32
Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan
kepeduliannya dengan kondisi lingkungan Syukri Hamzah, 2013: 35. Dari penjelasan ini terlihat bahwa Syukri Hamzah memiliki pemikiran bahwa
pendidikan lingkungan tidak hanya menekankan segi kognitif pada diri seseorang, melainkan lebih kepada segi afeksi dan tindakan kongkrit yang dilakukan peserta
didik. Tindakan yang ditekankan dalam pendidikan lingkungan tidak hanya pengetahuan yang akan diterima oleh para peserta didik, namun lebih kepada
perasaan dan tindakan yang didasari kesadaran serta kepedulian mereka terhadap keadaan lingkungannya. Melalui pendidikan lingkungan ini peserta didik
diharapkan dapat memahami pentingnya lingkungan dan mengetahui bagaimana lingkungan dapat berpengaruh pada masalah sosial, ekonomi, kebudayaan serta
pembangunan. “Pendidikan lingkungan bukanlah sekedar menyajikan kepada murid
contoh-contoh kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan harus mengandung etika lingkungan di mana anak didik diajak menyadari makna lingkungan baginya”
Daldjoeni, 1977: 192. Melalui pendapat ini, Daldjoeni ingin menjelaskan bahwa guru yang mengajar pendidikan lingkungan jangan berhenti pada peristiwa-
peristiwa alam yang rusak yang diakibatkan oleh tangan manusia, namun bagaimana peserta didik diberikan sarana agar mereka menjadi sadar akan makna
lingkungan bagi hidup mereka masing-masing dan orang-orang di sekitar mereka. Paus Fransiskus mengatakan bahwa “pendidikan ekologis dapat terjadi
dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese dan lain- lain. Pendidikan yang baik di sekolah sejak usia dini menaburkan benih yang dapat
33
menghasilkan buah sepanjang hidup” LS, art. 213. Keluarga memiliki peranan paling besar, keluarga menjadi sentral, karena di situlah segala kehidupan dan
kurnia dari Allah dapat disambut sebagaimana layaknya. Keluarga juga menjadi tempat berlindung dari segala serangan dari luar dan menjadi tempat bertumbuhnya
seorang anak menuju perkembangan manusia yang sejati.
2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup
Syukri Hamzah 2013: 40 menyampaikan tujuan pendidikan lingkungan hidup yang didapatkan dari konferensi Tbilisi tahun 1977 yakni:
a Untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian
tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan.
b Untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan
c Untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok dan
masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan. Namun Syukri Hamzah juga menyampaikan gagasan lebih lanjut yang
dikemukakan dalam Konferensi Tbilisi tahun 1977 yang merinci “tujuan pendidikan lingkungan yang ingin dicapai tersebut meliputi baeberapa aspek yaitu:
pengetahuan, sikap, kepedulian, ketrampilan, partisipasi” Syukri Hamzah, 2013: 48.
a Pengetahuan
Segi pengetahuan ini dimaksudkan untuk membentuk peserta didik memperoleh pemahaman dasar mengenai materi tentang lingkungan hidup dan
masalah sekitarnya.
34
b Sikap
Segi sikap ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik memperoleh seperangkat nilai dan sikap peduli terhadap lingkungan hidup serta motivasi untuk
berpartisipasi secara aktif dalam memperbaiki dan melindungi lingkungan hidup.
c Kepedulian
Segi kepedulian ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kepedulian dan sensitivitas terhadap lingkungan hidup secara
keseluruhan dan masalah-masalah di dalamnya.
d Keterampilan
Segi keterampilan ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik memperoleh ketrampilan dalam mengidentifikasi, menyelidiki dan memecahkan
masalah-masalah lingkungan hidup.
e Partisipasi
Segi partisipasi ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif memasuki semua jenjang pekerjaan pada masa datang
yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup. Adapun tujuan khusus pendidikan lingkungan hidup menurut Maftuchah
Yusuf, dkk 1988: 16 mencakup: a
Mengembangkan kesadaran akan perlunya individu dapat memenuhi kebutuhan dari lingkungannya.
b Mengembangkan kesadaran akan lingkungan dan masalahnya pada masa
kini dan mendatang.
