pertumbuhan. Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian yaitu banyaknya investasi yang direalisasikan di dalam
suatu negara yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya investasi akan
menunjukkan lambannya laju pertumbuhan ekonomi Rosyidi 1991 : 10.
Berdasarkan data-data di atas maka investasi akan dapat meningkatkan PDRB yang juga akan meningkatkan kesejahteraan serta
pertumbuhan di masing-masing kabupaten. 1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah yang timbul adalah :
1. Apakah investasi dapat mendorong tingkat kesejahteraan
masyarakat dengan ukuran pendapatan per kapita ? 2.
Apakah ada pengaruhnya antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan ?
3. Termasuk tipe daerah apakah tiga daerah tersebut Gresik,
Sidoarjo, dan Pasuruan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan oleh peneliti, maka tujuan yang dicapai sehubungan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh investasi dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh investasi dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
3. Untuk mengetahui Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan
termasuk tipe daerah apa dalam berinvestasi dan kesejahteraan masyarakatnya.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain dalam
memahami masalah-masalah di bidang ekonomi yang berkaitan dengan masalah dalam bidang investasi dan kesejahteraan,
sehingga dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu ekonomi.
2. Sebagai acuan bagi mahasiswa dan koleksi perpustakaan yang
dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang investasi.
3. Sebagai sarana bagi penulis dalam menambah pengetahuan serta
wawasan dalam bidang investasi khususnya mengenai investasi di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing
antara lain : 2.1.1. Rangga 2005 tentang “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing PMA di Indonesia”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai F
hitung
F
tabel
yaitu 4,560 3,59 yang berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara parsial, untuk Produk Domestik Bruto
PDB nilai t
hitung
sebesar 3,624 t
tabel
sebesar 2,201. Untuk kurs Dollar AS nilai t
hitung
sebesar -2,728 t
tabel
sebesar -2,201. Untuk inflasi nilai t
hitung
sebesar -0,221 t
tabel
sebesar -2,201. Hal ini menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto PDB berpengaruh nyata terhadap Penanaman
Modal Asing PMA. Kurs Dollar AS berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing` PMA dan kurs Dollar AS berhubungan negatif
terhadap Penanaman Modal Asing PMA. Inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing.
2.1.2. Fredrik I. 2004 tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Foreign Direct Investment FDI di Jawa Timur”. Hasil penelitian ini
diperoleh angka penentu kecocokan model R
2
sebesar 0,755. Hal ini berarti variabel-variabel bebas yang menjelaskan variabel terikat adalah
sebesar 75,5 dan 25,5 dijelaskan variabel lain. Hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa secara individu hanya variabel
tingkat suku bunga kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor industri yang berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman
Modal Asing. Sedangkan pada uji F menunjukkan variabel PDRB, tingkat suku bunga kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor
industri secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap
Penanaman Modal Asing. 2.1.3. Dedi 2003 tentang “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing di Jawa Timur”. Dari hasil pengujian secara simultan nilai F
hitung
F
tabel
yaitu 12,710 3,48 pada level signifikansi 0,05 dengan df 4,10. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang
nyata antara tenaga kerja X
1
terhadap Penanaman Modal Asing Y di Jawa Timur. Dari analisis uji t menunjukkan t
hitung
t
tabel
yaitu 3,008 2,228 untuk jumlah tenaga kerja X
1
, untuk kurs valas t
hitung
t
tabel
yaitu - 4,792 2,228, untuk tingkat suku bunga internasional t
hitung
t
tabel
yaitu - 0,844 2,228 dan untuk jumlah industri manufaktur t
hitung
t
tabel
yaitu 4,847 2,228. Hal ini menunjukkan variabel X
1
, X
2
, dan X
4
berpengaruh secara parsial terhadap Penanaman Modal Asing PMA sedangkan
variabel X
3
tidak berpengaruh secara parsial terhadap Penanaman Modal
Asing PMA, terdapat pengaruh negatif dan signifikan X
2
terhadap Penanaman Modal Asing PMA, tidak boleh ada pengaruh secara nyata
antara X
3
terhadap Y dan pengaruh positif dan signifikan X
4
terhadap Y. Secara simultan X
1
, X
2
, X
3
, X
4
berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing Y di Jawa Timur.
