2. Metode Uji Dengan Perusakan Pankreas
Metode ini dilakukan dengan memberikan diabetogen yang dapat menyebabkan pankreas hewan uji rusak sehingga terkondisi seperti pada
penderita DM. Diabetogen yang banyak digunakan adalah aloksan karena obat ini cepat menimbulkan hiperglikemi yang permanen dalam waktu dua sampai
tiga hari. Zat-zat diabetogen yang lain seperti streptozosin, diaksosida dan adrenalin. Prinsip metode ini adalah induksi DM yang diberikan pada hewan
uji dengan disuntikkan aloksan monohidrat. Penyuntikan dilakukan secara intravena. Perkembangan keadaan hiperglikemia diperiksa setiap hari
Permatasari, 2008. 3.
Metode Resistensi Insulin Metode ini dilakukan dengan memberikan pakan kaya lemak dengan
komposisi pakan 80, lemak babi 15, kuning telur bebek 5 dengan jumlah konsumsi setiap hari 15gtikus, dan fruktosa sebesar 1,8gKg BB tikus
secara peroral selama 50 hari. Resistensi insulin pada tikus diuji menggunakan 3 parameter, yaitu uji kadar glukosa darah preprandial dan postprandial,
aktifitas hipoglikemik glibenklamida dan pengamatan ekspresi protein GLUT- 4 pada jaringan otot Syamsul, Nugroho, Pramono, 2011.
F. Metode Enzimatik GOD-PAP
Menurut Widowati, Dzulkarnain, dan Sa’aroni 1997, glukosa dapat ditentukan dengan menggunakan enzim glukosa oksidase GOD. Prinsip
metode ini adalah dengan adanya glukosa oksidase GOD maka glukosa dioksidasi oleh udara O
2
menjadi asam glukoronat dan terbentuk hidrogen
peroksida H
2
O
2
. Dengan adanya enzim peroksidase POD bereaksi dengan 4-amino-antypirine dan 2,4-dichlorophenol akan membebaskan O
2
yang mengoksidai akseptor kromogen dan memberikan warna merah . Jumlah zat
warna merah kuinonimin yang terjadi sebanding dengan konsentrasi glukosa
Widowati, Dzulkarnain, Sa’aroni, 1997.
G. Pare
Gambar 4. Buah Pare Gunawan, 2013
1. Nama daerah
Wilayah penyebaran pare Gambar 4 yang sangat luas menyebabkan tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah. Masyarakat jawa menyebut
tanaman ini dengan nama pare. Berbeda dengan masyarakat Batak, Bugis, Bima, Makasar, dan Sunda yang menyebutnya paria. Di beberapa wilayah di Sumatra,
pare dikenal dengan nama prieu, paria, folia, dan kembeh. Nama lainnya adalah papare Jakarta; pepareh Madura; paya Bali; prien Gayo; popare Manado;
papare, papaliaMaluku; paya,pariak Nusa Tenggara dan foria Nias Tati, 2002 .
2. Sistematika tanaman pare
Divisi division :
Spermatophyta Anak divisi subdivision : Angiospermae
Kelas class : Dicotyledoneae
Bangsa ordo :
Cucurbitales Suku family
: Cucurbitaceae
Marga genus :
Momordica Jenis spesies
: Momordica charantia Tati, 2002.
3. Morfologi tanaman pare
Pare merupakan jenis tanaman semak semusim yang tumbuh menjalar atau merambat dengan menggunakan sulur yang panjang. Sulur tumbuh
disamping daun yang sering membentuk spiral. Tanaman ini memiliki aroma atau bau langu yang khas. Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih.
Struktur batang pare tidak berkayu. Batangnya tegak berusuk lima dan berwarna hijau. Batang mudanya berambut dan akan menghilang setelah tua
Tati, 2002. Daun pare berbentuk bulat telur, berbulu dan berlekuk. Susunan tulang
daun menjari. Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai daun pare mencapai 7-12 cm. Daun pare berwarna hijau tua dibagian permukaan
atas dan bawahnya berwarna hijau muda atau kekuningan, letak daun pare berseling dengan panjang tangkai 1,5-5,3 cm Tati, 2002.
Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning menyala. Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berduri, halus dan
berambut. Kelopak bunga berbentuk lonceng dan berusuk banyak. Panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5,5 cm, sedangkan tangkai bunga betina
panjangnya 1-10 cm Tati, 2002. Buah pare berasal dari bunga pare betina yang telah mengalami proses
penyerbukan. Buah ini berbentuk bulat memanjang dengan permukaan berbintil-bintil dan berasa pahit. Bagian buah yang masak berwarna jingga.
Daging buahnya tebal dan didalamnya terdapat biji yang banyak. Biji pare berbentuk bulat pipih dan permukaannya tidak rata. Biji pare keras karena
memiliki kulit yang tebal dengan warna coklat kekuningan, biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman pare secara generatif Tati,
2002. 4.
Kandungan kimia tanaman pare Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa ekstrak dari buah, biji, dan
daun pare mengandung senyawa bioaktif yang memiliki aktifitas hipoglikemik pada hewan dan manusia. Senyawa utama yang telah di isolasi dari pare dan
diidentifikasi sebagai agen hipoglikemik adalah charantin, polipeptida-p dan vicine. Charantin adalah glikosida steroid yang diisolasi dari biji, daun dan
buah, dan terbukti memiliki sifat hipoglikemik yang kuat. Apabila diberikan secara oral dan intravena, charantin secara signifikan mengurangi kadar
glukosa darah pada kelinci normal dan diabetes. Polipeptida-p adalah sebuah
protein yang memiliki efek hipoglikemik seperti insulin atau sering disebut dengan p-insulin. Vicine merupakan senyawa glikoalkaloid yang terbukti
menginduksi hipoglikemia non-diabetes tikus puasa Harris, 2009.
H. Buah Naga Merah