35
c Mendapatkan pengetahuan dan pengertian tentang hubungan ekologis
manusia dengan lingkungan sosial budaya dan biofisikanya. d
Memiliki kemampuan yang diperlukan untuk penggunaan sumber secara bijaksana, melindungi dan mengembangkan lingkungan menuju
pemecahan masalahnya. e
Mengembangkan sikap, nilai dan kepercayaan yang esensial untuk meningkatkan kualitas dan konservasi lingkungan.
f Berpartisipasi aktif, baik secara individual atau secara bersama dalam
kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan lingkungan. Berdasarkan tujuan khusus yang disampaikan oleh Maftuchah Yusuf
tersebut terlihat bahwa suatu program pendidikan lingkungan hidup tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan segi kognitif dan afektif saja namun juga segi
psikomotoriknya. Untuk memberikan pengetahuan yang didasari dengan masalah lingkungan kepada peserta didik, maka tujuan dasar program pendidikan
lingkungan hidup yaitu merubah sikap para peserta didik dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup dan mengembangkan ketrampilan untuk
memperkecil akibat yang ditimbulkan dalam permasalahan lingkungan yang ada.
3. Lingkup Materi Pendidikan Lingkungan Hidup
Menurut Syukri Hamzah 2013: 53 ada beberapa pokok bahasan dalam pendidikan lingkungan hidup, yakni: ekosistem, sumber daya lingkungan, daya
dukung lingkungan, kepedulian, partisipasi, estetika, kearifan lokal, etika lingkungan, pengambilan keputusan terhadap isu lingkungan, kebencanaan.
a Ekosistem
“Menjelaskan tentang segenap sumber daya yang ada di lingkungan kita yang saling berkelidan, baik yang menyangkut sumber daya ragawi maupun
nonragawi” Syukri Hamzah, 2013: 53. Dalam ruang lingkup ini materi terdiri dari
36
penjelasan mengenai berbagai sumber daya yang ada di lingkungan sekitar manusia. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya ragawi atau yang sering
disebut dengan istilah sumber daya biotik makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan dan mikroorganisme maupun sumber daya nonragawi atau yang sering
disebut sebagai sumber daya abiotik benda mati seperti batu bata, minyak bumi, emas dan sebagainya yang saling terkait membangun dan menciptakan kondisi
lingkungan yang layak bagi keberlangsungan hidup manusia.
b Sumber Daya Lingkungan
Lingkup ini membahas mengenai aneka sumber daya lingkungan dengan masing-masing ciri dan sifatnya” Syukri Hamzah, 2013: 54. Hal ini berkaitan
dengan kegiatan makhluk hidup terlebih dari pihak manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di alam dengan bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat terjaga kondisi sumber daya tersebut dan keseimbangan lingkungan masih dapat terjaga dengan baik, sehingga tidak muncul hal-hal buruk atau
kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari adanya pemanfaatan sumber daya tersebut.
c Daya Dukung Lingkungan
“Pada bagian ini harus diajarkan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan daya dukung lingkungan serta dampak-dampak potensial yang
dapat terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya” Syukri Hamzah, 2013: 54. Di dalam materi ini sangatlah penting pemberian materi kepada para
peserta didik mengenai sumber daya lingkungan abiotik yang memiliki
37
keterbatasan, baik dari segi jumlah ketersediannya di bumi ini maupun kemampuan untuk membuat lagi sumber daya tersebut dalam waktu yang singkat. Misalnya saja
ditekankan akan adanya sumber daya minyak bumi dan batu bara yang semakin menipis jumlahnya di bumi ini, sedangkan untuk proses terjadinya sumber daya
tersebut membutuhkan jangka waktu ratusan tahun.
