kandung empedu, pengangkut kolesterol, baik misel dan vesikel, akan bergabung menjadi vesikel multilapis. Vesikel ini dengan adanya protein musin akan membentuk Kristal
kolesterol. Kristal kolesterol yang terfragmentasi pada akhirnya akan di lem disatukan oleh protein empedu membentuk batu kolesterol.
2.4.1.3. Penurunan fungsi kandung empedu
Menurunnya kemampuan kontraksi dan kerusakan dinding kandung empedu, memudahkan seseorang menderita batu empedu. Kontraksi kandung empedu yang
melemah akan menyebabkan stasis empedu. Stasis empedu akan membuat musin yang di produksi di kandung empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu
tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin kental dan semakin pekat sehingga semakin menyulitkan proses pengosongan cairan empedu. Bila daya
kontraksi kandung empedu menurun dan di dalam kandung empedu tersebut sudah ada Kristal, maka Kristal tersebut tidak akan dapat dibuang keluar ke duodenum. Beberapa
kondisi yang dapat menganggu daya kontraksi kandung empedu, yaitu hipomotilitas, parenteral total menyebabkan aliran empedu menjadi lambat, kehamilan, cedera
medulla spinalis dan diabetes mellitus.
2.4.2 PATOFISIOLOGI BATU PIGMEN
Disebut batu pigmen karena batu jenis ini mengandung kalsium bilirubinat dalam jumlah yang lebih dominan dan mengandung kolesterol 50. Terdapat dua jenis batu
pigmen, yaitu batu pigmen hitam dan coklat
2.4.2.1 Batu pigmen hitam
Batu pigmen hitam tersusun oleh kalsium bilirubinat 80, kalsium karbonat, kalsium fosfat, glikoprotein dan sedikit kolesterol karena pigmen bilirubin merupakan
komponen terbesar sebagai penyusun batu, maka penyakit penyakit tertentu yang dapat
Universita Sumatera Utara
meningkatkan kadar bilirubin akan memudahkan terbentuknya batu pigmen hitam, seperti ,misalnya pada penyakit anemia hemolitik dan sirosis hati. Pada penyakit anemia
hemolitik misalnya, thalassemia, anemia sel seckle, sel darah merah muda pecah sehingga kadar bilirubin darah meningkat dan akan menjadi sumber potensial
terbentuknya batu pigmen hitam.
2.4.2.2 Batu pigmen coklat
Batu pigmen coklat lebih jarang ditemui, kira kira proporsinya hanya 5. Batu pigmen hitam disebut sebagai batu primer hampir selalu terbentuk di kandung empedu,
sedangkan batu pigmen coklat disebut sebagai batu sekunder lebih sering terbentuk di luar kandung empedu, seperti di duktus hepatikus, duktus koledokus. Seseorang yang
sudah menjalan pengangkatan batu kandung empedu, pembentukan batu disepanjang saluran empedu yang disebabkan oleh batu pigmen coklat pun masih memungkinkan.
Batu pigmen coklat terjadi karena faktor stasis aliran lambat dan infeksi di system saluran empedu. Bakteri yang sering menimbulkan infeksi disaluran empedu adalah
Escherichia coli dan Klebsiell spp, yang menghasilkan glukorinadase sehingga memudahkan perubahan bilirubin terkonjugasi menjadi bilirubin yang tak terkonjugasi,
yang selanjutnya bilirubin jenis ini mudah mengendap di saluran empedu Beckingham IJ, 2005.
2.5 Bakteriologi
Empedu di dalam kantong empedu atau di dalam ductus bilier, tanpa adanya batu empedu atau penyakit kantong empedu lainnya normalnya steril. Pada keadaan adanya
batu empedu atau obtsruksi dari bilier prevalensi bakteri biliar meningkat. Persentase kultur bilier dari kantung empedu positif diantara pasien dengan batu empedu yang
menimbulkan gejala dan cholecystitis kronis bervariasi antara 11 sampai 30. Prevalensi kultur empedu positif lebih tinggi pada pasien dengan cholecystitis akut
Universita Sumatera Utara