2.1.4. Sari 2005 tentang “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Investasi di Indonesia”. Secara simultan dengan hasil F
hitung
F
tabel
yaitu 3,935 3,59 dengan demikian tingkat suku bunga kredit X
1
, tingkat X
2
, dan kurs valuta asing X
3
berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia Y. Secara parsial tingkat bunga X
1
diperoleh t
hitung
= 1,789 t
tabel
= 2,201 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia Y, kurs valas X
3
dengan t
hitung
= 2,729 t
tabel
= 2,201 berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia Y. Hal ini berarti
bahwa tingkat suku bunga dan kurs valas berpengaruh secara nyata terhadap investasi di Indonesia. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh nyata
terhadap investasi di Indonesia.
2.1.5. Sulistiawati 2000 tentang “Analisis tentang Perkembangan Penanaman
Modal Asing dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi di Indonesia”. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji F diperoleh nilai sebesar
10,984 dengan F
tabel
sebesar 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas PDB, inflasi dan kurs Dolar AS berpengaruh secara nyata terhadap
Penanaman Modal Asing, sedangkan dari hasil analisa dengan
menggunakan uji t nilai PDB = 5,709; inflasi = -2,888; kurs Dollar AS = - 3,635 dengan t
tabel
sebesar 2,2281. Hal ini menunjukkan PDB berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing, sedangkan inflasi dan
kurs Dollar AS berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penanaman Modal Asing.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Investasi 2.2.1.1. Definisi Investasi
Investasi berasal dari kata investment, yang di dalam Bahasa
Indonesia berarti penanaman modal. Menurut Dornsbusch dan Discher 1991 : 236, investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk
meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal. Investasi atau penanaman modal juga dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian Sukirno, 1995 : 107.
Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah merupakan suatu pengeluaran untuk pembelian barang-barang modal dalam rangka
meningkatkan kapasitas produksi. Tercapainya kapasitas produksi yang sudah ditargetkan mengakibatkan jumlah pekerjaan akan meningkat.
Adanya tingkat produksi yang tinggi dapat menghasilkan surplus yang tinggi pula, sehingga dapat terhimpun dana yang lebih besar untuk
investasi yang dibutuhkan.
2.2.1.2. Teori Mengenai Investasi
Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal
Efficiency of Investment MEI yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi daripada
tingkat bunga interest. Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah
investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga.
Gambar 1: Marginal Efficiency of Investment Tingkat Pengembalian
Sumber: Sukirno, 1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112
Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada
kurva Marginal Efficiency of Investment MEI ditunjukkan tiga buah titik: A, B dan C menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R
dan investasi adalah I . Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam
perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R
atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I
. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B
menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R
1
atau lebih, dan modal yang diperlukan adalah I
1
. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal
sebanyak I
2
.
2.2.1.3. Pengertian Penanaman Modal Asing
Penanaman Modal Asing adalah investasi yang dilaksanakan oleh pemilik modal asing di dalam negeri kita untuk mendapatkan keuntungan
dari usaha yang dilaksanakan itu Suparmoko, 1992 : 294. Menurut
Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA pada Pasal 1 menyebutkan bahwa pengertian Penanaman Modal
Asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi Penanaman Modal
Asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal
secara langsung menanggung resiko dari penanaman tersebut Anoraga, 1995 : 48.
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA pada pasal 2, pengertian Penanaman Modal Asing
adalah : a.
Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah
digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. b.
Alat-alat untuk pembayaran, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke
dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasar undang-undang ini
diperkenankan di transfer tapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan yang dilakukan pemilik modal asing di dalam negeri untuk
membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam prakteknya, yang digolongkan sebagai investasi atau pembentukan modal atau penanaman modal meliputi pengeluaran atau
pembelanjaan sebagai berikut : a.
Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya.
b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, kantor,
pabrik dan lain-lainnya. c.
Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah dan barang yang masih dalam proses produksi Sukirno, 1995 : 107.
2.2.1.4. Keputusan untuk Menanamkan Modal
Orang akan menanamkan modal dalam modal fisik yang baru seperti mesin-mesin peralatan, toko dan gudang atau tidak tergantung pada
soal adalah tingkat keuangan yang diharapkan terhadap investasi baru itu lebih besar ataukah lebih kecil dari suku bunga yang harus dibayar
terhadap dana-dana yang perlu dipinjam untuk memperoleh aset-aset ini. Sekalipun dana itu siap untuk digunakan harus juga diambil keputusan
antara alternatif-alternatif menggunakan dana itu membeli aset fisik yang
baru atau meminjamkan dana itu kepada orang lain, barang kali dengan jalan membeli saham.
