BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi
penelitian batu empedu masih terbatas Lesmana L, 2000. Di Amerika Serikat, sekitar 10-15 penduduk dewasa menderita batu empedu, dengan angka kejadian pada pasien
wanita tiga kali lebih banyak dari pada pria. Setiap tahun, sekitar 1 juta pasien batu empedu ditemukan dan 500.000-600.000 pasien menjalani kolesistektomi, dengan total
biaya sekitar U4 trilyun Murshid KR, 2007. Normalnya cairan empedu manusia adalah steril Csendes, 1975; Scott AJ, 1971.
Namun, pada obstruksi saluran empedu, bakteri dapat memperoleh akses kesaluran empedu baik melalui papilla dari vater atau sirkulasi portal dan kemudian menyebabkan
infeksi saluran empedu Carpenter HA, 1998. Bakterimia sistemik juga bisa terjadi pada kasus yang berat Kou CH, 1995.
Tanpa pengobatan yang adekuat, infeksi dapat menyebabkan komplikasi yang berat dan kematian Jeng KS, 1989; Fan ST, 1991.
Pengobatan bedah termasuk dekompresi obstruksi bilier dan pengangkatan batu dianggap sebagai standar emas Fan ST, 1993; Lee KT, 1992. Namun, pemberian antibiotik yang
tepat untuk mengontrol infeksi saluran empedu juga penting Fan ST, 1991; Boey JH, 1980. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan strain resisten dan kerentanan yang
rendah terhadap anaerob dan gram negatif telah membuat terapi antimikroba sulit dan rumit Elsakr R, 1998.
Pentingnya memperoleh kultur empedu pada saat kolesistektomi terletak pada fakta bahwa antibiotik yang tepat dapat diberikan pada kultur positif untuk
mencegah komplikasi serius seperti septikemia gram negative Ballal M, 2001. E.coli
paling banyak didapatkan dari kultur empedu saat kolesistektomi pada pasien batu empedu Darko R, 1994; Gold DR, 1996; Wu XT, 1998; Keightley MR, 1976. Lainnya
Universita Sumatera Utara
termasuk Pseudomonas spp., Enteroccocus faecalis, Streptococcus spp, and Kleibsiella spp
Gold DR, 1996; Wu XT, 1998; Keightley MR, 1976. Menurut Ahmed dan Ramsey,
lebih dari 90 batu empedu adalah batu kolesterol komposisi kolesterol lebih dari 50, atau bentuk campuran 20-50 memiliki unsur
kolesterol dan 10 sisanya adalah batu pigmen unsur kalsium dominan dan kolesterol kurang dari 20. Berdasarkan hal tersebut, maka batu empedu diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu batu kolesterol dan batu non kolesterol atau batu pigmen. Batu pigmen coklat terjadi karena faktor stasis aliran lambat dan infeksi di sistem saluran empedu
Ahmed A, 2000. Bakteri yang sering menimbulkan infeksi di saluran empedu adalah Escherichia coli dan Klebsiell spp, yang menghasilkan glukoronidase sehingga
memudahkan perubahan bilirubin terkonjugasi menjadi bilirubin yang tak terkonjugasi, yang selanjutnya bilirubin jenis ini mudah mengendap di saluran empedu Beckingham,
2001. Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa ada hubungan jenis batu dengan
infeksi kuman. Karena itu peneliti berkeinginan melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan jenis batu empedu dengan infeksi kuman . Saat ini belum ada data
tentang pola kuman dan jenis batu empedu di RSUP Haji Adam Malik dan RS Jejaring FK USU. Untuk tujuan ini dilakukan pemeriksaan berupa analisa batu, dan kultur cairan
empedu.
1.2. RUMUSAN MASALAH