SD PL Kalirejo.