d Kepedulian
“Materi yang harus diberikan adalah menanamkan kesadaran dan membina sikap peduli terhadap lingkungan” Syukri Hamzah, 2013: 54. Dari materi ini
peserta didik disadarkan mengenai warisan alam dan lingkungan sebagai suatu anugerah dari Allah yang diberikan kepada manusia. Oleh karena itu manusia harus
mampu menjaga dan menghargai lingkungan. Rasa memiliki terhadap lingkungan hendaknya dapat dibangkitkan pada diri peserta didik.
e Partisipasi
“Pendidikan lingkungan yang dilaksanakan hendaknya mampu mendorong keinginan untuk ikut serta dalam memelihara dan melestarikan lingkungan yang
sehat dan layak huni” Syukri Hamzah, 2013: 54. Materi yang diberikan kepada peserta didik hendaknya mampu mempersiapkan mereka untuk mau peduli
terhadap lingkungan dan bertindak serta bekerja untuk kelestarian lingkungan hidup.
f Estetika
“Materi lingkungan yang diberikan hendaknya dapat membangkitkan daya
38
inspirasi untuk berkreasi guna menciptakan lingkungan yang menyenangkan” Syukri Hamzah, 2013: 54. Segi keindahan estetika saat ini menjadi salah satu
kebutuhan non fisik yang berusaha dipenuhi oleh manusia. Dalam lingkup materi ini ditujukan agar peserta didik merasa kagum akan segala yang ada di alam
sehingga daya kreasi peserta didik dapat timbul dan akhirnya menimbulkan sikap menghargai keindahan lingkungan yang telah disediakan oleh alam.
g Kearifan Lokal
“Setiap daerah memiliki karakteristik dan cara sendiri dalam menyikapi dan memperlakukan lingkungannya” Syukri Hamzah, 2013: 55. Berbagai daerah
memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam memberikan perhatian terhadap lingkungan. Oleh karena itu pengetahuan tentang berbagai kearifan lokal dari suatu
masyarakat dalam memandang dan memperlakukan alam harus dikenalkan pada peserta didik agar mereka mengetahui dan memahami berbagai kebiasaan tersebut.
h Etika Lingkungan
“Pada bagian ini yang harus diajarkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungannya yang terwujud pada
perilakunya dalam memperlakukan lingkungan” Syukri Hamzah, 2013: 55. Tanggung jawab moral perlu diberikan kepada peserta didik, bagaimana seseorang
bersikap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat mengenai lingkungan. Dengan menanamkan tanggung jawab moral tersebut, peserta didik
dapat sampai pada kesadaran dan tentunya mampu bertindak dan berperilaku secara bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar mereka.
39
i Pengambilan Keputusan terhadap Isu Lingkungan
Dalam lingkup ini “peserta didik diarahkan kepada kemampuan mengambil keputusan yang efektif tentang isu lingkungan yang memerlukan pertimbangan
ekologis dan faktor sosial” Syukri Hamzah, 2013: 55. Pengetahuan mengenai lingkungan dan segala permasalahan yang terjadi di dalamnya merupakan materi
yang harus diajarkan kepada peserta didik. Lewat pengetahuan tersebut peserta didik menjadi paham akan situasi yang terjadi saat ini dan mengetahui bagaimana
cara menanggapi dan menyikapinya. Dari pengetahuan itulah peserta didik menjadi mampu untuk mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi permasalahan
seputar lingkungan hidup yang sedang terjadi.