Dengan investasi baru dalam modal fisik ada dua perbedaan, antara lain :
1. Hasil pengembalian yang diharapkan dari tahun ke tahun mungkin
berbeda-beda sepanjang umur aset itu.
2. Hasil pengembalian itu hanyalah berupa pikiran menurut terkaan
terbaik pada saat diambilnya keputusan untuk menanam modal itu. Pada kenyataannya bahwa harus diadakan penyesuaian untuk
berbagai hasil pengembalian dan ketidakpastian.
2.2.1.5. Jenis-Jenis Investasi A. Investasi Pemerintah
Investasi yang dilakukan pemerintah biasanya mendorong timbulnya investasi baru dan sektor swasta PMA dan PMDN. Dan
investasi pemerintah biasanya selalu diikuti dengan masalah crowding out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiskal terhadap kegiatan
ekonomi. Apabila penambahan pengeluaran investasi pemerintah, apakah itu dibiayai dengan penarikan pajak ataupun dengan penarikan
obligasi, tidak dapat mendorong kegiatan ekonomi atau efeknya terhadap kegiatan ekonomi nol, maka dikatakan bahwa telah terjadi
crowding out pengeluaran investasi swasta oleh investasi pemerintah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multiplier pengeluaran adalah kira-kira nol. Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp. 1,00 atau
kurang lebih dari Rp. 1,00. Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1,00 pengeluaran
pemerintah mengganti Rp. 1,00 pengeluaran investasi swasta. Tidak sempurna apabila penggantian atau penurunan investasi swasta
melebihi Rp. 1,00 Nopirin, 1996 : 65.
Peran pemerintah dalam berinvestasi dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1. Peran
Alokatif Pemerintah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar
pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Contohnya barang atau jasa sosial seperti jalan umum, jembatan,
pertahanan dan keamanan negeri. Barang-barang ini tidak menarik bagi swasta atau masyarakat karena tidak bisa dijual, dinikmati dan
dimiliki secara pribadi. 2. Peran Distribusi
Peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara wajar dan adil. Contoh:
pemerintah berusaha untuk mencegah adanya monopoli dalam penyediaan dan distribusi barang kebutuhan pokok, sehingga hanya
dinikmati sekelompok orang sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.
3. Peran Stabilisatif Peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan
memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium. Contohnya ketika terjadi inflasi, resesi, dan serbuan barang impor.
4. Peran Dinamisasi Peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pertumbuhan
ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Contohnya perintis kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu. Seperti
penerbangan pesawat ke jalur baru yang masih kering, atau pemekaran kota dengan memindahkan pusat kegiatan pemerintah
ke lokasi baru, serta dalam bentuk mempercepat pertumbuhan bidang bisnis tertentu mengalokasikan anggaran yang lebih besar
ke bidang bersangkutan Dumairy, 1997 : 158-161.
B. Investasi Swasta
Investasi swasta baik Penanaman Modal Asing PMA maupun Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN merupakan
langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika pembangunan modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
ekonomi dan marak lesunya pembangunan. Karena itu setiap negara berusaha menciptakan iklim yang lebih meningkatkan investasi.
Sasaran yang ditujukan bukan hanya masyarakat atau swasta dalam negeri tetapi juga luar negeri.
Peningkatan iklim investasi dilakukan dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing PMA dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Penanaman
modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung, dan yang dipergunakan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Yang dimaksud modal asing adalah : 1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari
kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing, bahan-bahan yang dimasukkan ke Indonesia. Selama
alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh devisa Indonesia. 3. Bagian dari hasil perusahaan diperkenankan transfer, tetapi tidak
transfer seluruhnya dan dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Yang dimaksud modal dalam negeri adalah : 1.
Bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang berdomisili di Indonesia atau tidak yang
disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal
tersebut tidak diatur oleh undang-undang tentang Penanaman Modal Asing.
