Terapi Diabetes Mellitus PENELAAHAN PUSTAKA

Sekresi insulin pada orang normal meliputi 2 fase, yakni early peak fase 1 yang terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi pada fase 1 adalah insulin yang disimpan dalam sel β siap pakai. Fase 2 atau disebut fase lanjut adalah sekresi insulin yang dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa. Sekresi insulin pada fase 1 bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar glukosa dalam darah, dan kenaikan glukosa selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksi insulin. Sekresi insulin DM tipe 2 pada fase 1 tidak mampu untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga merangsang fase 2 untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu untuk meningkatkan sekresi insulin seperti orang normal Merentek, 2006.

C. Terapi Diabetes Mellitus

Pengobatan DM bertujuan untuk menormalkan kadar glukosa darah secara konsisten. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa mempertahankan kadar glukosa darah senormal mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian. Tujuan ini dicapai melalui berbagai cara, disesuaikan dengan individu dan tipe DMnya Corwin, 2009. Terapi DM dibagi menjadi 2, yakni terapi non- farmakologi dan farmakologi. 1. Terapi Non-farmakologi Tahap pertama pengobatan DM tipe 2 yaitu dengan perbaikan sensitivitas dan sekresi insulin melalui diet, penurunan berat badan, dan olahraga. Penelitian memperlihatkan bahwa dengan modifikasi diet dan inisiasi program olahraga, banyak pengidap DM tipe 2 yang dapat menormalkan kembali kadar gula darahnya. Obat hipoglikemik oral dapat digunakan jika kadar gula darah normal tidak dapat dicapai hanya dengan diet dan olahraga Corwin, 2009. 2. Terapi Farmakologi Terapi farmakologi pada pengobatan DM menggunakan obat hipoglikemik oral. Berikut ini beberapa obat hipoglikemik oral yang ada dipasaran : a. Sulfonilurea Obat golongan Sulfonilurea seperti Glibenklamid, Tolbutamid, Glipizid, dan Glikazid merupakan pemblok selektif terhadap kanal K + yang sensitif terhadap ATP ATP-sensitive K channel, K ATP pada sel β pankreatik. Pembukaan kanal K ATP diregulasi oleh konsentrasi intraseluler ATP. Peningkatan ATP akan menyebabkan kanal menutup dan jika kadar ATP menurun kanal akan terbuka. Aktivitas kanal K ATP di sel β pankreas diregulasi oleh konsentrasi glukosa dalam darah. Glukosa darah yang meningkat akan ditransport ke dalam sel β pankreas dan mengalami metabolisme. Metabolisme glukosa menghasilkan peningkatan kadar ATP yang menyebabkan penutupan kanal K ATP . Penutupan kanal ini memicu depolarisasi. Depolarisasi yang terjadi akan mengstimulasi influk Ca 2+ intraseluler yang akan menginduksi sekresi insulin. Obat golongan ini tidak bisa digunakan pada pasien DM tipe 1 Reents dan Seymour, 2002. b. Glinid Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan Sulfonilurea, dengan cara penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari dua macam obat, yaitu Repaglinid derivat asam benzoat dan Nateglinid derivat fenilalanin. Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral dan disekresi dengan cepat melalui hati. Aktivitas obat golongan ini, terutama Repaglinid tergantung dosis dan juga kadar glukosa. Dari penelitian in vitro pada sel pankreas tikus diketahui bahwa kadar glukosa yang moderate , Repaglinid kurang poten dibanding Glibenklamid dalam menstimulasi sekresi insulin. Pada Glibenklamid, meskipun tidak terdapat glukosa, obat ini tetap memicu sekresi insulin, sementara pada Repaglinid hal ini tidak terjadi Reents dan Seymour, 2002. c. Tiazolidindion TZD Senyawa golongan Tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPAR- ϒ peroxisome proliferation activated receptor-gamma di otot, jaringan lemak dan hati untuk menurunkan retensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga menurunkan kecepatan glukoneogenesis. Tiazolidindion adalah obat baru yang mempunyai efek meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemik. Aktifitas farmakologinya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati. Peningkatan penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot memberikan efek pada kegiatan farmakologi lainnya, antara lain dapat menurunkan kadar trigliserid atau asam lemak bebas dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat ini tidak mendorong pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti sulfonilurea Tjay dan Raharja, 2002. Efek samping utama dari Tiazolidindion adalah udem, terutama pada pasien hipertensi dan congestive cardiac failure Walker dan Edward, 2003. d. Biguanidin Biguanidin meningkatkan kepekaan reseptor insulin, sehingga absorpsi glukosa di jaringan perifer meningkat dan menghambat glukoneogenesis dalam hati dan meningkatkan penyerapan glukosa di jaringan perifer Tjay dan Rahardja, 2002. Preparat yang ada dan aman adalah Metformin. Metformin tidak meningkatkan berat badan seperti insulin sehingga bisa digunakan, khususnya pada pasien dengan obesitas Schteingart, 2005. Metformin juga dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 16, LDL kolesterol hingga 8 dan total kolesterol hingga 5 dan juga dapat meningkatkan HDL kolesterol hingga 2. Metformin dalam dosis tunggal dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20. Efek samping yang sering terjadi adalah mual, muntah, kadang-kadang diare dan dapat menyebabkan asidosis laktat Anonim b, 2005. e. Penghambat glukosidase alfa Acarbose Golongan ini merupakan penghambat alfa-glukosidase pada brush- border yang terletak pada bagian proximal usus halus. Alfa-glukosidase memecah polisakarida menjadi monosakarida misalnya glukosa sehingga karena adanya penurunan produksi monosakarida intraluminal, kenaikan glukosa plasma postprandial akan tertunda dan menjadi lebih lama. Acarbose memiliki efek minimal terhadap glukosa darah puasa dan efek yang sedang terhadap penurunan HbA1c Reents dan Seymour, 2002. f. DPP-4 Inhibitor Glucagon-like peptide GLP-1 merupakan suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan perangsang kuat pelepasan insulin dan sekaligus sebagai penghambat sekresi glukagon. Namun demikian, GLP-1 diubah oleh enzim dipeptidyl peptidase-4 DPP-4, menjadi metabolit GLP-1- 9,36-amide yang tidak aktif. Sekresi GLP-1 menurun pada DM tipe 2 Perkeni,2011.

D. Glibenklamida

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL 96% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP TIKUS JANTAN Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 96% Buah Pare(Momordica charantia L.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 2 17

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL 96% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 96% Buah Pare(Momordica charantia L.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 2 13

UJI DAYA ANTIFUNGI JUS BUAH PARE (Momordica charantia Uji Daya Antifungi Jus Buah Pare (Momordica Charantia L) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro.

0 1 7

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Pare (Momordica charantia L.)Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Alok

0 0 11

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.)TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Pare (Momordica charantia L.)Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi AloksaN

0 1 15

Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Jantan Wistar yang Diinduksi Aloksan.

0 9 20

Pengaruh jus buncis (Phaseolus vulgaris L.) terhadap kadar gula darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

3 31 81

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 8

Interaksi jus buah pare (Momordica charantia L.) dan jus buah naga merah (Hylocereus purpusii L.) terhadap tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

3 19 100

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 0 6