j Kebencanaan
“Masalah kebencanaan, khususnya bencana alam sangat penting diketahui oleh masyarakat Indonesia sebagai negara yang rawan bencana alam” Syukri
Hamzah, 2013: 55. Melalui pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai bencana tersebut diharapkan akan mampu mengurangi tindakan-tindakan yang
dapat menjadi penyebab terjadinya bencana, khususnya bencana alam yang diakibatkan oleh tangan manusia. Melalui pengetahuan ini peserta didik menjadi
lebih waspada dan berhati-hati dalam bertindak karena sudah mengetahui resiko apa yang akan terjadi jika melakukan tindakan yang dapat memicu terjadinya
bercana, misalnya saja membuang sampah secara sembarangan akan mengakibatkan banjir, membuang puntung rokok yang masih menyala akan
memicu kebakaran dan berbagai tindakan lainnya. Selain itu, untuk bencana alam yang terjadi secara alamiah, seperti gempa bumi, gunung meletus dan bencana alam
40
lainnya diharapkan dengan adanya pengetahuan dan pemahaman akan kebencanaan ini dapat mengurangi kerugian harta benda dan korban yang ditimbulkan.
Kesepuluh lingkup materi mengenai pendidikan lingkungan hidup yang disampaikan oleh Syukri Hamzah menunjukkan bahwa permasalahan yang
diangkat dalam kegiatan pendidikan lingkungan ternyata sangat beranekaragam. Hampir segala aspek yang berkaitan dengan lingkungan dan permasalahan yang
berada di dalamnya saling berhubungan. Hal ini dapat terjadi karena permasalahan lingkungan hidup tidak pernah berdiri sendiri namun saling berpengaruh dan
berkaitan dengan aspek-aspek yang lainnya. Syukri Hamzah 2013: 57 mengemukakan pendapat Freire yang
mengatakan bahwa: “Peserta didik harus berintegrasi dengan lingkungan, yakni integrasi yang muncul dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan realitas,
ditambah dengan kemampuan kritis untuk membuat pilihan dan mengubah realitas”. Materi-materi pembelajaran yang diberikan dalam pendidikan lingkungan
diharapkan tidak hanya berhenti pada tujuan untuk membantu membina peserta didik agar memiliki pengetahuan, kepedulian, ketrampilan yang positif terhadap
lingkungan namun juga sikap yang bertanggung jawab untuk memelihara keseimbangan di berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, politik dan
ekonomi. Peserta didik juga diusahakan agar mereka mempunyai kepekaan untuk ikut memperbaiki alam dan bertanggung jawab atas lingkungan.
4. Contoh Sekolah Berwawasan Lingkungan
Beberapa sekolah di Indonesia sudah mulai menggalakkan berbagai kegiatan dan program sekolah yang mendukung perhatian lebih kepada lingkungan
41
hidup. Salah satu berita di harian Kompas.com yang diterbitkan tanggal 20 Februari 2016, Ambaranie Nadia mengungkapkan bahwa:
Membangun kecintaan anak terhadap lingkungan harus dilakukan sejak dini. Hal ini diterapkan oleh SD Negeri Bongan, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Ada mata pelajaran khusus mengenai lingkungan hidup. Tak hanya diajarkan untuk cinta lingkungan, mereka diajak menyulap lahan seluas
lebih dari 5 ribu meter persegi di sisi sekolah menjadi kebun kecil.