2. Penggunaan dari kekayaan tersebut di atas baik secara langsung
maupun tidak untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
Selain Undang-Undang di atas tadi, pemerintah juga menciptakan keterbukaan iklim investasi melalui paket kebijaksanaan
deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini juga untuk menghadapi era
persaingan bebas tahun 2020 nanti Dumairy, 1997 : 149.
2.2.1.6. Jenis-Jenis Investasi Menurut Rosyidi 1993 : 161-164
1. Autonomous Investasi dan Induced Investment
Autonomous Investment
investasi otonomi adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapat, tetapi dapat
berubah oleh karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor ini adalah teknologi, kebijaksanaan
pemerintah harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan induced investment sangat dipengaruhi oleh pendapatan.
2. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.
Sedangkan private investment adalah investasi yang dilakukan oleh
pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang diperoleh, masa depan penjualan dan sebagainya
merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan
itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. Sebuah
negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal capital
yang cukup untuk mengelola sumber-sumber yang dimiliki maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada
termanfaatkan. 4.
Gross Investment dan Net Investment Gross investment adalah total seluruh investasi yang
dilakukan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat bernilai positif ataupun nol yaitu ada atau tidak
ada investasi sama sekali tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan net investment adalah investasi yang telah dihitung jumlahnya
berdasarkan tiap sektor investasi.
2.2.1.7. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi
1. Perubahan Fungsi Produk
Perubahan fungsi produk dapat terjadi karena perubahan teknologi. Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan
investasi. Jika teknologi tersebut mengubah komposisi barang- barang capital yang diinginkan untuk memproduksi output tertentu.
2. Perubahan Harga Relatif
Perubahan harga relatif menyangkut perubahan upah relatif atau bentuk-bentuk lain pemberian upah untuk berbagai macam
tenaga kerja, perubahan harga relatif input non-durable, misalnya listrikgas, perubahan upah riil atau rasio-rasio lain untuk barang-
barang dan jasa saat ini dengan harga barang yang diharapkan di masa depan.
3. Peranan Tingkat Bunga
Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih besar pada kategori investasi yang menyangkut kekayaan
asset tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap investasi persediaan inventory mungkin lebih kecil jika
dibandingkan dengan dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan diketahuinya perubahan tingkat bunga jangka
pendek, akan stabil dan relevan terhadap investasi tetapnya. 4.
Resiko
Sebagaimana diketahui para pembuat keputusan tidak hanya memperhatikan harapan matematika dari hasil yang diharapkan
tetapi juga masalah maksimisasi beberapa fungsi preferensi atau fungsi utilitas sehingga dalam komponen biaya pasti terkandung
unsur resiko. Dengan demikian pemerintah investasi mungkin dapat dirancang,
melalui aktifitas pemerintah. Di dalam suatu sistem ekonomi yang sebagian besar permintaan investasi dilakukan oleh pihak swasta dengan
motivasi bisnis mencari keuntungan pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan mengurangi resiko yang dihadapi oleh para investor.
Iswandono, 1991 : 233-238.
2.2.1.8. Kegiatan Investasi
1. Investasi Baru
Yaitu investasi dengan membuat sistem baru produksi baru. 2.
Peremajaan Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun
kapasitas produksinya sama dengan yang lama. 3.
Rasionalisasi Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun
kapasitas produksinya sama dengan yang lama. 4.
Perluasan
Yaitu kapasitas lebih besar namun barang produksinya sama. 5.
Modernisasi Ada 2 macam yaitu peralatan baru hasil produksi juga baru dan
peralatan lama hasil produksi baru Sukirno, 1995 : 118.
2.2.1.9. Definisi Sektor-Sektor Ekonomi di Indonesia.
Dalam menganalisis Penanaman Modal Asing persektor-sektor ekonomi di Indonesia, perlu kita ketahui definisinya adalah :
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian ini terbagi menjadi lima bagian subsektor yaitu : a. Tanaman Bahan Makanan
Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang
kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau dan tanaman pangan lainnya.
b. Tanaman Perkebunan Rakyat 1 Tanaman Perkebunan Rakyat
Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mente,
kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu, tembakau dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil–hasil
pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau olahan, kopi olahan dan teh olahan.
2 Tanaman Perkebunan Besar Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah
kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet,
teh, kopi, coklat, minyak sawit, tebu, dan tanaman lainnya. 3 Peternakan dan Hasil-hasilnya
Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau,
kuda, babi, kambing, serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong,
ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor netto ternak.
