dan perbedaan yang lengakap, Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf waktu sinkroni. Kurniawan, 2000 : 70 .
Pada penelitian kualitatif ini memberikan peluang besar bagi dibuatnya interpretasi alternatif. Corpus dalam penelitian ini adalah adegan
atau scene yang menampilkan unsur kekerasan terhadap anak – anak dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”.
3.3 Definisi Operasional
3.3.1 Representasi
Representasi merupakan tindakan yang menghadirkan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol Piliang,
2006:24 . Representasi adalah proses dan hasil yang member makna khusus pada tanda. Melalui repreentasi, ide – ide ideologis dan abstrak mendapat
bentuk abstraknya. Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia :
dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Representasi berasal dari kata dasar dalam bahasa Inggris represent yang bermakna stand for,
artinya atau juga act as delegate for yang berarti bertindak sebagai perlambang atas sesuatu. Representasi juga dapat diartikan sebagai proses
dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda.
3.3.2 Kekerasan
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, kekerasan diartikan sebagai sifat atau hal yang keras, kekuatan dan paksaan. Sedangkan paksaan berarti
tekanan, desakan yang keras. Jadi kekerasan berarti membawa kekuatan, paksaan dan tekanan Poerwadarminta, 1999 : 102 . Sedangkan dalam
Bahasa Inggris, kekeraasan violence berarti sebagai suatu seranganinvasi fisik maupun integritas mental psikologis seseorang Englander dalam
Saraswati, 2006 : 13. Kekerasan terjadi ketika seseorang menggunakan kekuatan,
kekuasaan, dan posisi nya untuk menyakiti orang lain dengan sengaja, bukan karena kebetulan Andez, 2006. Kekerasan juga meliputi ancaman, dan
tindakan yang bisa mengakibatkan luka dan kerugian. Luka yang diakibatkan bisa berupa luka fisik, perasaan, pikiran, yang merugikan kesehatan dan
mental. Menurut Wignyosoebroto 1997, kekerasan adalah “Suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat atau yang tengah merasa kuat terhadap seseorang atau sejumlah orang yang
berposisi lebih lemah atau yang tengah dipandang berada dalam keadaan lebih lemah, bersaranakan kekuatan fisiknya yang superior, dengan
kesengajaan untuk dapat ditimbulkannya rasa derita di pihak yang tengah menjadi obyek kekerasan itu. Namun, tak jarang pula tindak kekerasan ini
terjadi sebagai bagian dari tindakan manusia untuk tak lain daripada melampiaskan rasa amarah yang sudah tak tertahankan lagi olehnya”.
Jenis kekerasan menurut Kompas 1993 dengan membagi kekerasan menjadi dua macam yaitu : kekerasan berbentuk verbal kata-kata dan
kekerasan berbentuk fisik Joseph I. R., 1996 : 37. Kekerasan verbal meliputi umpatan, olok – olok, hinaan dan segala perkataan yang menyebabkan lawan
bicara tersinggung, emosi dan marah. Sedangkan, kekerasan non verbal adalah kekerasan melalui bahasa tubuh, tindakan, intonasi dan kecepatan
suara.
3.3.2.1. Kategori Kekerasan
Kekerasan adalah suatu tindakan semena – mena yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok yang dilakukan secara fisik, seksual, maupun
emosi. Kekerasan bisa terjadi karena stress yang berasal dari hal atau situasi tertentu, sehingga dapat menimbulkan kemarahan bagi manusia sehingga
kekerasan adalah jalan untuk melampiaskannya. Stress biasanya terjadi karena perbedaan keinginan antar individu satu dan individu lainnya,
kelainan fisik, mental dan psikologis pada orang yang bersangkutan. Situasi tertentu seperti adanya pemutusan hubungan kerja,
pengangguran, pemindahan ke tempat tinggal baru dan ketidakharmonisan dalam keluarga juga bisa memicu terjadinya kekerasan. Kekerasan tidak
hanya bisa mengakibatkan cedera fisik namun juga bisa menimbulkan trauma serta gangguan psikologis yang sulit dipulihkan.
Bentuk kekerasan yang terjadi dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”, adalah :
a. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit
secara fisik, seperti mencubit, memukul, menampar, menarik anggota tubuh, mendorong, menendang, memukul dengan benda.
b. Kekerasan Psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku
terhadap mental korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam, merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit,
memata – matai atau tindakan – tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk yang diarahkan kepada orang – orang terdekat
korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman, atau orang tua.
c. Kekerasan Financial adalah tindakan mengambil, mencuri uang
korban, menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan financial korban, mengendalikan dan mengawasi pengeluaran uang
sampai sekecil – kecilnya.
Di dalam film ini kekerasan yang terjadi dikategorikan pada jenis kekerasan fisik pemukulan, menampar, menendang, mendorong .
Kekerasan psikis terlihat dimana kekerasan yang terjadi mengakibatkan anak
– anak yang menjadi lawan bicara tersebut, korban kekerasan menjadi tak berdaya, takut, trauma, tersinggung, marah, dan emosi.
3.3.3 Film
Film yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah teatrikal, jenis film cerita yaitu film yang menyajikan suatu cerita dan diproduksi secara khusus
untuk pertunjukan digedung – gedung bioskop atau cinema. Film yang juga memepertontonkan adegan – adegan yang mengarah kepada kekerasan.
Dalam film ini yang mempertontonkan kondisi sosial masyarakat Indonesia saat ini, khususnya kondisi anak – anak jalanan yang bekerja
dibawah umur. Yang berada dalam “kekangan” Bang Jarot sebagai bos anak – anak jalanan tersebut. Film ini diperankan oleh artis – artis berbakat
perfilman Indonesia. Para pemeran dalam film ini antara lain Deddy Mizwar sebagai Pak
Makbul, Reza Rahadian sebagai Muluk, Tio Pakusadewo sebagai Bang Jarot, Asrul Dahlan sebagai Samsul, Tika Bravani sebagai Pipit, Slamet Rahardjo
sebagai haji Rahmat, H.Jaja Miharja sebagai Haji Sarbini, Moh Irfan Siagian sebagai Glen Ketua Copet Mall , Angga Putra sebagai Komet Ketua
Copet Pasar , Sakurta Ginting sebagai Ribut Ketua Copet Angkot , dan lain – lain.
Pemeran pembantu dalam film ini juga tidak kalah bagus seperti Rina Hassim sebagai Istri Haji Rahmat, Edwin Bejo sebagai Jupri, Robby Tumewu
sebagai Direktur. Peran Bang Jarot yang memang keras dan tegas
merepresentasikan adegan kekerasan yang diakukannya kepada anak – anak jalanan dalam film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”.
3.4 Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah scene - scene yang ada dalam film ´Alangkah Lucunya Negeri Ini “, yang menunjukkan adegan kekerasan
pada anak. Dan keseluruhan tanda dan lambang berdasarkan pembagian level analisis dan representasi oleh John Fiske, yang menunjukkan adanya unsur –
unsur kekerasan terhadap anak – anak sesuai dengan obyek penelitian, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan teori semiotic Film John