Perhatian kepada lingkungan hidup harus ditanamkan kepada peserta didik mulai dari kecil. Di SD Negeri Bongan ini peserta didik tidak hanya diajarkan teori
dan penanaman rasa untuk mencintai lingkungan saja, namun juga tindakan- tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Mereka dipercayai untuk
mengolah suatu kebun yang dapat dijadikan sarana untuk mempraktekkan segala teori mengenai rasa cinta terhadap lingkungan hidup. Seluruh bagian di kebun
sekolah ini dapat dimanfaatkan sebagai alur kehidupan ekosistem. Mulai dari daun tanaman yang bisa dijadikan makanan kambing, kemudian kambing mengeluarkan
kotoran untuk pupuk dan air seni untuk diolah menjadi pestisida organik. Cacing yang hidup dari pupuk organik itu pun dijadikan makanan ikan di kolam. Dengan
kebiasaan beternak dan berkebun ini, peserta didik diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
Sekolah Katolik juga telah berupaya untuk memberikan perhatian kepada alam sekitar, salah satu sekolah Katolik yang mempunyai perhatian terhadap
lingkungan adalah SD Tarakanita Bumijo, Yogyakarta. Seperti yang diutarakan Bapak Floribertus Supriya 2013: 29 selaku Kepala Sekolah SD Tarakanita Bumijo
dalam majalah Educare yang diterbitkan pada bulan September 2013. Beliau mengatakan bahwa:
Sekolah menyandang predikat Adiwiyata pada dasarnya membangun
42
budaya peduli terhadap lingkungan. Yang kasat mata adalah menciptakan lingkungan sekolah yang rindang, indah, bersih dan sehat oleh berbagai
tanaman peneduh dan hias, sehingga peserta didik dan warga sekolah lainnya mampu mengembangkan talenta-talenta yang dimiliki secara
optimal.
SD Tarakanita Bumijo melakukan penanaman nilai-nilai yang ditujukan kepada seluruh peserta didik dan warga sekolah lainnya. Tidak hanya kurikulum
tertulis yang ditekankan oleh sekolah ini, namun lebih kepada penyadaran, pembiasaan, pemberian contoh kemudian mempraktekkan dalam setiap aktivitas
sekolah. Tentu saja agar budaya peduli terhadap lingkungan dapat terwujud di sekolah ini pihak sekolah memulai dari hal-hal kecil seperti: membiasakan peserta
didik makan sayur-sayuran, membuang dan memilah sampah, meminimalisir penggunaan bungkus plastik dan tindakan kongkrit lainnya.
Dengan adanya perhatian terhadap lingkungan hidup yang diberikan di dua sekolah ini tentunya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan pribadi
peserta didik. Baik dari segi perasaan peserta didik yang lebih peka dan mencintai lingkungan, menyadari serta mensyukuri segala karunia Tuhan yang telah
diciptakan-Nya, maupun ketrampilan mengolah sumber daya lingkungan yang ada di sekitar mereka. Melalui perhatian ini pula peserta didik menjadi lebih mengenal
lingkungan sekitar mereka. Peserta didik juga semakin menyadari bahwa segala aspek saling berkaitan dan bergantung dengan aspek yang lainnya. Selain itu
perkembangan talenta seluruh warga sekolah juga menjadi nilai positif lainnya yang dapat dicapai dari adanya perhatian lebih terhadap lingkungan hidup.
43
D. Relevansi Terhadap Perkembangan Iman Anak
1. Iman
KGK no. 150, mengatakan bahwa: “iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas
terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah”. Kutipan ini mengandung makna bahwa iman adalah sesuatu yang bersifat pribadi, dimana seseorang
mendapatkan wahyu dari Allah dan dengan kebebasannya ia menyerahkan dirinya secara total kepada kebaikan Tuhan. Lewat wahyu-Nya, Allah menyapa manusia
dan mendekatinya. Dalam buku Iman Katolik, KWI 2000: 128 juga dijelaskan bahwa: “iman
adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela”. Dari pernyataan ini jelas bahwa dalam prakteknya
seseorang yang beriman adalah seseorang yang mau secara bebas menyerahkan seluruh hidupnya kepada kehendak Allah. Di sini Allah melimpahkan segala cinta
kasih-Nya untuk memberikan sapaan kepada manusia dan pada akhirnya manusia menjawab sapaan tersebut dengan hati yang tulus iklas.