4 Kehutanan
Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil-hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan
penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, dan arang. Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan
lainnya berupa damar, rotan, kulit kayu, kopa, akar-akaran dan sebagainya. Hasil perburuan binatang-binatang liar seperti babi,
rusa, penyu, buaya, ular dan sebagainya; termasuk hasil kegiatan di subsektor ini.
5 Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari
perikanan laut, perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengolahan sederhana penggaraman dan pengeringan ikan.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak mentah dan gas bumi, yodium, bijih besi, belerang serta segala jenis
penggalian.
3. Sektor Industri
Pengolahan
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor industri berat sedang, kerajinan rumah tangga dan industri pengilangan
minyak. a. Industri Berat dan Sedang
Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan
survei tahunan. b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Angka-angka output dan nilai tambah subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan
produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output pert tenaga yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
c. Industri
Pengilangan Minyak
Data produk industri pengilangan minyak seperti premium, minyak tanah, minyak diesel, avigas, avtur dan sebagainya.
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Data produksi yang disajikan adalah data dari Perusahaan Listrik Negara, Produksi Perubahan Negara Gas, dan Perusahaan
Daerah Air Minum. a. Listrik
Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara maupun non
Perusahaan Listrik Negara. b. Gas
Komoditi yang dicakup subsektor ini adalah gas produksi Perusahaan Negara Gas di Surabaya.
c. Air
Bersih Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan
perusahaan air minum.
5. Sektor konstruksi
Mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal pelabuhan, dan irigasi
maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon dan sebagainya.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini mencakup tiga subsektor yang akan diuraikan sebagai berikut di bawah ini :
a. Perdagangan besar dan eceran Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan
dengan pendekatan arus barang commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri, serta komoditi impor yang diperdagangkan. b. Hotel
Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak serta berbagai jenis penginapan lainnya.
c. Restoran
Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari subsektor ini diperoleh dari perkalian antara jumlah
tenaga kerja yang bekerja di restoran dari hasil sensus penduduk tahun 1980 dan survei penduduk antar sensus 1985 SUPAs 1985
beserta pertumbuhannya dengan output per tenaga kerja dari hasil survei khusus pendapatan regional.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang, baik melalui darat, laut, sungai danau, dan
udara. Sektor ini mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi.
a. Angkutan Kereta Api Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung
berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Perusahaan Umum Kereta Api.
b. Angkutan
Jalan Raya.
Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik
bermotor seperti bus, truk, becak, taksi, dokar dan sebagainya. c.
Angkutan LautAir
Subsektor angkutan laut air meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal
yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional.
d. Angkutan
Udara Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang,
barang dan kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh penerbangan milik nasional.
e. Jasa
Penumpang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan
pengangkutan, seperti terminal dan parkir, ekspedisi, dan bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang
angkutan lainnya. 1 Terminal dan Perparkiran
Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraanarmada yang membongkar atau mengisi
muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan terminal, dan parkir, pelabuhan laut, pelabuhan udara.
2 Kegiatan bongkar muat Mencakup pemberian pelayanan bongkar muat angkutan
barang melalui laut dan darat. f. Komunikasi
Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos dan giro serta komunikasi.
1 Pos dan Giro Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti
pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.
2 Telekomunikasi
Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegraf, dan teleks.
3 Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan
penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, seperti wesel, warpostel, radio pager, telepon
seluler ponsel.
8. Sektor Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa
perusahaan. 1
Bank Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga
berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. 2 Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun, pegadaian.
3 Jasa
Penunjang Keuangan
Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain : Bursa Efek Surabaya, perdagangan
valuta asing, perusahaan anjak piutang dan modal ventura.
4 Jasa
Persewaan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas
penggunaan rumah bangunan serta tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa.
5 Jasa
Perusahaan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa pengacara,
jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan sebagainya.
9. Sektor
Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa dibagi lagi menjadi beberapa subsektor, yaitu :
1 Jasa
Pemerintahan Umum
Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah.
2 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan,
serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan
rumah ibadat.
