Pengertian Sloka Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa

39 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perlu pula secara bertahap ditambahkan, bila mengucapkan mantram-mantram, hendaknya dipahami benar-benar arti dan makna mantram tersebut. Mengucapkan mantram tanpa mengerti makna, kitab Nirukta 1.13 menyatakan: Seorang yang mengucapkan mantram dan tidak memahami makna yang terkandung dalam mantram itu, tidak pernah memperoleh penerangan kurang berhasil seperti halnya sepotong kayu bakar, walaupun disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut dengan korek api. Demikian pula halnya orang yang hanya mengucapkan mantram tidak pernah memperoleh cahaya pengetahuan yang sejati. Pertanyaan yang sering diajukan oleh sebagian masyarakat adalah bagaimanakah caranya mengucapkan sebuah mantram, apakah perlu keras-keras, berbisik-bisik atau diam saja, atau cukup di dalam hati? Menurut berbagai informasi dinyatakan bahwa terdapat tiga macam cara pengucapan mantram, yaitu: 1. Vaikari ucapan mantram terdengar oleh orang lain. 2. Upamsu berbisik-bisik, bibir bergerak, namun suara tidak terdengar. 3. Manasika terucap hanya di dalam hati, mulut tertutup rapat. Dari ketiga jenis atau cara pengucapan mantram di atas, Manasika yang diyakini paling tinggi nilainya. Cara pengucapan mantram yang penting adalah kesujudan, kekhusukan dan kesungguhan yang dilandasi oleh kesucian hati. Memang tidak semua orang berhasil mengucapkan mantram dengan baik sehingga mantram atau doanya itu terkabulkan. Untuk menunjang keberhasilan pengucapan mantram mantram akan siddhi-mandi, hal yang sangat perlu dilakukan antara lain: 1. Menyucikan dirinya baik jasmani maupun rohani asuci laksana; 2. Melakukan berbagai brata janji atau tekad bulat tertentu melaksanakan ajaran agamaberdisiplin, bagi seorang rohaniawan; 3. Mengendalikan makanan Upavasa 4. Pengucapan mantram-mantram berulang-ulang Japa.

D. Sloka-sloka sebagai Penyelamat Umat manusia

1. Sloka-sloka yang berkaitan dengan Karma Marga Yuga. Dalam kitab suci Bhagavadgita mengatakan: karmany eva dhikaras te, ma phaleshu kadachana ma karma phala hetur bhur, ma te sango ‘stv akarmani Bhagavadgita II, 47 Terjemahan: Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajiban. Maksud sloka ini adalah lakukan tugas kewajiban jangan mengharap hasil, jangan sekali pahala hasil jadi motifmu, jangan pula hanya berdiam diri jadi motifmu. Demikian juga apa yang disebutkan Bhagavadgita II, 48 yang berbunyi; Yugasthah kuru karmani, Sangam tyaktva dhanamjaya Siddhyasiddhyoh samo bhutva, Samatvam yuga uchyate Terjemahan: Wahai Arjuna, lakukan kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yuga.