KWI 2000: 129 menjelaskan bahwa: “dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang
serba terbatas, menyapa dan memanggilnya”. Dari kutipan ini dimaksudkan bahwa iman dapat diartikan sebagai suatu jawaban atas panggilan Allah. Allah menjumpai
manusia secara pribadi dan manusia menanggapinya dengan menyerahkan pribadinya kepada Allah. Di dalam penyerahan tersebut manusia meyakini bahwa
dirinya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Allah, manusia disapa dan dipanggil oleh Allah. Dan pada akhirnya seorang pribadi manusia dengan hati
44
nuraninya mau menyerahkan dan memberikan dirinya kepada Allah yang tak lain adalah Sang Pemberi Hidup.
2. Perkembangan Iman Anak
Pokok dari perkembangan iman anak adalah segi imannya. Sejalan dengan Sugiarti 1999: 1 yang mengatakan bahwa “iman berakar dalam ajaran yang
kokoh. Orang tidak bisa percaya tanpa mengetahui apa yang dipercayai. Maka anak-anak harus tahu ajaran Kristiani, agar sampai pada iman yang benar”. Dari
gagasanya tersebut, Sugiarti hanya ingin menekankan bahwa ajaran agama sangat perlu untuk menghadapi ancaman yang menghadang anak. Ajaran agama
dipergunakan sebagai sarana yang ampuh untuk sampai kepada iman yang benar. Ajaran agama dipercaya akan membimbing anak menuju jalan yang benar dan
diharapkan akan bertindak sesuai ajaran agama yang diterimanya. Namun di samping itu juga harus diketahui bahwa bukan hanya ajaran agama yang menjadi
pokok, namun ‘iman’ itu sendiri yang menjadi pusat, penting dan menjadi pondasi. Bagaimana Allah mewahyukan diri-Nya kepada seorang anak dan sebaliknya,
bagaimana anak tersebut memberikan dirinya untuk diserahkan kepada Allah. Sugiarti 1999: 4 mengatakan bahwa “lingkungan Kristiani memang
berperanan bagi tumbuhnya iman anak. Tetapi belum cukup, iman harus disertai ajaran yang tepat dan kuat. Tanpa itu anak akan mudah terombang ambing bila
memasuki lautan kehidupan”. Dari penjelasan Sugiarti ini jelas bahwa lingkungan Kristiani juga menjadi salah satu faktor yang penting dalam perkembangan iman
anak, namun faktor lingkungan saja belum cukup untuk membentuk iman serta pribadi anak. Ajaran yang tepat yang harus diberikan kepada anak mulai dari kedua
45
orang tua, pengajar agama di sekolah dan pengajaran yang dapat diterima dari sumber lain menjadi nilai yang penting dalam proses pertumbuhan iman anak. Dan
tidak dapat dipungkiri bahwa campur tangan Allah untuk terus menyapa pribadi anak tersebut menjadi kunci yang utama bagi perkembangan imannya.
Ada beberapa tipe perkembangan iman anak berdasarkan perkembangan umur menurut Sugiarti 1999: 4, di antaranya: anak kecil balita, anak umur 6-7
th, anak umur 7-8 th, anak umur 8-9 th, anak umur 9-12 th, anak umur 12-14 th dan anak umur 14-18 th.
a. Anak Kecil balita
Dalam usia ini anak “mempunyai relasi dengan Tuhan yang bersifat kanak- kanak. Tuhan itu memberi segala sesuatu yang ia butuhkan” Sugiarti, 1999: 4.
Dalam taraf umur 0-5 tahun ini, Tuhan dipercayai sebagai sosok yang selalu memberi. Anak mempercayai bahwa apapun permintaan yang diminta olehnya akan
selalu diberikan oleh Tuhan.
b. Anak Umur 6-7 th
Pada usia 6-7 th, anak mempunyai otonomi rohani. “Tuhan adalah Dia yang telah memberi segala sesuatu. Dia juga yang memberi kekuatan untuk membedakan
yang baik dari yang jahat” Sugiarti, 1999: 4. Dalam taraf perkembangan pada umur ini seorang anak sudah mulai berfikir, membedakan hal-hal yang baik dan
buruk, anak juga sudah berani mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang ia rasa tidak baik.