2.2.1.10. Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Modal bukan satu-satunya faktor yang diperlukan dalam pembangunan, namun demikian hampir semua ahli ekonomi menekankan
arti penting pembentukan modal capital formation sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal bukan hanya terdiri
dari barang yang nampak seperti pabrik dan mesin, tetapi juga barang yang tidak nampak seperti pendidikan, kesehatan dan penelitian. Kenaikan laju
pembentukan modal akan membantu menaikkan pendapatan nasional. Dengan demikian pembentukan modal merupakan kunci utama bagi
negara terbelakang menuju perkembangan ekonomi Jhingan, 1991 : 419- 423.
2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto
Definisi Produk Domestik Bruto PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah regional
tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam waktu satu tahun” Anonim, Jatim, 2004 : 2. PDRB ini digunakan untuk berbagai tujuan seperti
mengukur perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah, kontribusi sector, ketimpangan pendapatan dan sebagainya.
Metode perhitungan PDRB dapat dibagi dalam dua metode tidak langsung adalah perhitungan yang menggunakan data daerah atau data asli
yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber daerah itu
sendiri. Sedangkan metode tidak langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data dari sumber nasional yang dialokasikan ke masing-
masing daerah. Metode langsung dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan
yaitu pendekatan produksi; pendekatan pendapatan; dan pendekatan pengeluaran,yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
a. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut
dikelompokkan menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha, yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan;
listrik gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan; hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; jasa keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; dan jasa-jasa. b.
Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suau wilayah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Balas jasa faktor tersebut adalah upah dan gaji; sewa tanah; bunga
modal; dan keuntungan. c.
Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu: konsumsi rumah tangga dan
konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
pemerinyah; pembentukan modal tetap domestik bruto; perubahan stock; ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Angka-
anka pendapatan regional dalam beberapa tahun akan menggambarkan adanya kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan masyarakat di
daerah tersebut. Kenaikan atau penurunan itu dapat dibedakan oleh dua faktor:
a. Kenaikan atau pennurunan riil yaitu kenaikan atau penurunan
tingkat pendapatan yang tidak di pengaruhi oleh faktor perubahan harga. Bila terjadi kenaikan riil pendapatan penduduk di daerah
tersebut meningkat. b.
Kenaikan atau penurunan pendapatan yang disebabkan karena adanya faktor perubahan harga. Bila terjadi kenaikan pendapatan
yang hanya disebabkan karena adanya inflasi menurunya daya beli uang maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah barang
yang mampu dibeli tentu meningkat. Oleh karena itu untuk mengetahui pendapatan yang sebenarnya
riil, faktor inflasi ini terlebih dahulu harus dikeluarkan. PDRB yang didalamnya masih ada unsur inflasi dinamakan PDRB atas harga dasar
berlaku. Sedangkan PDRB dengan faktor inflasi yang sudah dikeluarkan
merupakan PDRB atas harga konstan Anonim, 2006 : 41. Sedangkan di
daerah di SWP 1 yang memberi kontribusi paling sedikit adalah Kota
Mojokerto dengan kontribusi sebesar 0,38 pada tahun 2001 dan 0,44
pada tahun 2006 Anonim, 2006 : 127.
Untuk mengetahui apakah daya beli masyarakat meningkat atau tidak, maka pendapatanya harus dibandingkan dalam nilai konstan. Harga
konstan artinya harga produk didasarkan pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga itu disebut tahun dasar. Pada tahun 1995, BPS
baru saja menggeser tahun dasar bagi penentuan harga konstan yaitu dari
tahun 1983 menjadi tahun 1993 Tarigan, 2005 : 21. Pendapatan per
kapita jutaan rupiah = pendapatan rata-rata. Setiap jiwa dalam suatu wilayah atau daerah yang diperoleh dengan cara membagi jumlah total
produksi barang dan jasa yang dipastikan penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk dapat dirumuskan :
penduduk Jml
PDRB penduduk
kapita per
n Pendapata
.
Anonim, 1997 : 19
2.2.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada
tiga hal yaitu output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat
dinamis, output per kapita mengkaitkan aspek output total Gross Domestic Product GDP dan aspek jumlah penduduk bila output total mengalami
perkembangan maka dapat dikatakan dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Gross Domestic Product GDP, tanpa memandang apakah kenaikan tersebut
lebih besar atau lebih kecil dari pada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Sedangkan
penbangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat dalam jangka panjang
yang melebihi dari tingkat pertambahan penduduk Sukirno, 1995 : 14.
