merepresentasikan adegan kekerasan yang diakukannya kepada anak – anak jalanan dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”.
3.4 Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah scene - scene yang ada dalam film ´Alangkah Lucunya Negeri Ini “, yang menunjukkan adegan kekerasan
pada anak. Dan keseluruhan tanda dan lambang berdasarkan pembagian level analisis dan representasi oleh John Fiske, yang menunjukkan adanya unsur –
unsur kekerasan terhadap anak – anak sesuai dengan obyek penelitian, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan teori semiotic Film John
Fiske. Analisis semiotik pada sinema atau film layar lebar wide screen
disetarakan dengan analisis film yang ditayangkan di televisi. Fiske mengkategorikan sign pada film ke dalam tiga kategori, yakni kode-kode
sosial social codes, dan kode-kode teknis technical codes, dan kode-kode representasi representational codes.. Hal ini untuk mengetahui bagaimana
pemaknaan kekerasan terhadap anak – anak dalam film tersebut.
3.5. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dalam peelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan pengamatan secara langsung pada film “Alangkah Lucunya
Negeri Ini”, dengan memilah scene – scene dalam film yang menunjukkan tentang kekerasan pada anak, serta melakukan studi kepustakaan untuk
melengkapi data-data dan bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi.
3.6. Teknik Analisis Data
Untuk melihat representasi kekerasan dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” melalui pemeran – pemeran dalam film yang kebanyakan adalah
pemeran laki – laki, peneliti juga akan mencari dan memaknai simbol-simbol yang bisa menjawab pertanyaan peneliti dengan menggunakan kerangka
analisis semiotik pada film, yang dikemukakan John Fiske. Analisis ini dibagi menjadi level realitas reality, dan level representasi representation.
Peneliti akan menggabungkan kedua level tersebut ke dalam satu-persatu leksia yang digunakan sebagai data pada penelitian ini.
Pada level realitas, dianalisis beberapa kode-kode sosial yang merupakan realitas, dapat berupa :
1. Tingkah laku atau tindakan, Gerak Tubuh, dan Ekspresi pemain yang
menunjukkan adanya kekerasan pada anak atau akibat kekerasan dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”.
2. Dialog yang mempunyai hubungan dengan representasi kekerasan.
Pada level representasi representation, yang akan diamati meliputi kerja kamera yaitu Long Shot, Medium Shot, dan Close-Up. Pada teknik
editing digunakan untuk memilih scene yang ada hubungannya dengan unsure-unsur kekerasan dan pencahayaan untuk mengetahui karakter pemain
yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat konvensional.
Namun, pada penelitian ini peneliti tidak akan membahas lebih lanjut pada suara dan penataan musik yang ada dalam level representasi, karena
keduanya dianggap tidak memiliki kaitan langsung terhadap pembahasan representasi kekerasan dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Level
representasi ini membantu dalam melakukan analisis pada level realitas. Pada level ideology, yang akan diamati meliputi narrative narasi ,
dialog untuk mengamati kata – kata atau kalimat yang diucapkan dalam percakapan antar para pemain dalam film ini. Yang bisa menunjukkan konflik
atau menggambarkan karakter – karakter pemeran – pemeran dalam film ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Objek Penelitian Dan Penyajian Data 4.1.1.
Gambaran Umum Film Alangkah Lucunya Negeri Ini
Film Alangkah Lucunya Negeri Ini di produksi oleh PT Demi Gisela Citra Sinema atau Citra Sinema. Disutradarai oleh Deddy MIzwar, mencoba
untuk mengangkat kehidupan anak jalanan khususnya para pencopet cilik dalam film ini. Salah satu tujuannya agar masyarakat mendapat gambaran
jelas tentang kerasnya kehidupan di jalanan serta menyadarkan pemerintah bahwa fakr miskin dan anak – anak terlantar seharusnya dipelihara oleh
Negara. Dengan mengambil genre komedi satire, Alangkah Lucunya Negeri
Ini diawali dengan kisah hidup Muluk seorang sarjana management ekonomi yang sibuk mencari kerja ke berbagai tempat, dan belum juga mendapatkan
pekerjaan. Lalu ketika melewati pasar, tiba – tiba Muluk Reza Rahadian melihat pencopet cilik yang sedang beraksi yaitu Komet Angga Putra .
Karena Muluk sendiri merasa kesulitan untuk mencari uang, maka Muluk langsung “ menyekap “ Komet karena tersinggung seenaknya Komet mencuri
dompet orang lain.