Tetapi pada umumnya, para ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama dengan pembangunan ekonomi yaitu sebagai kenaikan dalam Gross
Domestic Product. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan
perkembangan ekonomi di negara maju, sedangkan pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara
berkembang. Suatu perekonomian dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan per kapita menunjukkan kecenderungan mengalami
suatu kenaikan dalam jangka panjang dan kegiatan ekonomi secara rata- rata meningkat dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi daerah-daerah SWP I Jawa Timur yang paling besar pada tahun 2001 adalah Kabupaten Mojokerto yaitu 5,65
disusul oleh Kota Surabaya dengan pertumbuhan sebesar 4,65. Sedangkan pertumbuhan dengan persentase paling kecil adalah Kabupaten
Gresik 1,14 disusul Kabupaten Lamongan dengan persentase sebesar
3,08. Pada tahun 2006 pertumbuhan paling besar ditunjukkan oleh Kabupaten Gresik yang pada tahun 2001 merupakan daerah yang paling
sedikit pertumbuhan ekonominya menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua setelah Kabupaten Mojokerto dengen persentase
sebesar 6,88 dan Kabupaten Mojokerto sendiri mengalami pertumbuhan sebesar 7,30. Sedangkan daerah paling kecil pertumbuhan ekonominya
adalah Kota Mojokerto dengan persentase 3,81 Anonim, 2006 : 137.
Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi, antara lain : a.
Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan ahli ekonomi klasik ada 4 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam dan tingkat teknologi
yang digunakan. Meskipun demikian, para ahli ekonomi klasik lebih memperhatikan pengaruh pertambahan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan mereka pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada mulanya, apabila
penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan dan tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi, maka
para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi terwujud.
Keadaan ini tidak akan terus menerus berlangsung. Bila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat
kegiatan ekonomi karena produktifitas marginal penduduk negatif,
maka kemakmuran masyarakat menurun kembali dan tingkat perekonomian akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat
rendah. Apabila keadaan ini dicapai maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang Stationary State.
b. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini
ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam kegiatan
ekonomi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian, maka makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan
inovasi dan pertumbuhan ekonomi akan bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau
Stationary State. Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter tingkat keadaan tidak berkembang itu dicapai
pada tingkat pembangunan yang tinggi Sukirno, 2002 : 432.
c. Teori Harrod–Domar
Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod–Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus
dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau Steady Growth dalam jangka panjang, dengan
mengadakan pemisalan; 1 barang modal telah mencapai kapasitas
penuh; 2 tabungan adalah proposional dengan pendapatan nasional; 3 rasio modal dan rasio produksi tetap; 4 perekonomian terdiri dari
dua sektor. Dengan menggunakan analisia teori Harrod–Domar dapat pula menerangkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai
suatu negara yang terus menerus mencapai kapasitas penuh dalam penggunaan barang-barang modalnya baik yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. d.
Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Model Neo-Classic berdasarkan pada peralatan fungsi produksi,
yaitu bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam
model ini terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan perbedaan kemakmuran suatu daerah disparitas regional pada
negara yang bersangkutan. Dikatakan bahwa pada saat pembangunan baru dimulai di negara sedang berkembang, tingkat perbedaan antar
wilayah cenderung menjadi tinggi, sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan pada waktu lama, maka perbedaan tingkat
kemakmuran antar wilayah cenderung menurun. Hal ini disebabkan masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta
masih kuatnya tradisi yang mengalami mobilitas penduduk dan modal antar daerah.
2.3. Kerangka Pikir
Investasi merupakan variabel makro ekonomi yang paling penting, selain itu juga dapat dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap variabel
makro ekonomi yang lain yaitu pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan
serta dari masing-masing variabel ini dapat diketahui tipe ketiga daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka pikir sebagai
berikut :
Gambar 2: Kerangka Pikir
Sumber : Penulis Dari kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa antara investasi
dengan pendapatan per kapita maupun investasi dengan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan analisa Indeks Williamson untuk melihat apakah
makin merata atau tidak dan apakah investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di tiga daerah tersebut.
Pertumbuhan Ekonomi
Investasi Pendapatan
Per Kapita Indeks Williamson
Tipologi Daerah
Indeks Williamson Tipologi Daerah
2.4. Hipotesis